Terhitung seminggu Jay dan Sunghoon bertemu sebagai 'soulmate'. Selama seminggu itu, Jay tak pernah absen untuk menemani kemanapun Sunghoon pergi, bahkan saat Sunghoon tiba-tiba ingin pergi ke pantai di jam 01:00 dini hari pun, Jay rela mengantar dan menemaninya disana sampai Sunghoon puas. Padahal Jay sendiri tidak berteman baik dengan hawa dingin.
Sikap Jay yang selalu bisa memahaminya, bersabar atas semua sikapnya dan tanggap mengenai dirinya, membuat Sunghoon sedikit demi sedikit mulai terbiasa akan kehadiran Jay di hidupnya. Belum, ini masih sangat awal. Sunghoon memang mulai terbiasa dengan Jay, namun rasa takut itu masih tetap bersarang di pikiran dan hatinya. Sunghoon sama sekali belum siap.
Jay paham. Jay pun tau bahwa Sunghoon masih belum bisa berdamai dengan perasannya sendiri, namun sikap Sunghoon yang tidak menolak akan afeksi yang Jay berikan, itu sudah cukup bagi Jay. Jay tidak akan meminta lebih, ia siap menunggu sampai Sunghoonnya ini sepenuhnya bisa berdamai dengan hatinya.
Hari ini adalah hari pertama mereka bersekolah setelah libur semester selama tiga minggu. 70% waktu liburnya, Jay mengabiskannya bersama sang soulmate. Dan 30% nya bersama keluarga tercintanya. Selama itu, Jay sungguh sangat menikmati setiap moment yang hanya bisa ia rekam dengan indra penglihatannya itu, apalagi setiap dia bersama dengan Sunghoonnya. Jay sangat bahagia.
Hari pertama ini, mereka berdua memutuskan untuk berangkat bersama ke sekolah. Sebenarnya ide ini datang dari Jay, awalnya Sunghoon sempat menolaknya karena ia tak suka banyak antensi yang menyerangnya, ingat bahwa soulmatenya ini adalah salah satu most wanted di sekolah membuat Sunghoon berpikir dua kali untuk menerima ajakan Jay.
Namun, Jay adalah Jay. Dengan segala rangkaian kata lembut yang dia punya, Jay berhasil meyakinkan Sunghoon untuk berangkat bersama ke sekolah dengan menggunakan motor kesayangannya. Seperti yang telah diduga oleh Sunghoon, pada saat mereka berdua memasuki area sekolah, semua atensi mengarah kepadanya dan juga Jay.
Untung saja, Jay ini selain dikenal friendly, dia juga dikenal sebagai orang yang menyeramkan saat ada yang mengusik ketenangannya. Semuanya hanya mampu untuk melihat, mereka sama sekali tak mampu untuk bertanya bahkan mulut mereka saja seperti terbungkam langsung oleh tatapan menyeramkan dari seorang Park Jeongseong.
Jay mengantar Sunghoon sampai Sunghoon merasa aman duduk di bangku kelasnya. Tak jauh berbeda, suasana di kelas Sunghoon hampir sama seperti di luar tadi, hampir semua warga kelasan Sunghoon, menatap mereka berdua dengan pandangan penuh tanya. Tumben sekali striker sepak bola mereka mau menginjakkan kaki di kelas ini, mengantar Sunghoon pula.
"Kalau mereka ganggu kamu bilang ke aku, aku pamit ke kelas dulu ya, have a nice day soulmate." Sunghoon hanya mengangguk canggung. Dia risih menjadi pusat perhatian semua orang, namun dia juga tak bisa mengelak, itu resiko yang harus ia hadapi karena menjadi soulmate seorang Park Jeongseong.
Sepeninggalan Jay dari kelasnya, teman-teman kelasnya termasuk Jake yang baru saja datang langsung menyerbu tempat duduknya. Bertanya bagaimana bisa seorang Jay mau mengantarnya sampai ke kelas.
Sunghoon hanya diam. Melihat wajah dan aura tak mengenakkan dari Sunghoon, Jake paham bahwa sahabatnya ini sangat risih dikerubungi seperti ini. Dengan inisiatifnya, Jake pun mulai memberi pengertian kepada teman sekelasnya dan membubarkan kerumunan tersebut. Untungnya teman kelasnya ini cepat mengerti. Semuanya menurut dan kembali ke bangku masing-masing.
"Thank you, Jake."
"Anytime, tapi sebagai gantinya lo hutang cerita sama gue."
"Iya iya, ntar pulang sekolah gue ke rumah lo."
"Key sip."
° ° °
Lain dengan Sunghoon, lain juga dengan Jay. Bila Sunghoon sama sekali tak berani untuk menjawab semua pertanyaan yang ditujukan untuknya, maka Jay berbeda. Justru dengan gamblangnya ia menjawab semua pertanyaan yang ditujukan untuknya mengenai hubungannya dengan Sunghoon. Dengan senyuman yang tak luntur sedikitpun, ia memamerkan kepada teman-temannya bahwa dirinya telah bertemu dengan belahan jiwanya.
"Gue gak nyangka kalau Sunghoon orangnya, pantesan waktu itu dia kabur waktu ngeliat gue sama lo ada di depan kelas dia, tapi kenapa dia kabur? dia gak suka lo yang jadi soulmatenya?"
Pertanyaan beruntun dari Heeseung tak langsung dijawab oleh Jay. Awalnya Jay juga bertanya-tanya tentang hal yang sama. Namun, seiring berjalannya hubungan mereka, Jay paham bahwa Sunghoon bukan tidak suka, Sunghoonnya itu hanya perlu waktu untuk berdamai dengan perasaan dan masa lalunya."Bukan, dia cuma takut aja waktu itu, dia kaget kalo soulmatenya ini ternyata most wanted, lo liat aja raut wajahnya tadi waktu pandangan semua orang ngarah ke kita, dia gak suka jadi pusat perhatian Seung, dia takut kalau fans-fans gue tau kalau kita soulmate ntar dia malah dibully" Tentu saja itu bohong, meskipun tak sepenuhnya.
"Halah, itumah lo-nya yang pede abis, terus kalo takut fans lo tau kenapa sekarang lo malah ngumbar-ngumbar?" Heeseung masih tak paham dengan jalan pikir sahabatnya ini.
"Lah bodoamat, biarin aja mereka tau, kalau bisa seluruh dunia harus tau kalau Sunghoon cuma punya gue."
"Dasar bulol¹"
tbc
— ignore the typos [kalau ada]
— bulol¹ = bucin tolol
KAMU SEDANG MEMBACA
soulmate [jayhoon]
FanfictionKetentuannya, mark sign yang kita punya akan bersinar dan berubah menjadi berwarna jika kita bertemu dengan belahan jiwa. Namun, bagaimana dengan Jay? apakah ketentuan itu tidak berlaku padanya? . . . . . Disclaimer! - 100% fiksi. - bxb. - lil angst...