"Aku jatuh cinta pada seseorang yang hanya bisa ku buatkan cerita tapi tak bisa membuat cerita bersama" Elea langsung mengubah pandangannya kearah Keana yang masih sibuk berhadapan dengan Lala si laptop kesayangan. Sudah sangat larut tapi kedua matanya masih segar bugar.
"Buset, ini mah elo banget ya Ke" lanjutnya berhasil membuat temannya itu menoleh.
"Apaan?"
"Yang gue bacain tadi, fyp tiktok. Suara Rintik Sedu dan itu persis banget kayak kisah kasih asmara lo yang cuma berakhir jadi novel doang"
"Gitu-gitu juga gue dapet duit kali El"
"Bolehlah jadi tambahan buat beli Cireng Mang Asep depan gang" tambah Elea yang kini sudah duduk disebelah Keana. "Ini nulis apaan lagi sih?"
"Hmm?" Keana hanya menggumam sebagai balasan.
"Halu lagi? Oppa-oppa Korea lagi? Ck, bosen--"
"Kali ini beda El" jawaban Keana membuat Elea menaikkan sebelah alis.
Baginya, Keana tak mungkin mempublikasikan cerita nyata yang dialaminya pada khalayak. Mendengar pernyataan temannya tadi, Elea sedikit ragu dan tak percaya. Gadis itu mana mungkin berani terang-terangan, bahkan untuk nama aslinya saja selalu disamarkan dalam dunia kepenulisan.
***
Keana Sagita, berusia 18 tahun dan berzodiak sagitarius. Keluarga besar memanggilnya, Kean. Beberapa teman dekat lebih suka memanggilnya dengan panggilan "Keke" biar lebih gemas. Kalau baru kenal pasti menyebut nama lengkapnya. Khusus Pak Joko dosen killer di kampus, memanggilnya "Ana", dengan alasan :"Kean kebagusan, lagian kamu sama sekali enggak ada keturunan orang luar" Keana menurut saja, bahaya jika permintaan Pak Joko ditolak, pengaruhnya bisa sampai ke nilai akademik.
Ini adalah tahun kedua Keana menjadi mahasiswi Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi di Kota asalnya. Dirinya belum terlalu sibuk jika dibandingkan dengan para senior yang sudah sibuk memperbaiki nilai, mengemis meminta putar ulang waktu untuk tambahan deadline berkas skripsi hingga luntang lantung mengejar toga. Tapi, bagaimanapun juga memang begitu euphorianya menjadi seorang mahasiswa. "Kalau belum mepet belum greget".
Awalnya Keana merasa terjebak dengan jurusan kampus yang sedang dijalaninya. Keana itu punya passion lain, Keana suka menulis, suka sastra, suka puisi, tapi nyasar jadi anak Komunikasi. Gadis itu ingin keluar saja dari jurusan dan mencoba peruntungan untuk ujian ulang lalu kembali menargetkan jurusan sastra sebagai pilihannya.
Beruntungnya ada Elea, teman baru yang ia temui di gerbang kampus dulu semasa ospek yang menangis meronta karena habis dimarahi senior. Entah dengan mantra apa, dia bisa membujuk temannya itu untuk terus bertahan dan mulai menikmati hari-hari sebagai mahasiswi Komunikasi seutuhnya. Selagi bertahan, Keana kembali aktif mengembangkan passionnya. Ia aktif di media online untuk menyumbangkan tulisan, dan setiap hari mengirimkan naskah ke berbagai penerbit.
"Beda gimana maksud lo hah?" tanya Elea dengan ekspresi bingungnya.
"Nih, kali ini gue bakalan bikin cerita dan ngajakin orang itu supaya bisa buat ceritanya bareng gue" jawab Keana mantap, Elea masih menganga.
Ada satu hal yang perlu diingat oleh Elea tentang Keana. "Ambisius". Keana tidak akan semudah itu untuk mundur kalau sudah pengaktifan mode ambisius dan nekatnya.
***
Memangnya, siapa yang sudah bikin Keana jatuh cinta hingga harus membuat cerita bersama nya?
Satu pertanyaan lagi, lebih detail.
Memang ada?
Namanya, Rahandika Edgar. Pemuda manis inilah yang sudah membuat Keana nekat untuk menceritakan secara nyata dan disebarkan pada khalayak. Bahwa dialah orang yang berhasil membuat Keana siang malam berkutat terus dihadapan Lala. Dengan sedikit bumbu kehaluan, kisah nya bersama Rahandika semestinya real happy ending.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time
Teen FictionPro-Lo-Gue Jatuh cinta itu mudah, yang rumit itu nyatainnya. Jatuh cinta itu mudah, yang rumit itu ngejalaninnya. Jatuh cinta itu mudah, yang rumit itu ngungkapinnya. Kadang kita selalu dihadapkan oleh berbagai pilihan untuk menentukan. Pertama, u...