6

7 0 0
                                    

" Mommm " suara kecil bergumam lirih membuat Selena kembali dari lamunanya.

Selena menoleh kesamping melihat Altair yang langsung menautkan alisnya, ekor matanya menunjuk paman baron dan beberapa pelayan yang mengamati mereka dengan intens. Selena mengigit kukunya cemas, apa yang harus ia lakukan astaga. Selena takut juga jika nanti yang akan dia lakukan malah menyebabkan kekacauan.

" Sini sayang" uluran kedua tangan Altair langsung ditangkap hangat oleh anak balita tersebut penuh gembira.

Balita itu kini berada digendongan Altair, dielusnya pucuk kepala balita yang tengah tersenyumgembira dipelukanya.

" Dady sam kangen" sam? siapa sami? samsul? Selena melihat balita tersebut memeluk erat Altair, bahkan tangan balita itu melingkar di leher gurunya astaga.

" Sejak yang mulia pergi, pangeran selalu menangis setiap hari bahkan 3 hari setelah yang mulia meninggalkan istana pangeran sakit dan mogok makan" Paman baron menunduk pada Altair sambil menjelaskan hal tersebut.

'jadi raja dan ratu yang asli pergi ke mana, bisa-bisanya mereka teledor meninggalkan anak yang sekecil dan mungil kacang pilus' Selena terus memperhatikan anak laki -laki itu sangat lucu pikirnya, apalagi matanya yang bulat, hidung kecil dan bibir yang mungil astaga lucu sekali.

" Maaf merepotkan kalian " Altair sedikit mengendurkan gendonganya guna melihat balita yang tak henti - hentinya tersenyum kepadanya dan Selena, bahkan tangan kecil itu telah melingkar di leher altair.

" Tidak sama sekali yang mulia " semua pelayan dan paman baron menunduk sebagai tanda hormat pada keduanya.

Altair menggendong balita tersebut dengan tangan satu, sedangkan tangan kananya ia gunakan untuk merengkuh pinggang Selena yang berjalan dengan tertatih.

" Bapak sebenarnya saya pengen marah cuman tenaga saya habis, tangan bapak pengen saya gigit" Selena bergumam pelan mendekatkan kepalanya ke Altair yang lebih tinggi sedikit menjinjit namun keseimbangan tubuhnya sedikit oleng.

Refleks tangan Altair semakin mengeratkan pelukanya pada Selena. Selena langsung memelototi pria itu. Enak saja pegang pegang.

'Dasar tua bangka modus mulu' hatinya mendumel sungguh jengah.

" Kalau saya lepasin nanti kamu bukan jalan, malah ngesot" ucap Altair pelan tepat disamping telinga Selena membuat gadis itu merinding sendiri apalagi Altair sedikit tersenyum diakhir ucapanya.Selena melirik ke paman baron dan pelayan lainya untungnya mereka tidak memperhatikan keduanya.

Setelah melewati lorong - lorong dengan pilar besar dan mewah mereka telah tiba didepan ruangan yang sangat luas bahkan terdapat kasur dengan ukuran king size, tak hanya itu ada pula sofa dan diujung terdapat pintu dan jendela kearah balkon.

"Baiklah yang mulia kami izin pamit dahulu" Paman baron dan seluruh pelayan meninggalkan mereka kemudian menutup pintu kamar dengan pelan. Tak lupa mengajak pangeran kecil itu, bahkan sebentar dalam pelukan Altair mampu membuat balita umur 4 tahun itu tertidur pulas. Pengasuhnya membawa pangeran menuju kamar tersendiri, agar tidak mengganggu keduanya beristirahat.

Selena dan Altair meneliti seisi kamar.

"PAK AL APA INI"

Selena berteriak keras kala matanya menangkap objek yang membuat jantungnya ingin melompat, pigura dengan gambar Altair dan Selena disana, tepat diujung ruangan ini foto mereka, iya itu sangat jelas bagaimana bisa sejak kapan marionya ada di foto itu, kuda kesayanganya pun ada difoto itu.

Altair mendekat melihat pula sumber keterkejutan Selena pria itu bahkan kehabisan kata- kata untuk sekedar bersuara, dirinya yang menggunakan baju ala kerajaan serta Selena yang menggunakan mahkota, apa ini semua gila sekali dunia ini, jadi mereka raja dan ratu disini. Bagaimana bisa semirip itu dengan mereka bahkan dari namanya dan wajah.

" Bapak di foto itu tampan ya" bibir Selena bahkan sedikit terbuka kala dia mengagumi foto didepan mereka tersebut.

"Sejak lahir saya sudah tampan " Selena memutar bola matanya malas pria dengan penuh percaya diri yang tinggi.

