一 「プロローグ | Prolog」

12 2 0
                                    

"Berita terkini, seorang penculik anak berinisal R berhasil kabur dari penjara. Saat ini, polisi sedang berusaha mencari pelaku yang diperkirakan kabur ke daerah pinggiran kota..."

.....

"Mama mau kerja sekarang?"

"Iya, Pian. Mama mungkin pulang agak sore. Pian beneran ngga mau ikut sama Mama ke tempat kerja?"

"Engga, Ma. Pian mau nonton TV sepuasnyaaa hari ini. Kan lagi libur sekolah, Ma."

"Yaa udah deh kalau gitu, Mama pergi ya? Ada telur dadar di atas meja. Itu makan siangnya Pian, ya?"

"Oke Ma!"

"Dan, jangan lupa kunci pintu..."

"Iya! Hati-hati Mama pian yang cantik!"

Seorang wanita yang dipanggil Mama itu tersenyum lalu mengelus lembut kepala anak kecil yang ada di depannya ini. Ia pun berlalu pergi menuju tempat kerjanya di tengah kota.

Sementara itu, anak laki-laki yang dipanggil Pian ini, menutup pintu rumahnya seperti yang Mamanya perintahkan. Ia menghela nafas lega setelah menutup pintu rumahnya.

"Mama udah pergi, waktunya Pian beraksi!" Pian mengambil buku tulisnya di kamarnya, lalu membukanya. 'Resep Nasi Goreng ala Chef Ruka', tertulis di bukunya.

Pian membawa buku itu ke dapur sambil membacanya, ia membuka kulkas dan lemari dapur untuk mencari bahan-bahan yang tertulis di buku tulisnya. Setelah beberapa menit, ia berhasil mengumpulkan bahan-bahan yang ia butuhkan.

"Karena hari ini hari Mama, Pian mau masak nasi goreng untuk Mama!" Pian mulai mengambil pisau, sambil mengingat-ingat cara Mamanya memotong bawang.

"Semoga aja, Mama suka nasi gorengnya Pian. Pian suka liatin Mama masak, pasti Pian bisa!" Pian mulai memotong bawang merah di atas telenan, tangan kecilnya itu agak kaku karena tidak terbiasa memotong sesuatu. Beberapa detik kemudian, ia mulai merasa matanya perih.

"HWAAA PERIHHHH!!" Pian berteriak, ia menangis. Dia langsung melempar pisau di tangannya. Hampir terjatuh menusuk kakinya.

"Kenapa perih, sih? Biasanya kalau Mama motong bawang, Mama ngga pernah nangis karena keperihan..." Gerutunya, dia mengucek matanya, menambah rasa perih pada matanya.

Dia meninggalkan bawang merah di telenan. Dia mulai menyiapkan kuali di atas kompor lalu perlahan menuangkan minyak untuk dipanaskannya.

"Uhh... Nasi goreng ga pake bawang pasti tetap enak! Ya, Mama pernah masak nasi goreng ga pake bawang. Waktu itu bawang habis, Mama bisa masak nasinya ga pake bawang, kok!"

Pian mengeluarkan sekotak daging ayam mentah dari dalam kulkas. "Nahh, Pian pernah lihat Mama masak ayam goreng yang enak banget. Pian pasti juga bisa bikin yang rasanya kayak buatan Mama."

Tanpa mencucinya dulu, Pian langsung melemparkan sepotong ayam mentah ke dalam minyak panas. Minyak yang baru saja panas itu terciprat keluar dan mengenai lengan kanan Pian.

"AHHHHH PANAASSSS!!!" Pian kembali berteriak, ia memegang kuat lengan kananya lalu menatap ayam mentah basah berada di dalam minyak panas, sedang dalam proses digoreng.

"Uhh... Tahan, Pian... Tapi, Mama kalau masak ga pernah gini..." Ia mengambil sutil, lalu mulai membalik sepotong ayam dalam minyak panas itu dengan takut-takut. Letupan letupan kecil pun keluar dari ayam dan minyak panas tersebut.

"Eh, kalau ga salah, Mama cuci ayamnya dulu deh..." Pian menggaruk kepalanya, ia melupakan sesuatu.

"Umm... Ga apa-apa deh! Ayamnya tetap enak kok!" Pian tersenyum bangga, ia menyiapkan semangkuk besar nasi sambil menunggu ayam mentahnya tergoreng.

For Mom, I'll Do It! (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang