Hujan mendera bumi begitu derasnya, lalu lalang motor serta klaksonnya berteduh pada setiap yang bisa di singgahi untuk melindungi diri dari rintik hujan. Tetapi, yang memiliki jas hujan berebut ingin pulang apa lagi yang beroda empat.
Langit melirik arlojinya, sudah hampir jam sebelas malam dan sudah hampir satu jam ia menunggu hujan yang tak kunjung mereda. Sialnya, pria itu lupa membawa mantelnya sebelum ke tempat bimbel.
Bunyi notifikasi dari bundanya, membuat langit mau tidak mau harus pulang sekalipun dia basah kuyup. Pasalnya, dia tidak ingin bundanya menjemput dirinya di tengah malam seperti ini juga tidak mungkin ayahnya di bandung sana menjemputnya di sini.
Sampai di rumah, Langit melihat bundanya terlihat menunggu dengan raut wajah yang khawatir.
"Bunda kenapa di luar?" tanyanya ketika berdiri di samping sang bunda dengan badan basah kuyup.
"Aduh kok bisa basah begini? Abang lupa bawa mantel lagi? Masuknya lewat pintu samping aja biar airnya nggak berceceran," cerocos bundanya sebelum masuk membukakan pintu samping untuknya.
Tidak mau menunggu omelan selanjutnya, Langit mengambil langkah ke pintu samping rumahnya.
"Ini handuknya, mandinya pakai air hangat ya, bang. Bunda bunda mau buatin teh hangat dulu,"
Langit segara membersihkan tubuhnya, mengganti pakaiannya dengan baju yang lebih tebal. Pria itu kemudian ke ruang tengah, ia mengambil tempat tepat di samping bundanya.
"Ini tehnya diminum," perintah bunda Langit.
"Makasih banyak bunda," ucapnya
"Sama-sama, anak bunda," balas sang bunda sambil mengelus surai hitam milik langit. Setelah tehnya tandas, Langit langsung memeluk bundanya dan di balas sang empu.
Langit tersenyum di balik pelukan bundanya. Rumah baginya memang seperti ini, juga karena ini notifikasi dari bundanya adalah ajakan untuk segera pulang.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Paling ujung
Teen FictionAku ribuan langkah bersama, Griz. Hanya Griz hari itu yang sepenuhnya menjadi utuhku. Tak lama semesta memberi perkenalan baru, derap-derap yang begitu ku hapal kini berganti menjadi langkah begitu asing. Dia, Langit. Lelaki dengan senyum seindah se...