RESPATIH FAMILY
ORANGTUA
BRAHMANTO RESPATIH & HAYUNINGTYAS
ANAK-ANAK
FAIZ RESPATIH
FARIZ RESPATIH
FARIZA NINGTYAS
PROLOG
19 JULI 2018
“Bisa minggir nggak?”
Gadis berkuncir dua itu kini menatap dua cowok yang ada di depannya. Fahmi yang gendut dan Vino, si kurus yang selalu mengganggunya kini berdiri tepat di depannya. Biasanya pulang sekolah begini, Fariza tidak pernah sendiri, hanya saja hari ini dia terpaksa melakukan itu.
“Apaan, Za. Hari ini dua kakakmu yang selalu melindungi kamu nggak ada. Bisa apa kamu?”
Fahmi mengatakan itu dengan memamerkan permen lollipop yang baru saja direbutnya dari Fariza. Gadis itu melangkah mundur. Dia tidak bisa menghadapi dua berandal yang selalu saja mengganggunya di sekolah.
“Aku bilangin dua kakakku.”
Fariza mencoba untuk berani dan kini mendongak agar dia kelihatan mengancam. Dia meniru gerakan Kak Faiz, saat membelanya. Tapi Vino kini malah terkekeh geli. Tentu saja hal itu membuat Fariza melangkah mundur. Sepatu warna putih yang baru saja dibelikan ayahnya kemarin tampak tidak bisa diajak bekerjasama. Rasanya begitu berat kakinya untuk melangkah. Dia juga merutuki dirinya sendiri karena mengambil jalan memutar sehingga sampai di gang yang sempit ini. Tidak ada orang yang berlalu lalang di sekitar.
“Vin, udah rebut aja tasnya terus kita buang ke genteng situ tuh.”
Fahmi mengatakan itu kepada Vino yang mencekal lengan Fariza, tentu saja hal itu membuat Fariza ketakutan. Selama ini, bahkan di usianya yang sudah menginjak 15 tahun, dia masih butuh perlindungan dua kakak cowoknya. Sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara dimana dia sebagai cewek sendiri, menjadikannya dimanja di dalam keluarganya. Kedua kakaknya yang berjarak 2 tahun dan 4 tahun itu selalu saja melindunginya.
Kedua orang tua mereka menyekolahkan mereka di sebuah sekolah swasta yang terhubung dari tk sampai SMA. Sehingga lingkup sekolahan sama dan membuat mereka berbarengan berangkat dan pulang sekolah.
“Aku serahin uang jajan aku nih.”
Fariza dengan gugup mengambil beberapa uang dari saku seragamnya dan melemparkan begitu saja ke jalanan di depannya. Tapi Vino dan Fahmi malah kini menyeringai lebar yang membuat Fariza makin ketakutan.
“Wah nggak butuh duit. Butuhnya kamu Za, nangisin tas kamu. Sini!”
Dengan cepat Vino merebut tas yang dibawa Fariza, lalu menyerahkan kepada Fahmi dan langsung dilemparkan ke atas genteng rumah yang ada di depan mereka. Hal itu tentu saja membuat Fariza langsung menangis. Dia menatap genteng rumah yang begitu tinggi itu.
“Huwaaaaaa awas ya kalian…”
Vino dan Fahmi malah makin terkekeh. Tapi kemudian dua berandalan itu berlari tunggang langgang saat mendengar suara dari belakang Fariza.
“Iza…”
“Za… kamu nggak apa-apa?”
Fariza yang sudah menangis histeris kini menoleh ke belakang dan mendapati Faiz, kakak pertamanya langsung memeluknya.
“Hei, ada kakak di sini.”
Pelukan itu malah membuat Fariza makin menangis kencang. Dia memeluk tubuh Faiz dengan erat.
“Heh, berandal…”
Teriakan Fariz, kakak keduanya terdengar di telinga Fariza. Kakak keduanya itu memang jago beladiri. Kakak yang duduk di bangku SMA kelas dua itu selalu melindunginya kalau ada yang mengganggu.
“Riz, udah…”
Faiz berteriak dan menghentikan Fariz yang sudah mengejar Vino dan Fahmi. Lalu mengusap wajah Fariza yang basah dengan punggung tangannya.
“Ada yang terluka?”
Fariza langsung menggelengkan kepala. Tapi kemudian dia teringat tasnya ada di atas genteng.
“Kak, itu…”
Dia menunjuk genteng di depan mereka. Fariz dan Faiz langsung mengikuti arah telunjuk Fariza dan dua kakaknya itu saling bertatapan. Kemudian helaan nafas mereka terdengar.
“Kita bakal dimarahin bunda.”
“Bunda udah bilang, jagain adik kalian. Bukannya malah ditinggal.”
“Ariz nggak ninggalin Iza lho Bun, dia sendiri yang udah pergi. Padahal Ariz nungguin di kantin hampir 1 jam.”
Fariza mendengar bundanya memarahi Fariz. Memang ketiganya jadi pulang terlambat sampai rumah dengan keadaan baju Fariz dan Faiz robek karena memanjat dinding rumah yang begitu tinggi untuk mengambil tas Fariza.
“Ya kamu kan bisa jagain adik kamu biar nggak pergi duluan.”
“Faiz yang salah Bunda, jangan salahin Ariz sama Iza. Tadi ada rapat osis jadi Faiz telat mau bilangin Iza buat nungguin.”
Itu jawaban kakak pertamanya. Kini Fariza berbaring telentang dan menatap langit-langit kamarnya. Selalu saja begitu, Fariz yang disalahkan dan Faiz membela. Tapi dua kakaknya itu selalu melindungi mereka. Dia tersenyum senang, di usianya yang baru 15 tahun sepertinya dia tidak membutuhkan siapapun kecuali dua kakaknya itu.
BERSAMBUNG
CERITA BARU NIH RAMEIN YUUUKKK
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA CINTA DI RUMAH
RomanceFAIZ, FARIZ, DAN FARIZA adalah 3 bersaudara yang sangat dekat. Fariza anak bungsu dari 3 bersaudara itu dan dimanja di dalam keluarganya. Hal itu membuat Fariza merasakan ketergantungan dengan kedua kakaknya yang selalu melindunginya. Tapi kemudian...