"Pak ini kita beneran ga bisa kembali?"Selena tidak mau Selena merindukan rumah, orangtuanya apalagi sekolah beberapa hari lagi kelulusan SMA bagaimana ini.

"Kamu kalau disini jadi istri saya, kamu ga mau?" Selena menatap Altair yang sangat menjengkelkan itu, tanganya sudah meraih bantal disofa akan ia gunakan sebagai senjata jika tua bangka itu melantur.

" Ogah banget saya jadi istri bapak, mending saya ga nikah sama siapapun kalau didunia ini cuman ada satu laki - laki yaitu pak Al " Altair malah tertawa, bibirnya tertarik matanya menyipit bahkan giginya nampak rapi, baru kali ini Selena melihat tawa pria titisan setan itu. Tak heran banyak sekali fans guru itu saat disekolah. Selena terbengong mengamati Altair.

"Kalau terpesona sama saya, gausah bengong" Selena jengah sekali kepedean pria itu ternyata diatas rata - rata.

" Sebenarnya saya sudah curiga sejak saya lihat kamu kesakitan pagi tadi disekolah" Selena menyeringit kebingungan dirinya mendekati Altair yang telah duduk disofa kamar yang amat besar itu.

"Maksud pak al apa?" Telunjuk Altair mengarah kebuku merah yang berada di meja dekat ranjang tidur. Selena mengikuti arah telunjuk pria didepanya, bukanya mendapat pencerahan dirinya dibuat semakin pusing ayolah kapasitas otaknya itu kecil, Selena itu lola.

" Saya juga mengalami hal yang sama, telinga berdengung nyaring saya pikir itu hanya sakit biasa. Tapi kejadian pagi tadi cukup jelas bukan hanya saya yang kesakitan tapi kamu juga Selena"

" Lalu apa hubunganya dengan buku merah itu "

Altair menunduk sejenak memijat pelipisnya pelan, rasa gundah dihatinya memuncak. Mau tak mau harus ia ceritakan.

" Itu sinyal dunia ini, buku yang kamu temukan telah saya baca saat saya umur 15 tahun, saat itu saya tidak tahu kenapa nama saya menjadi tokoh utama di cerita itu"

Selena menutup mulutnya dia tak percaya gadis itu terduduk disamping kasur bersama Altair di ranjang besar kamar. Mendengarkan dengan baik - baik Altair bercerita.

"Disana tertulis nama saya dan nama kamu, saya yang masih kecil menganggap itu hanya dongeng. Bahkan saya membacanya sampai habis, disana Altair dan Selena menjadi raja dan ratu dikerajaan mocaria namun dahulu akhir cerita ini hanya berhenti saat keluarga kerajaan dibantai, raja dan ratu pergi meninggalkan pangeran kecil sendirian."

"Mustahil saya percaya hal seperti itu. Tapi semua nyata saya bertemu dengan Selena, sebenarnya saya selalu terbayang bayang hal tersebut"

"Apa itu juga yang membuat bapak obsesi sekali buat menerima perjodohan kita"

"Iya, tapia bukan itu alasan utamanya" Selena meremas ujung piamanya pikiranya seperti sedang dipanah kenyataan yang tidak masuk akal berulang ulang, lantas bagaimana dia harus menyikapi semua ini.

" Apa dengan menerima perjodohanya kita bakal kembali ke dunia kita lagi pak al? " Altair hanya menggeleng pelan.

" Tidak semudah itu, kita disini jadi pusat mata memandang bahkan menjadi orang terpenting disini, kita ikuti saja alurnya sambil mencari cara bagaimana kita kembali" mata elang itu menjerumus ke Selena yang tertunduk melihat ubin dibawah sana,

"Kamu istirahat dulu,kita tidur sekamar " Tubuh Selena berhasil memutar sempurna menghadap Altair.

" IIII ngaa mau ya pak, bapak dari tadi modus mulu sama saya, bapak tau saya ga sudi!"

" Yaudah kalau ga mau, gausah tidur"

"Enak aja pak al terhormat, bapak tega ya sama saya"

Altair segera naik keatas ranjang dan berbaring, punggungnya terasa pegal apalagi sejak mereka datang kedunia aneh ini keduanya belum beristirahat. Selena terlihat murung egonya tinggi, perempuan itu sebenarnya sangat lelah tapi untuk berbagi tempat tidur TIDAK dia tidak sudi.

"Yakin tidak mau berbaring disini" Altair menopang kepalanya dengan tangan kirinya bdanya miring menghadap Selena yang masih berdiri.

'Anying"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DOMINAN LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang