Seperti biasa, aku akan bersiap dan mengunjungi Daendels. Pagi cerah ini sangat cocok untuk menendang para bangsawan dari jabatannya. Ah, aku hanya becanda. Tapi aku benar-benar akan menarik tugas mereka.
Selain mereka akan kesulitan membagi waktu mengurus kekaisaran dan wilayahnya aku rasa sudah saatnya aku menbangun benteng kekaisaran agar terhindar dari pemberontakan.
"Ibunda?" Suara serak khas anak bangun tidur menyapa telingaku.
Aku lupa jika Xaverius tidur bersamaku semalam. Aku bisa ingat bagaimana bocah cilik itu memelukku dengan erat bahkan aku sampai hampir kehabisan napas. Tak tega membangunkan aku lebih memilih menggendongnya dan tidur bersama.
"Kau sudah bangun? Pergilah kekamarmu dan mandi!" Titahku tanpa menoleh menatapnya.
Bisaku lihat kepalanya menunduk. Eh, apakah bocah itu sedih? Apa karena aku mengusirnya? Woi, aku hanya menyuruhnya mandi.
Tolong aku harus bagaimana ini, "Jika kau hanya menunduk terus, kau akan mendapatkan hukuman dari gurumu! Jangan lupakan kau harus belajar Xaverius."
Xaverius tersentak kecil kepalanya kembali mendongak menatapku, aku segara menatap diriku di cermin lagi.
"Apakah aku boleh mengunjungi ayahanda? Aku akan mengikuti kelas setelah bertemu ayahanda." Pinta bocah kecil itu.
Aku terdiam, benar juga. Xaverius tak pernah mengunjungi Daendels setelah dirinya ku telantarkan, bukan aku tapi Evelyn. Tak ada salahnya aku membawa Xaverius.
"Bersiaplah, aku akan menyuruh Elliot mengubah jadwalmu." Finalku pada akhirnya.
Bisa kulihat wajahnya tersenyum lebar, jika bisa pasti Xaverius akan menari-nari diatas ranjangku. Dia sangat bahagia hanya karena aku mengizinkan ia menemui ayahnya?
Apa seluruh anak seperti itu? Aku lupa akan perasaan itu.
Bocah kecil itu langsung mengangguk cepat dan berlari keluar dari kamarku. Tanpa sadar senyumku terbit melihat bagaimana Xaverius bahagia dengan hal sederhana itu.
Aku bertekad akan membuat dia tersenyum sebelum Aluna datang. Tapi, apakah aku rela Xaverius tersenyum karena orang lain? Bukan karenaku.
'apa yang kau pikirkan, Eve!' ucapku dalam hati.
Mengakhiri pikirannya yang bercabang entah kemana, aku segera pergi ke kamar Daendels. Banyak yang mempertanyakan mengapa aku tidak membiarkan Daendels tidur bersama? Ya ibarat orang sakit pasti di bawa kerumah sakit, jika aku sekamar dengannya aku takut tidurku menganggu bahkan takut jika aku tidak sangaja menendang kaisar tampan itu.
Jadi sekarang sudah pahamkan mengapa aku memberikan Daendels kamar lain? Jika Evelyn menempatkan suaminya karena sudah tidak peduli lagi, berbeda denganku oke?
"Salam permaisuri permata Kekaisaran, semoga matahari memberkati anda." Ucap Elliot yang entah dari mana datang serambi menunduk sopan.
"Hentikan, Elliot! Bisakah kau tidak terlalu formal padaku?" Kataku bertanya. Aku sedikit berharap Elliot masih mau menjadi adikku seperti yang dia ucapkan pada Evelyn.
"Saya tidak berani, Your Majesty." Balas Elliot yang membuatku kesal.
"Terserah, aku mau kau mengubah jadwal Xaverius, bocah itu akan mengunjungi ayahnya setiap pagi." Ujarku ketika ingat apa yang ingin aku katakan.
Bisa ku lihat wajahnya berubah bingung, namun ada kilatan bahagia di matanya. Ada apa dengan pria di depanku?
"Baik, Yang Mulia!" Ucapnya bersemangat lalu pamit pergi.
Tak mau banyak berpikir, aku pun bergegas memasuki kamar Daendels yang ternyata sudah ada Xaverius yang membersihkan Daendels bersama dengan Herlay di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN OF THE RULER
RandomReincarnation Series - Transmigration Series Masuk kedalam dunia novel? Belum pernah terdaftar dibenak Divyone Yolexander si anak keturunan kerajaan. Yang sialnya dia hidup dizaman Kekaisaran', kesialannya bertambah ketika ia tahu tubuh yang di tem...