Bab 3 : Elnino Malik

15 3 0
                                    

Layaknya gravitasi bumi yang selalu jatuh kebawah, begitu juga dengan pusat perhatian gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Layaknya gravitasi bumi yang selalu jatuh kebawah, begitu juga dengan pusat perhatian gue. Selalu jatuh ke lo.

#Elnino Malik

~°°~

"Jadi gimana? Kamu mau kan?"

Hera diam sejenak seraya menatap El dan Adi secara bergantian. Sebenarnya dari kelas 11 Hera ditawarkan untuk jadi guru pembimbing. Tapi Hera tolak dengan segera karena sibuk bekerja part time.

Lagipula bukankah Adi sudah dijadikan guru pembimbing? Kenapa sekarang dirinya yang ditawarkan lagi?

"Ehm, boleh kasih saya waktu buat ngobrol dengan mereka berdua pak?" tanya Hera sambil menatap serius lawan bicara.

"Oh tentu, tentu. Silahkan diskusikan semau kalian."

Beberapa saat kemudian, di taman belakang sekolah..

"Gak bisa Hera, murid gue udah banyak. Kadang-kadang juga dibantu sama Hana. Boleh ya? Numpang satu doang. Gak petakilan kok orangnya kalau sama lo, dijamin anteng, diem, kicep, sentosa!" ucap Adi dengan raut wajah yang meyakinkan.

Namun permohonan barusan terasa ganjal bagi Hera. "Sama gue? Berarti aslinya susah diatur kan orangnya? Gak ah, ribet!" tukas Hera kemudian berbalik pergi meninggalkan mereka.

Sontak saja baik Adi maupun El mulai kalang kabut karena usaha mereka gagal lagi kali ini. Ujung-ujungnya, mau tidak mau Adi mendorong El untuk mengejar Hera seraya membisikan sesuatu.

"Lo ajalah yang ngomong langsung aelah! Tinggal minta tolong dan janji bakalan jadi murid penurut susah banget!" cetus Adi.

"Aissh, entar si Hera risih kalau dipaksa mulu. Nanti kalau dia ilfeel sama gue gimana? Bisa di bumi hanguskan! Gak, ah gak--"

El belum selesai mengutarakan pendapatnya, tapi tiba-tiba saja Hera berbalik kearah mereka lalu menatap secara bergantian ke dua cowok itu.

Sebenarnya Hera malas untuk meladeni mereka. Tapi mengingat salah satu saingannya ikut mengajar, mau tak mau Hera harus berdiskusi sebentar.

"Cuman dia doang kan?" tanya Hera dengan suara datar. Tapi lain halnya bagi El, pertanyaan dari Hera berhasil membuat jantung El berdebar-debar.

Bagaimana tidak? Butuh waktu 2 tahun bagi El untuk menjadikan Hera guru pembimbingnya. Dan itu semua disebabkan oleh perebutan kursi didekat jendela.

Disisi lain, karena El tidak memberikan respon, dengan segera Adi mengangguk semangat kemudian mendorong El untuk berdiri dihadapan Hera. "Iya, cuman dia doang! Nanti kalau dia macam-macam, langsung bilang ke gue. Oke?!"

True or fakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang