bc─40 menit

25 8 6
                                    

sungai han memang paling menyenangkan didatangi ketika sore sebelum matahari mulai tergelincir menenggelamkan diri. ketika langit masih berwarna kelabu dan angin berembus, menyapu lembut rupa tampan itu. si empunya tengah berdiri di depan minimarket terdekat, dengan kedua tangan memegang cup ramyun instan yang sudah diseduh sebelumnya.

kepala itu asyik menoleh ke segala arah sementara pandang matanya sibuk mencari kursi yang kosong untuk ia duduki. agaknya sebagian besar orang disini juga berpikir bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk pergi ke sungai han, karena semua kursi yang tersedia sudah penuh.

tidak semuanya. sang tuan berjalan ke arah satu kursi kosong di sebelah seorang nona yang tengah meneguk jus kemasan sambil sibuk memandangi sungai han.

"permisi, apakah anda sendirian? boleh saya duduk disini dengan anda?"

anak hawa itu lantas menoleh padanya. "ah, tentu. silahkan."

sebuah raut gembira langsung hadir di wajah si pemuda. ia lantas mendudukkan dirinya disana dan menaruh ramyun yang sepertinya sudah matang itu di meja. "maaf sebelumnya jika aroma ramyun saya sangat terasa."

"tidak apa-apa. makanlah," ujar gadis itu.

"tunggu, kalau begitu.." si pemuda menggantung kalimatnya untuk mengambil satu bungkus permen jelly bentuk teddy bear. "anda bisa makan ini. saya baru membelinya tadi."

"oh, tidak. tidak perlu. saya sungguh tidak masalah." perempuan itu mengibaskan tangannya.

"tidak apa-apa. saya yang tidak enak jika makan sendirian. ini, ambillah! yang merah paling enak!" sementara manusia di hadapannya itu masih bersikukuh ingin memberi. tak memberinya pilihan selain menerima permen jelly tersebut.

"terima kasih," ucapnya. tanpa sadar sudut bibirnya tertarik ke atas ketika hatinya tiba-tiba merasa hangat.

sang tuan ikut tersenyum kala menyadarinya. "kalau begitu, selamat makan!" ia bersuara sebelum kemudian mulai menyantap ramyunnya. "oah, panas."

keduanya hening sesaat. hingga akhirnya yang lelaki kembali berbicara. "apa yang anda lakukan sendirian disini?"

"hanya mencari angin. saya berpikir mungkin kekacauan di pikiran saya dapat ikut terbang terbawa angin," jawab sang puan seraya menatap sungai han. angin sore itu menyapu lembut wajahnya, menerbangkan tipis-tipis helai rambut yang berkeliaran di sekitar rupa ayu itu.

si pemuda tampak diam sejenak dengan pandangan mengarah anteng pada wajah cantik itu. "saya chan. siapa nama anda?"

lawan bicaranya lantas ikut menatapnya kembali. "yiseul."

chan mengangguk paham sebelum kemudian mengambil suapan lainnya. "anda terlihat masih muda. apakah anda mahasiswa?"

sang nona mengangguk. "benar. sekarang saya di tahun kedua."

"ah, kalau begitu anda lebih muda, ya? saya baru saja lulus," ujar chan sumringah. sedangkan lawan bicaranya hanya menanggapi dengan 'oh' sederhana. chan tersenyum. "kalau begitu boleh kan jika aku bicara santai?"

"ah, ya. silahkan."

keduanya kembali senyap. chan sibuk dengan ramyunnya, yiseul juga tampak tak berniat bersuara dan hanya memandangi sungai han. chan, menyadari hal itu.

lantas setelah ramyunnya habis, chan langsung membuang sisa cupnya dan kembali duduk bersama gadis itu.

"anda makan dengan cepat. apakah itu akan tercerna dengan baik?" tanya yiseul heran.

chan tertawa kecil. "iya, tenang saja. metabolismeku bagus. umumnya aku makan 3 cup ramyun sekaligus."

"oh.."

piecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang