#7 || Ketika Dia Kembali

226 24 2
                                    

Tepat pukul 10 pagi di hari minggu, seorang laki-laki tampan dan seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat cantik dengan sebuah senyum yang selalu menghiasi wajahnya, kini sedang berada di sebuah ruangan yang cukup luas, begitu banyak orang berlalu lalang, ada yang sedang duduk di kursi tunggu, ada yang berjalan entah mau kemana, ada yang berdiri sambil mengangkat papan nama, tentu itu papan nama orang yang sedang mereka tunggu. Minho dan ibu kini berada di bandara, menunggu orang yang sangat mereka rindukan.

Berbeda dengan ibu yang selalu mengumbar senyum bahagia, Minho tampak begitu tegang, meskipun dia sangat merindukan adiknya, namun ada kecemasan pada guratan-guratan wajahnya.

Mata kedua mereka berkeliling menerobos ratusan orang yang memenuhi ruang tunggu kedatangan tersebut, mengamati mencoba menemukan sosok yang amat sangat mereka rindukan, Lee Hyunjin.

Greb~

"Mama.." Seorang laki-laki tinggi dan berparas tampan memeluk ibu erat dari belakang.

"Hyunjin... astaga, Mama sangat merindukanmu, sayang." ibu memutar tubuhnya dan memeluka erat tubuh anaknya yang sangat dirindukan.

"Aku lebih merindukanmu, Ma." Hyunjin melepaskan pelukan dan menatap lekat wajah ibu, "Mama kelihatan semakin cantik." Hyunjin menunjukan senyum termanis yang ia miliki.

"Benarkah?" ibu tersenyum wajahnya merona layaknya seorang remaja yang sedang jatuh cinta.

Minho terus menatap ibu dan adiknya yang sedang melepas rindu, seyuman itu, tawa itu, suara itu, itu semua milik Hyunjin, tak ada yang berubah, dia tetap tampan saat tersenyum, suaranya masih jelas terekam dalam ingatan Minho, hanya satu yang berubah, tubuhnya semakin tinggi, bahkan lebih tinggi dari tubuh Minho.

'kamu tumbuh dengan baik, Hyunjin'

"Minho..." panggil ibu membangunkannya dari lamunan, "...kesini, sayang."

Minho menatap ibu yang tersenyum kearahnya, lalu matanya menatap sosok laki-laki tampan tepat di hadapan ibu, jantung Minho berdetak cepat tak berirama saat mata Minho bertemu dengan mata Hyunjin yang balik menatapnya, entah tatapan apa itu, rasa rindukah? Atau rasa benci.. Minho tak dapat berpikir dengan baik dengan keadaan seperti ini.

"Minho, mengapa diam saja, Nak? Cepat kesini.." ibu menarik lengan Minho dan membawanya ke hadapan Hyunjin.

Tak tahu harus bersikap seperti apa, Minho merasa seperti orang lumpuh begitupun dengan Hyunjin, dia hanya diam dan terus menatap Minho. Suasana menjadi canggung dan kikuk seketika.

'Tuhan keluarkan aku dari situasi seperti ini.' Jerit hati kedua kakak beradik itu.

"Nah.. kalian berdua tunggu disini ya, Mama ingin ke toilet sebentar." Ibu segera berjalan dan meninggalkan mereka.

'Mama, kenapa tega sekali ninggalin kita berdua disituasi seperti ini..' rengek kedua anaknya dalam hati.

Hening mendominasi keadaan saat ini, Minho dan Hyunjin tak saling bicara, bahkan mereka tak saling menatap lagi, meski sesekali mereka saling melirik dari sudut mata mereka masing-masing, ingin sekali melepas rindu yang selama ini terkubur karena sebuah keegoisan.

"H..hyunjin.. bagaimana kabarmu?" merasa situasi seperti ini tak benar, akhirnya Minho membuka percakapan meski suaranya tercekat.

"Baik." Jawab Hyunjin singkat.

"Syukurlah..." Minho tersenyum canggung, "...kamu tumbuh dengan baik Hyunjin, k..kamu bahkan lebih tinggi dariku sekarang." Minho tersenyum tulus menatap Hyunjin

"Terima kasih." Tampak rona merah di wajah datar Hyunjin, namun Hyunjin segera menutupinya dengan mengalihkan pandangannya.

Hening kembali mengambil alih situasi saat ini, tak ada yang bicara sampai ibu kembali dari toilet.

The Regrets || HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang