15 2 0
                                    

"M-Mama!?"

Wanita itu---Zena, menatap Pian dengan tatapan terkejut.

"Akhirnyaa, kau bangun jugaa... Apa ada yang sakit? Kenapa kamu bisa pingsan di jalan, hm?"

"P-Pingsan?" Pian bergumam pelan, dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"M-Mama, ini Pian lho! M-Mama ga kenal Pian?"

Zena mengernyitkan dahinya, "Mama? Umm... Maaf, Kakak bukan Mamanya kamu."

Pian menatap Zena dengan tatapan kecewa, "I-Ini Pian, Ma... M-Mama kok ga ingat sama Pian, sih..."

Zena tersenyum lalu membantu Pian bangkit untuk duduk, "Kakak mirip ya sama Mamanya kamu?" Zena mengusap-usap punggung Pian, berusaha menenangkannya.

Pian terdiam sejenak, sesekali dia melirik Zena---Mamanya, yang terlihat lebih muda. Tidak seperti Mamanya yang sering dia lihat, wajah Mamanya lebih mulus dibandingkan yang biasa dia lihat. Tubuhnya juga lebih kurus, tidak segemuk yang biasa Pian lihat.

"Kenapa kamu pingsan di jalan, hem?" Zena kembali bertanya pada Pian, membuat Pian menatap heran Zena.

"P-Pian... Pingsan?"

Zena mengangguk, "Tadi, Kakak lihat kamu udah pingsan di jalan. Kakak bawa kamu pulang karena Kakak takut kamu kenapa-kenapa."

Pian kembali terdiam. Bukannya tadi Ayahnya menusuk perutnya? Dia pun mulai meraba-raba perutnya, rasanya sudah tidak sakit lagi.

Lalu, kenapa dia bisa di sini? Kalau memang dia ditusuk, bukankah harusnya dia sudah mati?

"Apa kamu punya orang tua, hm?"

"P-Pian... Engga ingat." Ucapnya pelan, karena jujur dia masih ragu dengan apa yang terjadi.

Zena menghela nafas, dia mulai berasumsi bahwa Pian hilang ingatan. Dia tersenyum lalu mengusap kepala Pian.

"Nama Kakak, Zena. Salam kenal. Nama kamu Pian, kan?"

"H-Huh? I-Iya..."

Zena kemudian bangkit, "Kamu di sini aja ya? Istirahat dulu. Kakak ambilin minum sama ambilin sup untuk kamu, ya?"

Pian hanya diam sambil menunduk, dia agak terkejut dengan apa yang terjadi. Pian mulai berpikir dan mengingat-ingat dengan serius tentang apa yang terjadi.

"Tadi Pian buka pintu, terus... Ayah masuk rumah. Kunci pintu, tusuk Pian pake pisau. Terus.... apa lagi ya?"

Pian tersentak setelah mengingat sesuatu.

"Ohh, iya! Terus tiba-tiba gelap, Pian jadi kebangun di sini!"

Pian tersenyum senang setelah mengingat hal tersebut, dan muncul pertanyaan baru lagi.

"Tapi, kenapa Mama ga ingat sama Pian? Kenapa Mama lebih cantik dari biasanya? Kenapa, ya?"

Pian kembali terdiam, memikirkan banyak hal sambil melirik ke sekitar kamar tempat ia duduk.

Perhatiannya pun tertuju pada kalender tergantung di ujung kamar.

'1 November 20XX!?'

Mata Pian terbelalak.

"S-Sembilan tahun yang lalu? Eh, bukan. Sepuluh. Sepuluh tahun yang lalu!"

Pikiran Pian mulai terbuka, "Umur Pian masih sembilan tahun. Kalau ini sepuluh tahun yang lalu, berarti... Pian belum ada!"

"Tapi... kalau memang Pian belum ada, kenapa Pian di sini? Lagi pula, harusnya kan Pian udah mati..."

"Terus, Mama gimana? Pasti Mama bakal sedih kalau tahu Ayah nusuk Pian pake pisau yang tajaaam banget..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For Mom, I'll Do It! (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang