A Date

151 5 4
                                        

"Selamat pagi...."

Suara berat yang menggema di telinganya, menaikkan sudut bibir kecil itu bahkan saat si empu belum mengumpulkan kesadaran penuhnya.

"Slept well?" Tanya yang lebih tua lagi.

"Umm.... I slept well but.... Tubuhku sakit semua" Kini senyuman di wajahnya telah berganti dengan ekspresi merajuk yang justru membuat Peter tertawa.

"I'm sorry" Si pria dewasa makin mengeratkan dekapan lengan itu di sekitar pundak yang lebih muda, membawa Nodt semakin dekat dengan dada bidangnya.

"Kamu ga kelihatan menyesal sama-sekali! Malah senyum-senyum gitu"

"Hehehe"

"Kamu harus belajar untuk menahan diri ya, Phi. Bisa remuk badanku kalau terus-terusan kayak gini"

"Hmmm" Kini Peter menatap langit-langit kamar pertama, menoleh lagi pada pemuda itu selanjutnya "Let's see"

"P'Peter!" Nodt gemas, akhirnya memukul abs yang sudah terbentuk sempurna itu dengan keras.

"Awww It hurts... Kamu punya banyak energi bahkan setelah kita melakukannya semalam penuh?"

Melihat senyum menyebalkan itu terukir di wajah sang kekasih, Nodt paham ide usil itu pasti muncul lagi di otak sang dominan "Stop...... I warn you"

Yang lebih tua menulikan pendengarannya.

"Phi... No... Aku harus buka cafe" Nodt dengan segera menampik aksi Peter saat tangan besar itu bergerak menuju bagian centernya.

"We still have time"

"Shit that deep voice again. Give me a goosebumps every single time. But....... No..... Nodt, focus" Si lelaki muda memulai konflik dengan dirinya sendiri. Sampai akhirnya kesadaran itu sampai di amigdala, Ia memutuskan untuk berkata tidak sekali lagi pada prianya. "No Phi..... Stop"

Peter terhenti.

"Berhasilkah?" Tanya Nodt lagi dalam hati.

Peter menatap mata kelinci itu lekat sebelum menaikkan tubuhnya, mengukung yang lebih muda di bagian bawah. "You'll be fine" Tutupnya.

"No Phi. Please.... Have a mercy"

---

"Kenapa tuh muka? Asem banget" Anak kecil yang mendeklarasikan cafe parkour milik Nodt sebagai rumah keduanya tak henti terkekeh saat melihat si empu duduk tersungut di belakang meja kasir.

"Ngapain lo disini? Ga kuliah?"

"Kosong. Berantem sama om?" Pemuda bernama Nakunta itu kembali memborbardir sang senior dengan pertanyaannya.

"Kosong? Lo bohong, ya?"

"I'm not! So tell me...... what happened?"

"Sigh. Hari ini lo main sendiri ya, Ta. Badan gue masih sakit" Nodt terlihat meringis di sela ucapannya, mengundang si anak kecil untuk bergerak makin mendekat.

"You guys played all night long?"

"Huh? Kenapa anak kecil ini tajam sekali instingnya? Dan tatapan mata itu.... Sigh.... Ga ada rahasia yang bisa gue sembunyiin dari Nakunta sepertinya" Yang lebih tua sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Hello.... Khun Nodt"

Kibasan tangan kecil itu menarik utuh lagi atensi yang sempat teralih dari pikiran si lelaki putih.

"Bukan urusan lo ya, cil. Udah sana masuk. Lo book-nya dua jam dan sekarang sebelas menit udah berlalu" Nodt menyodorkan jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya dengan agresif, sengaja agar Nakunta melihatnya.

ISLAND (PART 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang