02

718 87 7
                                    

"Ge, aku minta tolong bangunin Zee, 'ya? pagi ini dia harus berangkat ke bandung buat ambil berkas disana."

Gracia mengangguk dan berjalan menghampiri Shani terlebih dulu, punggung tangannya ia tempelkan diantara dahi gadis itu guna mengetahui suhu tubuh kekasihnya, kepala Gracia mengangguk saat dirasa panas pada kekasihnya sudah membaik, sebab semalaman suntuk Gracia harus menjaga Shani yang lebih banyak terbangun karena muntah-muntah dan tak bisa tidur dengan nyenyak di sampingnya, Gracia jadi harus lebih ekstra menjaga kekasihnya dan memeluk Shani hingga hari menjelang pagi.

"Yaudah aku ke kamar Zee dulu, 'ya? abis itu aku bikinin kamu bubur sama bawain obat."

"Aku udah sembuh 'kan, Ge." Tanya Shani sembari menatap Gracia dengan tatapan sayunya "Maaf aku udah bikin kamu repot karena harus jagain aku semaleman."

Gracia langsung saja meraih satu lengan panjang Shani dan mengusap pucuk kepala gadis itu yang tengah bersandar nyaman pada kepala kasur "It's okay, sayang. aku juga minta maaf, 'ya? aku minta maaf karena kemarin jarang ada waktu buat merhatiin kamu." Gracia benar-benar dibuat sibuk oleh pekerjaannya yang terkadang membuatnya harus melupakan Shani sejenak, namun tak jarang pula Gracia menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat hanya karena ingin mengambil waktu untuk bisa bersama dengan kekasihnya.

"Aku keluar dulu, 'ya? panggil aku kalau kamu mau apa-apa." Gracia tersenyum sekali lagi dan mulai melangkah keluar kamar karena ingin membangunkan adik kesayangannya untuk pergi ke bandung pagi ini.

Namun saat baru saja pintu kamar akan tertutup, sebuah panggilan terdengar dari dalam yang mengintrupsi pergerakan Gracia menjadi terhenti dan kembali berjalan ke arah Shani.

"Kenapa?"

"Aku butuh sesuatu, Ge."

Gracia mendekat selangkah ke arah Shani "Butuh apa, sayang?"

"Your lips, morning kiss ku mana, Ge?"

Gracia menepuk pelan dahinya saat permintaan itu terucap dari bibir kekasihnya "Kirain apa, Ci." Kemudian secara perlahan Gracia mendekatkan wajahnya ke arah Shani dan mengecup sekilas bibir kekasihnya dengan lembut tanpa ada lumatan sama sekali.

"One more, please."

"No, aku harus bangunin adik kamu dulu, kasian takut keburu siang nanti macet di jalannya."

Shani hanya mampu menghela nafas pelan dan mengangguk samar tanda mengiyakan ucapan Gracia, Shani kembali berbaring dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya dan hanya menyisakan kepalanya saja, entah apa maksud gadis itu tapi yang jelas Gracia cukup tau jika Shani tengah merajuk karena tak mendapatkan ciuman lebih darinya tadi. Momen seperti inilah yang terkadang Gracia rindukan dari gadis yang terbungkus oleh selimut itu, manjanya gadis itu membuatnya lagi-lagi harus jantuh cinta berkali-kali tanpa ada rasa lelah sama sekali, menjalin hubungan dengan Shani adalah hal paling menyenangkan dan sangat Gracia syukuri di sepanjang hidupnya.

Cup. .

Cup. .

Shani tersenyum lebar saat merasakan ciuman Gracia mendarat di pipi dan bibirnya, kepalanya menoleh ke arah pintu menatap punggung kekasihnya yang kian menghilang, manis sekali.

***

Tok. .tok. .tok.

Gracia mengetuk beberapa kali pintu dengan nama yang bertengger di depannya yang bertulisan nama gadis di dalam sana, hingga tak berselang lama pintu itu terbuka dan menampakan Zee dengan pakaiannya yang sudah rapih dan harum, Gracia tersenyum melihat bagaimana cantik dan kerennya adik dari kekasihnya itu, menurut Gracia tiga bersaudara yang ada di rumah ini semuanya benar-benar produk yang tidak gagal sama sekali, cantik dan tampan semuanya menjadi satu di saat yang bersamaan.

ALVIANZEE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang