"Benar, mencintai makhluk itu sangat berpeluang mengalami kehilangan. Kebersamaan bersama makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak."
- (Habiburrahman El Shirazy)
🌫️🌫️🌫️Al dan Qonita pun pergi ke kantor polisi, Qonita yang menjadi saksi memberitahu apa saja yang dia lihat dan dia ketahui dari Hilya.
Dua hari berlalu setelah kejadian itu Hilya tetap tidak mau keluar kamarnya, ia hampir tak pernah berbicara setelah kejadian itu, ia merasa terperangkap dalam jurang gelap yang tak berujung meratap tanpa suara, berharap dapat bebas dari perasaan menyakitkan yang membelenggunya. Kaka dan ibunya sudah sekuat tenaga mencoba mengembalikan Hilya yang ceria seperti dulu kini tak bisa kembali lagi. Setelah pulang sekolah Qonita berniat menjenguk Hilya."Assalamu'alaikum" kata Qonita sambil mengetuk pintu rumah Hilya.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" balasan salam dari ibu Inayah sambil membuka pintu rumahnya.
"Eh nak Qonita, ada apa ya?" tanya Ibu Inayah sambil berusaha tersenyum walaupun Qonita tau bahwa bu Inayah menyembunyikan kesedihan yang mendalam terhadap kejadian putrinya.
"Jadi begini bu saya ingin menjenguk Hilya, maaf hanya bisa membawa ini bu" kata Qonita sambil memberikan bingkisan buah-buahan.
"Engga usah repot-repot nak, ibu sudah bersyukur banget loh waktu itu kamu udah mau nolongin Hilya, ya sudah yuk silahkan masuk" kata bu Inayah sambil mempersilahkan Qonita masuk.
"Masuk saja nak ke kamar Hilya, Hilya ada di dalam"
Qonita yang melihat Hilya duduk di ranjangnya sambil melamun sambil memegangi perutnya, Hilya terlihat sangat pucat, makanan di meja samping tidak sama sekali disentuh olehnya. Namun ada hal lain yang mengejutkan Qonita, ia melihat Hilya sedang memegang sebuah gunting di tangan kirinya. Qonita pun mulai menghampiri Hilya, lalu ia duduk disamping Hilya.
"Kamu tau engga dulu ada seorang perempuan kuat yang pernah aku kenal, dia anak dari seorang petani di suatu kampung, perempuan itu bertekad mencari uang untuk membiayai ayahnya yang sakit-sakitan, akhirnya dia pergi merantau ke negeri yang jauh dari tanah air yaitu China untuk menjadi TKW disana, gaji yang ia dapat dia kirim ke bibinya disana karena ia orang tua yang dia punya satu-satunya hanya ayahnya. Sampai suatu hari ia mendapatkan perlakuan yang sangat tercela dari majikannya, perempuan itu dilecehkan oleh majikannya saat itu, hatinya yang rapuh menjadi remuk sudah, kepingan-kepingan hati perempuan itu yang sudah hancur menyebar diseluruh tubuhnya, sakit, sakit sekali yang ia rasakan, yang tersisa dari perempuan itu hanyalah rasa hampa dan kesedihan yang begitu mendalam. Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk melapor tapi tak digubris sama sekali hanya hukuman ringan yang majikannya dapatkan karena majikannya pada saat itu adalah orang penting yang memiliki koneksi dimana-mana. Setelah itu perempuan tersebut memberanikan diri untuk pulang ke kampung halamannya, tetapi terlambat ayahnya yang sedang di rawat di rumah sakit telah pergi jauh meninggalkannya, ia hanya bisa menangis mengadu kepada sang pencipta. Tetapi rintangannya tak sampai disitu saja, hatinya yang sudah hancur bertambah hancur lebur ketika ia mengetahui bahwa ia mengandung seorang anak di perutnya. Tetapi perempuan itu tahu bahwa anak ini tidak salah, yang salah tentu saja pelakunya, ia tak peduli apa yang dikatakan tetangga dan saudara-saudaranya, perempuan itu tetap mempertahankan anaknya. Perempuan itu pun melahirkan anak yang dikandungnya itu, ia sangat menyayangi anaknya, namun sayangnya pada saat menginjak kelas 10 madrasah aliyah anaknya harus kehilangan ibunya pada saat itu" kata Qonita menceritakan suatu kisah sambil berkaca-kaca di kedua matanya.
"Dan kamu tahu Hilya perempuan kuat yang dari tadi aku ceritakan dia adalah ibuku"
Hilya yang sendari tadi tak melihat ke arah Qonita tiba-tiba saja berbalik melihat ke arah Qonita, Qonita pun memeluk Hilya, kemudian mereka berdua pun menangis, Qonita secara perlahan mengambil gunting yang dari tadi dipegang oleh Hilya. Mereka saling berpelukan menangis bersama dan juga saling menguatkan satu sama lain.
Aldari yang baru pulang dari kantor polisi setelah melihat perkembangan kasus adiknya, ternyata sudah lama mendengar pembicaraan mereka di luar depan pintu kamar Hilya yang sedikit terbuka. Air mata yang berusaha Al tahan sejak kejadian adiknya mulai tak dapat ia tahan lagi, diluar Al pun ikut menangis melihat kedua perempuan yang sangat ia sayangi memiliki luka yang mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepilu Rindu [End]
Short StorySeorang laki-laki biasa jatuh cinta kepada seorang perempuan yang sholehah, lelaki itu merasa perempuan itu terlalu baik jauh darinya, lelaki itu adalah lelaki biasa tak terlalu paham agama apalagi hafal Al-Qur'an seperti perempuan itu. Lelaki yang...