Quattuor

274 39 3
                                    

"Awas, Solar--"

Kamu terlambat memperingatkan. Ayunan sihir itu tetap saja mengenai Solar. Beruntung Solar cepat tanggap dan berguling ke depan sambil menahan mu dalam dekapannya.

Luka bakar terlihat di bagian sisi punggung kanannya. Dia meringis. Memegangi luka yang baru ia dapat.

Kamu menarik Solar ke sisi kanan ketika orang itu hendak menyerang lagi. Kaki mu ingin lari, tapi Solar terlihat pucat pasi. Kakinya terhuyung saat mencoba berdiri.

"Hah, tolong!"

Sebuah sihir melayang menghempas sosok itu. Membuat si penyerang terpental kuat ke sisi dinding dan langsung tidak sadarkan diri.

Muncul sosok Arie entah dari mana. Mendekati kalian berdua. Melihat luka di punggung Solar yang tampak parah. Ia memegang kedua lengan Solar.

"Kamu bisa berjalan?"

Dibalas anggukan. Arie membopong Solar, membantunya berdiri. Kamu hanya berdiri diam, melihat dengan ekspresi khawatir.

Tatkala terasa aura mencekam. Kamu menoleh dan mendapati sosok yang pingsan tadi sudah berdiri. Dari matanya, ia seperti di paksa berdiri bahkan ketika tidak sadarkan diri.

Arie menyadari bahaya. Ia berteriak. "Awas! Blu!"

Kamu tahu sudah terlalu telat untuk lari. Bahkan meski sudah membalikkan badan, incaran sosok itu adalah kalian bertiga.

Muncul sesuatu yang tajam. Bukan hanya satu, tapi puluhan. Menerjang ke arah mereka dengan cepat. Solar panik, ia menendang tubuhmu agar tidak terkena serangan. Membuatmu jatuh ke rumput hias yang ada di halaman.

"Akh!"

Sebelum mengenai Solar, Arie dengan sengaja memutar tubuh Solar untuk berdiri di depannya. Meski Solar tetap saja terkena serangan, itu tidak terlalu parah dibanding Arie.

Kamu langsung berdiri tegak. "Arie!"

Serangan tersebut menghilang. Darah bercucur dari sisi pinggang dan tangan Arie. Beruntung tidak mengenai alat vital.

Solar mengeluarkan tongkat sihirnya. Ia membaca mantra, lalu mengeluarkan sihir angin kencang yang mampu mendorong sosok tersebut.

Kamu menahan Arie agar tidak ikut terbang. Solar mulai kehilangan keseimbangan. Beruntung para OSIS datang untuk mengambil alih.

"Kalian, menyingkirlah terlebih dahulu," ujar salah seorang OSIS memperingatkan.

Arie menggosok hidungnya. Ia melepas tanganmu yang masih memegang tangannya. "Kalian berdua pergilah. Situasi sudah ditangani OSIS."

"Lukamu--"

"Tidak apa-apa," potongnya.

Solar tidak mau pembicaraan semakin panjang. Ia menarik tanganmu dan membawamu pergi.

"Arie terluka. Tidakkah kita harus membawanya bersama kita?"

"Kita sedang tidak dalam posisi untuk mengkhawatirkan orang lain." Solar tetap menarikmu, membawamu pergi ke tempat aman.

Kamu melihat sekeliling. Mungkin saja, ada Aru yang akan--

"Eh?"

Sudah melihat ke manapun. Kiri dan kanan. Bahkan sekeliling. Kamu benar-benar yakin bahwa Aru tidak ada di manapun. Ia menghilang dari pandangan.

"Solar! Darimana saja kamu."

Thorn menghampiri dengan rautnya yang begitu khawatir. Terlihat air tergenang di sudut matanya.

"Apa yang terjadi?" Ternyata bukan hanya Thorn. Yang lain ternyata berkumpul begitu asrama dalam keadaan kacau. Tampaknya para OSIS bersikap sangat cepat menghandle keadaan yang kacau.

『 Abracadabra 』BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang