Lukamu adalah lukaku
Rasa sakitmu adalah rasa sakitku
Takkan pernah kubiarkan kamu terluka
Takkan pernah kubiarkan kamu merasa sakit
Apapun akan kulakukan untukmu
Karena kamu lebih berharga dari apapun
Termasuk hidupku..
~
Milyaran butiran bening menyerang bumi dari balik awan kelam dengan bengis, malam itu, dia, seorang laki-laki berparas tampan sedang duduk termenung di balik jendela besar di kamarnya sambil menatap lurus menerobos hujan yang tengah menghantam bumi.
Pikirannya seperti menjelajah dengan mesin waktu kembali mengungkap semua memori yang tersimpan rapih dalam salah satu syaraf otaknya, seperti rol film yang sedang berputar dan menampilkan gambar-gambar kenangan yang begitu nyata.
***
Pagi kota itu begitu cerah, udara yang sejuk senantiasa menemani orang-orang yang mulai sibuk menjalani aktivitas rutin mereka, kicau burung mengalun merdu terbawa hembusan angin yang menyejukan.
"Minho, Hyunjin cepat turun dan sarapan." Teriak seorang wanita berusia akhir 30'an yang terlihat begitu segar dan cantik pagi itu.
"Iya Ma..." Teriak kedua bocah yang bernama lengkap Lee Minho dan Lee Hyunjin tersebut kompak menyambut teriakan ibu mereka.
Terlihat seorang anak laki-laki bertubuh mungil dan memiliki mata bulat nan cantik itu berlari dengan kaki kecilnya menuruni anak tangga.
"Kakak tunggu aku.." teriak seorang anak laki-laki imut yang memiliki tubuh tak kalah mungil dari sang kakak, ia berlari dan berusaha mengejar kakaknya tersebut, kedua tangannya sibuk membawa tas dan beberapa buku yang belum sempat ia masukan kedalam tasnya.
"Sayang jangan berlari seperti itu nanti kalian ja..."
Bruk~
Suara gaduh itu tiba-tiba menghentika perkataan ibu yang masih sibuk di dapur.
"Aduhh.." terdengar suara mengeluh dan isakan setelah suara gaduh tersebut.
Minho yang berada di hadapannya segera menghampiri Hyunjin, begitu juga dengan ibu yang sedang meletakan beberapa menu sarapan di meja segera berlari menghampiri Hyunjin yang terduduk di lantai sambil menagis menahan rasa sakit di lengan dan dagunya yang terbentur lantai saat terjatuh, tas dan buku-bukunya berserakan di lantai.
"Hyunjin tidak apa-apa?" Minho segera memeluk adik kecilnya dan mencoba menenangkannya.
"Sakit sekali Kak, hiks hiks.." Adunya sambil terus terisak.
"Aduuhh.. belum selesai Mama bicara kamu sudah terjatuh, lain kali jangan berlari seperti itu." Ibu membungkuk menyejajarkan tubuhnya dengan kedua anaknya, "ayo kita obati dulu lukamu agar tidak membengkak." Ajak ibu setelah melihat memar pada lengan kanan Hyunjin. "Minho, kamu sarapan duluan dengan Papa ya."
"Iya Ma." Ibu dan Hyunjin berdiri dan berjalan ke kamar Hyunjin yang juga kamar Minho untuk mengobati luka di lengan dan dagu Hyunjin, sedangkan Minho segera memasukan buku-buku yang berserakan kedalam tas Hyunjin dan membawanya ke ruang makan.
~
"Minhooo...." Teriak seorang anak laki-laki dari belakang.
Minho yang sedang berjalan di koridor sekolah segera membalikan tubunya kearah suara yang memanggil namanya tersebut, Hyunjin yang berada di samping Minho juga ikut berbalik. Terlihat seorang anak laki-laki bertubuh tak jauh berbeda dengan kedua kakak beradik itu tengah berlari kecil kearah Minho dan Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regrets || Hyunho
FanfictionUntuk apa menjadi egois kalau menyakiti diri sendiri dan orang yang kita sayangi.