Semilir hawa dingin menemani malam hari ini. Tatapan serta pikiran gadis itu kosong. Sehelai kertas kuesioner sudah kusut di tangannya. Tepukan pelan mendarat di kepala Cel.
"Bengong jam segini mau dirukyah Pak Ustad lu?"
Itu Raya.
"Jirr.... kaget gue, Nyet."
"Makanya jangan bengong jam segini, tidur sono. Teman kita lagi patroli keamanan pasti."
"Berarti kalau belajar boleh?"
"Dah tukang bengong bego pula, paket komplit emang."
Cel terkekeh pelan, "gue ga bisa tidur."
"Tinggal merem apa susahnya, " ujar Raya.
"Raya..."
"Gue mau bicara boleh?" Lidah Cel tercekat. Cara bicaranya terdengar getir.
"Bicara aja goblok, sok-sok an banget pake nanya," ketus Raya sembari menepuk kursi di dekatnya.
"Gue dijodohin."
"Anjayyy."
Tangan Cel secara ringan menoyor kepala Raya. Dia yang tadinya sedih menjadi kesal. "Gue serius, Nyet."
"Sorry-sorry refleks tadi. Tapi bagus dong cerita lo kayak di novel-novel. Kan lu mau hidup kayak di novel," ucap Raya santai.
"Ya gak gini juga alurnya," lirih Cel.
Hening beberapa saat. Netranya tiba-tiba mengembun seiring hembusan napas. Raya meregangkan tangannya. Cel langsung menghamburkan dirinya dalam pelukan Raya. Tangis pecah.
"Ra.... gue gak mau perjodohan ini, Ra. Gue udah punya banyak planning untuk bisa bebas. Tapi kenapa ada aja sih halangannya? Gue gak bisa nentuin hidup gue sendiri?" racau Cel dengan isakan.
"Goblok suer suara lu gede banget," canda Raya. Walau berkata begitu dia tetap mengusap punggung Cel dengan lembut. Tangisan Cel mereda setelah beberapa saat.
"Lu udah bicara gak sama ortu lu?"
"Udah, tapi dah mutlak."
Hening lagi beberapa saat.
Raya mengelus lengan Cel lembut, "gue gak paham rasanya yang sedang lo jalanin sekarang, but gue tau lo orang unik yang bisa survive di keadaan mana pun."
"Unik atau aneh?"
"Anomali."
Raut penasaran Raya nampak lantas melontarlan pertanyaan, "dia orangnya gimana?"
"Gak gimana-mana, orang normal pada umumnya," jawab Cel menimbulkan decakan ringan pada Raya.
"Spesifiknya gimana ege?"
"Oh.... dia anaknya baik, berbakti sama mamanya, udah mapan juga setau gue, oh ya satu lagi, pedo."
"Anjir... gak boleh ngehujat orang segitunya Cel," ucap Raya. Cel merengut.
"Lagian kok dia mau sama anak sekolahan? jir, maksud gue di tempat dia kerja gak ada cewek cantik kah? Target nikah kok bocah," sungutnya.
"Mungkin dia fall in love at first sight kali."
"Gak mungkin anjir, normal gak sih menurut lo pria dewasa mau nikah sama bocah. Terus ya gue sama dia ketemu itu udah lama banget, itu aja pas gue masih buluk banget. Kalau emang dasarnya dia cinta kenapa gak temuin gue setelah ngelamar, minimal hubungin lah," ucap Cel.
"Mungkin konsep lamarannya syar'iah kali."
"Syar'iah pala kau," Cel merengut kesal.
Raya menepuk kepala Cel berulang kali sesekali mengusapnya. "Percaya aja sama rencana Tuhan, lo udah berjuang sejauh ini gak mungkin Tuhan mau nyia-nyiain usaha lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky With You
Teen Fiction"Kapan Burung Cendrawasih berhenti bersiul di sangkarnya?" --- Seorang gadis yang berdiri di ambang kelulusan yang mendapat pertanyaan dari keluarga. Plan untuk sebuah kebebasan hidup yang telah direncanakan terancam. Memang takdir tidak akan selalu...