Bab 2 : SMA Cakrawala

23 3 0
                                    

Aku bisa tertawa terbahak-bahak bersama orang tertentu, meskipun ada saja yang menilai betapa kelamnya wajahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bisa tertawa terbahak-bahak bersama orang tertentu, meskipun ada saja yang menilai betapa kelamnya wajahku. Jujur saja, bertemu diriku yang ceria tidaklah mudah. Jadi terimakasih untuk semua rasa nyaman dan aman saat bersamamu.

#True or fake


~°°~

10 bulan sebelum kejadian..

Pagi ini, seperti tiap tahunnya semua siswa dan siswi SMA Cakrawala memindahkan barang masing-masing ke kelas baru mereka.

Dan setiap tahun juga, khusus untuk kelas XII IPA 1, terjadi adegan menegangkan dimana Elnino Malik dan Azellia Herasya berebut kursi paling ujung yang bersebelahan dengan jendela.

Setiap tahun? Iya, setiap tahun. Jika tahun pertama El sengaja mengalah dan di tahun ke 2 nya Hera sudah datang lebih awal, maka tahun ini agak lain ceritanya.

Elnino datang lebih awal dan tidak mau mengalah..

Entah ada angin apa cowok itu bersikeras bahkan tidak peduli saat Hera menatapnya tanpa ekspresi. Yang jelas, diam-diam El menggigit pipi dalamnya agar tidak tersenyum senang.

"Tahan El, tahan! Dikit lagi. Jangan senyum dulu, jangan merasa menang dulu! Pas dia ngajak debat, langsung kasih tawar--"

"Yaudah kalau lo mau duduk disitu."

Belum sempat El merealisasikan niatnya, Hera sudah mengalah tanpa perlawanan. Bahkan cewek itu langsung duduk dilantai paling pojok kemudian memasang handphone favoritnya.

Sontak saja anak kelas yang menunggu didepan pintu bisa bernafas lega kemudian saling berebut tempat duduk seperti biasa.

Karena khusus untuk anak kelas XII IPA 1, ada peraturan tidak tertulis dikelas mereka.

1) jangan ribut disaat guru menjelaskan.

2) jangan menggangu seorang Elnino Malik ketika tidur.

3) jangan usik tempat duduk paling pojok, atau berusaha duduk disana. Karena tempat itu adalah hak paten milik Hera.

Sebenarnya mudah saja untuk dilakukan, jadi dari pada mempersulit kehidupan lebih baik mereka mencari tempat duduk lain dan tidak pernah mengerjai El ketika tidur.

Namun bukan ini yang El harapkan. Sebenarnya cowok itu sudah kehilangan minat untuk duduk disana, akan tetapi ada niat terselubung dibalik perbuatan kekanakannya.

Alhasil El berdecak pasrah kemudian bergeser ke bangku sebelah seperti tahun-tahun sebelumnya. Kebetulan anak kelas mereka lebih suka duduk didepan karena mudah untuk melihat papan tulis.

True or fakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang