Prolog

1.4K 219 58
                                    

"Rum Raegan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rum Raegan."

Yoongi menoleh.

"Saya ingat nama anda adalah Rum Yoongi. Raegan nama panggilan yang terdengar asing dalam bahasa kita. Marga Rum juga baru pertama kali saya dengar. Sebenarnya kata Rum dan Raegan aneh untuk disambung. Namun⸺" Haerin diam sejenak. Ia menatap Yoongi yang berdiri di hadapannya. Wanita itu menahan tangisnya. "Entah mengapa, nama anda meninggalkan sesuatu yang mengesankan untuk saya, Gyosunim. Saya terus mengingatnya, sulit menghilangkannya." (Pak Dosen)

"Berbicara yang jelas, Nona," ujarnya dingin.

Haerin mendekat dengan perlahan. "Apa yang membuat anda merasa bahagia?"

Yoongi tak melepaskan tautan kontak matanya dari sang wanita. "Tidak ada."

"Satu saja. Asal pun tak apa."

"Hanya ada satu hal yang bisa membuat saya merasa puas."

"Apa itu?"

"Kematian orang-orang yang saya benci."

"Anda bukan orang jahat."

"Anda tidak tahu apa pun tentang saya, jadi berhentilah menguntit dan mencari tahu apa pun tentang saya," tegas Yoongi.

"Saya menyukai anda." Haerin berdiri di hadapan Yoongi, hanya berjarak beberapa centimeter saja. "Saya⸺" Haerin memejamkan matanya dan merasakan detak jantungnya yang makin keras. Wanita itu membuka matanya, menarik dasi yang dikenakan Yoongi hingga Yoongi sedikit membungkuk dan mendekatkan wajahnya. "Saya tidak bisa menahannya lagi. Sakit rasanya harus memendamnya. Saya⸺" Haerin kembali menjedanya ketika air matanya menetes. "Tidak bisa jauh dari anda. S-saya menginginkan⸺"

Yoongi mencekal tangan Haerin yang menarik dasinya. "Sebaiknya anda jangan terlalu jauh. Saya tidak tertarik dengan anda. SAYA MUAK⸺" Suara Yoongi mengeras, nadanya marah. "Saya muak dengan kehadiran anda." Pria itu mengecilkan suaranya lagi karena tak mau kehilangan kontrol. "Saya tidak sebaik apa yang anda pikirkan. Jadi tolong, jangan berharap apa pun pada saya."

Haerin mundur satu langkah ketika Yoongi mendorongnya. Wanita itu juga tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, karena ia tak pernah mengejar seorang pria hingga seperti ini. Yoongi itu aneh, tak terduga, dan⸺

Haerin juga bingung mengapa ia bisa tergila-gila pada pria bernama Rum Raegan itu.

Wanita itu mengingit bibirnya kuat. Penolakan yang dilakukan Yoongi, membuatnya makin penasaran dan menggila. Wanita itu mengambil pulpen yang berada di atas meja Yoongi. Ia menusukkan ujung pulpen itu ke nadi di tangannya.

"Jika anda menolak saya, maka saya juga menolak kehidupan ini," kata Haerin.

Yoongi mengepalkan tangannya dengan kuat. Pria itu menoleh dan berlari cepat menuju ke arah Haerin. Yoongi menarik tangan wanita itu. Ia menahan pendarahannya dengan mengenggam kuat pergelangan tangan Haerin.

Haerin tersenyum. "Saya senang melihat anda cemas dengan keadaan saya. Rasanya⸺" Haerin menatap pergelangan tangannya yang digenggam Yoongi. "Seperti... anda takut kehilangan saya disaat anda menginginkan saya."

"Sebenarnya apa yang Nona inginkan dari saya?"

"Saya juga tidak tahu, Gyosunim. Anda memikat saya hingga saya kehilangan arah. Saya buta oleh cinta. Saya harus apa? Semakin anda menjauh, saya semakin menginginkan anda."

"Saya bukan pria yang baik." Untuk kesekian kalinya Yoongi menggunakan kalimat itu untuk tamengnya.

Haerin menarik tengkuk Yoongi sampai ujung hidung mereka bersentuhan. "Tapi saya suka pria yang tidak baik seperti anda."

Yoongi mengambil sesuatu dari sakunya. Sebuah pistol yang dingin. Pria itu menodongkannya di kepala Haerin. Wanita itu sedikit membuka mulutnya, terkejut dengan tindakan yang Yoongi lakukan. Haerin menjauhkan wajahnya dengan tubuh bergetar kuat karena pistol itu dalam posisi siap tembak.

"Gyosunim...."

Yoongi menjambak rambut Haerin agar kepala wanita itu tak menjauh. Ia menarik pelatuk pistol dan menekan ujung pistol di kepala Haerin.

"Saya tidak peduli dengan Nona. Perbuatan anda sudah diluar batas. Saya tidak nyaman dengan kehadiran Nona." Pria itu benar-benar berniat menembak kepala Haerin. "Saya hidup untuk mencari ketenangan. Saya bertahan untuk menikmati kenyamanan. Orang-orang penganggu seperti Nona pantas saya benci, PANTAS MATI!" Ia mengeraskan suaranya di akhir kalimat.

Haerin kembali tersenyum. "Saya senang mendengarnya. Setidaknya dengan menjadi orang yang dibenci, saya memiliki tempat khusus di pikiran anda."

DOR.

DOR.

DOR.

Haerin langsung terduduk lemas di lantai dengan pakaian berlumuran darah. Sementara Yoongi menunduk, meneteskan air matanya dan membuang pistol itu dengan penuh emosi.

"G-Gyosunim...." sebut Haerin pelan sembari mengepalkan tangannya kuat.

.

.

.

TBC  

Note : bagaimana tensionnya? 🌝
mereka pake bahasa formal karena dosen ama mahasiswi dan usianya juga beda 10 tahun.

RUM RAEGAN [MYG] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang