#Bab 11. Hukuman untuk yang bersalah

2 0 0
                                    

Siang hari yang terik Haikal pulang dari sekolah dengan sedikit misuh-misuh duduk di bangku bambu di teras rumah Bayu. Ia lihat sekitar, rumah Bayu masih tertutup rapat pintunya pertanda bahwa si pemilik rumah belum pulang. Bayu pasti lupa akan kehadiran Haikal yang masih membebani kediamannya itu kenapa tak ada kunci yang Bayu tinggalkan.

Merebahkan tubuh lelahnya Bayu berbaring dengan meletakkan lengan di atas wajah, sibuk larut akan pikirannya yang menerawang. Bukan pikiran tentang bagaimana nasibnya atau bagaimana hidupnya di keesokan hari namun bagaimana seorang Pak Bayu yang ia kenal dalam 1 hari bisa sebaik itu menampung anak laki-laki nakal seperti nya yang mungkin bisa saja mencuri atau merampok Bayu.

Tanpa sadar Haikal terlelap dalam tidurnya mengabaikan rasa lapar pada perut yang terus berbunyi.

"Kal." Tak sadar entah tertidur berapa lama dapat Haikal dengar samar suara Pak Bayu memanggil namanya.

"Hm?" Saut Haikal setengah sadar.

"Dari kapan kamu tidur disitu? Kenapa tidak masuk?" tanya Bayu pada Haikal yang mencoba mengumpulkan kesadarannya.

"Ah sepertinya Pak Bayu lupa kalau Pak Bayu tidak  meninggal kunci untuk saya." Kata Haikal yang sudah mendudukan dirinya.

Bayu sedikit menghela nafas dan sedikit menunduk meraih sesuatu di bawah kursi bambu yang mereka duduki. Sebuah kunci kecil yang akan membantu mereka masuk ke dalam rumah.

"Saya rasa kamu benar-benar kurang literasi Haikal." kata Bayu, entah Haikal sadar atau tidak namun di balik pintu ada tulisan "Kunci ada di bawah kursi teras." kurang lebih begitu yang tertulis dan itu adalah tulisan Almarhum Bapak.

Walau sudah bertahun-tahun tapi tulisan itu sejatinya masih bisa terbaca oleh siapapun kecuali oleh Haikal sepertinya.

"Oh saya lihat cuman saya ga kepikiran sampai disitu pak." sait Haikal sedikit tersenyum menampilkan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Ck ck ck Haikal Haikal." Kata Bayu beranjak dan membuka pintu. "Ayok masuk, saya bawakan makan siang."

Dengan semangat Haikal mengekori Bayu masuk ke dalam rumah. Beralasankan tikar keduanya duduk di depan tv menikmati makan siang berupa nasi dengan soto dan telur balado. Mereka tak duduk di sofa karna makan sambil bersilah lebih enak rasanya.

"Kalau siang-siang begini biasanya ada berita Pak." kata Haikal mencoba mengatur siaran tv. "Nah kan benar."

"Berita Dan Informasi Prostitusi Terkini Dan Terbaru Hari Ini, wanita jual remaja SMA dengan embel-embel hadiah. Terdapat lima korban siswa SMA dari sembilan kasus penggerebekan."

"Prostitusi? ada ada saja. Apa berita semacam ini benar Pak?" tanya Haikal dengan dahi yang mengerut.

"Kenapa? Kamu tidak percaya?" tanya Bayu yang di sauti Haikal dengan gelengan.

"Bukan, cuman aneh saja. Bagaimana bisa anak di bawah umur jual diri. Untuk apa?"

"Bukan jual diri namun dijual, lebih jeli lagi menelaah kalimat Haikal." ralat Bayu yang membuat anak laki-laki itu hanya bisa terkekeh.

"Iya itu maksud saya pak."

"Seharusnya kamu sebagai kaum kelas bawah tau alasannya kenapa. Tentu remaja seusia kamu ini sangat gampang di iming imingi hadia, target marketing mucikari di era seperti ini pastinya remaja yang masih mau berfoya-foya tapi uang jajan pas-pasan." terang Bayu karna banyak kasus beredar baru-baru ini perihal orang yang menjual remaja dengan embel-embel uang.

"Tapi apa ada yang mau beli Pak?" tanya Haikal dengan polosnya yang membuat Bayu terdiam. Pasalnya itu masih menjadi tanda tanya bagi Bayu. Kalau Bayu sebagai laki-laki tentu tak akan sampai hati merusak remaja yang seharusnya belajar dan mencapai cita-cita.

Elegi Sang Bayu | Johnny X YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang