#Bab 17. Masih Dengan Kasus Juno

24 3 0
                                    

Bayu memarkirkan kendaraannya di sebuah kediaman yang tampak sederhana seperti rumah peristirahatan dikalah senja. Sembari membawa sekeranjang kecil buah ia langkahkan kakinya menghampiri seseorang yang tampak duduk membaca koran di halaman belakang.

"Selamat pagi pak." Sapa Bayu mengalihkan perhatian pria tua itu dari korannya.

"Ah nak Bayu, selamat pagi. Apa kabar?" Sapanya ramah sembari tersenyum hangat.

Bayu sedikit terkekeh sambil ia sodorkan sekeranjang buah yang sedari tadi dirinya bawak. "Seharunya saya yang bertanya kepada bapak, apa kabar pak?"

"Saya jauh lebih baik dari terakhir kali kita bertemu." Ia terima Buah yang di sodorkan Bayu dan meletakannya di atas meja. "Duduk Bay."

Bayu mengangguk dan mendudukkan dirinya di kursi yang dimana kursi tersebut berhadapan langsung dengan pria tua itu, kini hanya meja bundarlah yang menjadi penyekat jarak antara mereka.

"Setelah terakhir kali di Rumah Sakit, maaf kalau saya baru bisa menjenguk bapak sekarang."

"Ah tidak apa-apa, saya tau seorang pengacara kondang seperti kamu ini pasti sangat sibuk." Ucapnya sedikit bergurau.

"Bapak bisa saja." Saut Bayu yang sontak membuat mantan pengacara Hariyanto itu terkekeh. "Sebenarnya selain menjenguk tujuan dari kedatangan saya kesini ingin menanyakan beberapa hal pak." Ragu namun pasti akhirnya Bayu menyampaikan iktikad nya datang ke kediaman Pak Gustian.

Pak Gustian tampak menaikan sebelah alisnya. "Perihal?"

Bayu terdiam cukup lama sebelum mulai berujar dengan serius. "Begini pak..."

Setelah berbincang cukup lama bersama Pak Gustian kini Bayu kembali menjalankan mobilnya menuju pengadilan, segala pertanyaan yang beberapa hari lalu memenuhi benaknya kini tlah terjawab sudah.

Namun perjalanan Bayu menuju pengadilan terhenti tak kalah melihat seorang wanita yang berdiri di pinggir jalan bersama mobil terlihat kebingungan. Dia Kinanti, tampaknya sudah menjadi hobby mobil wanita itu mogok di pinggir jalan seperti sekarang.

"Mogok lagi?" Tanya Bayu cukup keras dari dalam mobilnya.

Kinanti tampak terkejut untuk beberapa saat dengan kehadiran Bayu sebelum mengangguk. "Iya."

"Ayok saya antar." Tawar Bayu.

Kinanti menatap bergantian jam tangannya sebenernya ia buru-buru namun karna tidak ingin menyusahkan, menolak adalah jalan yang harus Kinanti pilih. "Tidak usah pak Bayu."

"Tidak apa-apa, kita satu arah." Kata Bayu yang juga tergesah-gesah karna sudah di klakson oleh mobil belakangnya, "Ayo!"

Setelah terdiam cukup lama berfikir akhirnya Kinanti mengangguk, ia ambil beberapa berkas siswa di dalam mobilnya sebelum naik ke dalam mobil Bayu.

Untuk beberapa saat mereka diselimuti keheningan, Bayu fokus menatap ke arah jalan dan Kinanti memilih mengalihkan perhatiannya ke luar kaca jendela.

"Bagaimana kasus Juno?" Tanya Bayu yang sontak mendapat tatapan terkejut dari Kinanti.

"Saya diberi tahu oleh Haikal."

Kinanti lupa kalau kemaren Haikal sempat menyebut nama Bayu saat di rumah Juno. "Belum ada solusi, sampai sekarang korban masih diam sedangkan Juno bersikeras mengatakan tidak."

"Lalu keluarga gadis itu? Apa mereka tidak menuntut siapapun?" Kinanti menjawab pertanyaan Bayu dengan gelengan. Saat pihak sekolah kemaren mengantar Risa pun katanya ayah Risa tampak tidak bereaksi apa-apa.

"Sudah coba bicara empat mata dengan gadis itu?" Tanya Bayu masih serius menyetir.

"Belum, saya belum ada kesempatan untuk itu. Tapi saya akan coba hari ini bicara empat mata dengan Risa." Ucap Kinanti.

Elegi Sang Bayu | Johnny X YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang