ALESYA-AGASKAR

99 49 20
                                    

PROLOG

Dia, Alesya, gadis aneh yang selalu aku ganggu kehidupnya. Entahlah, rasa puas saat melihatnya marah itu sangat menyenangkan. Dia, selalu bilang aku menjengkelkan padahal dia sendiri membutuhkan kaca untuk melihat dirinya sendiri, aku tidak marah, justru sifat seperti itulah yang selalu aku rindukan darinya. Sampai saat ini pun aku masih merindunya.

Percaya tidak? Alesya, begitu menjengkelkan? Kalau tidak dengarkan saja bagaimana dia mendeskripsikan ku.

Hai aku Alesya Ivanna Anastasya. Kalian, mau tau tentang Agaskar? Sini aku kasih tau.

Agaskar Araka, Pertemuan aku, dengan Askar, berawal dari, pindahnya aku ke SMA Tunas Bangsa. Aku, pindahan dari Solo yang ke Jakarta karena pengen pindah aja, bosen di Solo terus, hehe ... Papa, juga ada rumah Jakarta peninggalan eyang dulu. Yang udah lama kosong, sayang kalau engga di tempati.

Aku, kira Askar, adalah manusia keras kepala dan susah di atur ternyata ..., memang benar! dia begitu menyebalkan. Terkadang, aku heran kenapa aku bisa mengenal cowok seperti dia. Benar-benar sial orang-orang yang pernah bertemu dia. Teramat jauh dari kata beruntung, dia selalu saja menggangguku, dengan tingkah anehnya.

Namun, dia punya sedikit hati nurani, ingat ya! sedikit. kurasa itu juga kalau dia, ada maunya .

Tidak akan ada habisnya, jika kita membahas betapa menyebalkannya dia.

⬳⬳⬳⬳

Alesya merapikan surai nya yang berantakan lantaran tangan jahil Askar dengan lancang mengacak rambutnya tanpa kasihan. Asal ia tahu Alesya sudah menatanya tiga puluh menit tanpa henti, dan cowok ini dengan mudahnya menghancurkan hanya dalam hitungan detik? Ah! Ingin rasanya Alesya mencabik wajah nya.

Kekehan kecil terdengar dari seseorang di sampingnya, dengan ice cream strawberry yang menggiurkan di genggamannya, pasti ini teknik membujuk, sudah basi Askar! Aku tidak akan tergiur.

Makanan dingin itu tersodor tepat di hadapannya, wanginya begitu menusuk ke dalam rongga hidung nya, Tidak! Tidak! Aku tidak akan tergiur ia berjanji. Alesya membuang wajahnya menghindari aroma yang menyeruak menggoda lidahnya, pipinya yang sedikit tembam kini semakin menggembung menahan angin. Askar tersenyum semanis mungkin berharap gadis itu dapat memaafkannya, tapi ..., Alesya tetaplah Alesya egonya jauh lebih tinggi bahkan tidak kalah tinggi dari Menara Eiffel.

Askar tampak putus asa raut wajahnya berubah lesu, ia memainkan alisnya menimang apa kiranya yang membuat gadis ini akan luluh, sedetik kemudian senyumnya kembali terukir Alesya tidak akan menolaknya tidak mungkin. "Oke, engga mau, nih?" Alesya melirik tajam sebenarnya itu sangat menggoda apalagi di siang hari seperti ini, tapi kembali ia tekan egonya sampai ke dasar. itu hanya ice cream yang akan membuatmu gendut Alesya. Ujarnya meyakinkan.

"Ya udah, gue buang," Askar beranjak tapi tangan nya tercekal sempurna membuat langkah nya terhenti, ia menoleh melihat mata yang penuh dengan harapan memohon sesuatu. Cih, sunggingan kecil terukir di sudut bibirnya ia berbalik lalu menyerahkan ice cream yang hampir meleleh, tangan besarnya mengacak kasar rambut Alesya yang bahkan ..., baru ia rapikan lima menit lalu!

"Berhenti rusak rambutku!" teriak Alesya lantang, gertakan sepele itu tidak akan membuat Askar gentar cubitan kecil di pipi gembul Alesya mengakhiri semuanya sebelum dua orang datang menghampiri keduanya dengan mikrofon yang ia todongkan dengan senyum manis.

Keduanya menoleh mendapati seorang wanita mungkin berusia kepala tiga dengan seorang laki-laki dewasa yang sibuk membawa kamera guna merekam, Alesya menatap lekat Askar sorot matanya seperti bertanya, tapi cowok itu juga tidak mengetahuinya dengan satu gerakan bahu ke atas.

"Halo! Boleh bertanya sebentar?" sapa wanita itu dengan ukiran manis di bibirnya. Alesya mengangguk begitu juga Askar di samping nya.

"Bagaimana pendapat anda, tentang taman kota yang telah resmi di buka ini?" ujar nya lagi kemudian menyodorkan mikrofon hitam itu kepada Alesya, Ah-- Payah, Alesya lupa ini taman kota yang baru di buka dengan banyak wahana baru dan berbagai perbaikan setelah renovasi, tentu reporter ini akan menyiarkan ke seluruh kota tentang ini.

"Taman ini cukup bagus! Aku begitu menyukainya pasti orang lain juga berfikir hal yang sama," ujar Alesya tak kalah manis. wanita itu mengangguk ia menghadap ke kamera dan mulai berbicara entah apa yang hanya bisa ku artikan dengan mempromosikan taman kota ini untuk menarik para pengunjung datang.

Alesya merasakan geli di pundak nya, ia menoleh kan kepalanya mendapati cekraman halus di pundaknya, benar Askar merangkulnya Alesya sedikit menggeliat merasa tidak nyaman.

"Diam aja, lo ga mau kan muka lo jelek di televisi?" pasrah, hanya itu yang bisa ia lakukan, sunggingan kecil terbentuk di bibirnya tentu itu hanya lah akal busuk Askar yang ingin merangkul gadis itu. Biar lah dunia tau ia tidak akan melepaskan gadis ini.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.

⬇︎⬇︎⬇︎

Hai, semua ... mohon maaf bila banyak kekurangan ya, ini cerita pertama aku jadi belum jago buatnya, semoga suka yaa❤

Dia Alesya ( TAHAP REVISI ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang