𖣂
Rhaella mungkin bukan sosok yang religius namun ia tidak lupa bagaimana caranya beribadat. Jemari kurus ramping miliknya tumpang tindih satu sama lain dalam tangan yang terkepal, ia memejam khidmat. Ratusan lilin putih beserta lidah api yang menyala-nyala di puncak, menghiasi meja bundar dihadapannya. Kerangka tengkorak kepala raksasa milik Balerion, bertandang gagah di atas meja peribadatan, hampir menyentuh langit-langit the Great Sept.
Beberapa anggota Faith of the Seven berlalu-lalang dalam pandangan Rhaella. Berkerudung hitam dengan jubah yang selaras warnanya.
Lima perempuan yang tampak lebih muda dari Rhaella berdiri tak jauh dari kakinya berada. Sibuk pada kepentingan masing-masing sehingga tidak menyadari bahwa anak bungsu Raja saat ini tengah berada di ruangan yang sama dengan mereka. Atau barangkali menurut Rhaella, kelima perempuan itu memang di didik untuk tidak terlalu jauh mencampuri ranah persoalan Kerajaan dan duniawi.
Meski begitu, Rhaella kukuh mempertahankan rahasia ketibaanya di King's Landing. Ia berharap orang-orang di Ibukota dan istana Red Keep mengabaikannya saja, seperti yang sudah-sudah, karena itu terbaik baginya.
"Alicent." Bibir Rhaella menipis usai nama itu lepas dari kehendaknya. Keningnya mengerut begitu dalam.
Rhaella akui, ia tidak menyukai Ibu tirinya tersebut yang kini menjadi Ibu Suri kedua. Bagi Rhaella, sosok gelar Ibu Suri hanya pantas di labeli untuk Aemma, Ibu kandungnya. Rhaella memang tidak pernah menyukai Alicent. Sejak ia dan Rhaenyra membentuk relasi persahabatan. Tidak ada dendam, hanya rasa ketidaksukaan padanya. Itu saja.
Rhaella tidak bisa membenci Alicent. Ia tidak bisa menaruh kebencian pada sosok yang sudah menemani Ayahnya yang malang hingga hari ini. Rhaella semakin tidak bisa membencinya karena Alicent telah membuktikan bahwa ia bisa membawa keturunan laki-laki untuk Kerajaan. Raja Viserys menyayangi anak-anak itu, adiknya.
Hanya saja sangat disayangkan, kehadiran anak-anak Alicent membawa perkara baru yang akan mencuat seiring waktunya tiba. Alicent menginginkan Aegon menduduki takhta Iron Throne untuk kepentingannya sendiri. Lambat atau cepat, tragedi lain akan segera terjadi.
Dan Otto Hightower, Rhaella tahu benar, jika Lintah Darat itu yang akan menjadi suksesor mewakili Aegon. Maka, di sinilah Rhaella, kembali ke King's Landing untuk selalu ikut andil dalam membela hak lahir Rhaenyra beserta anak-anaknya atas klaim resmi takhta besi itu. Sesulit apapun, ia sudi berdiri di sisi Rhaenyra.
Rhaella sudi melihat mahkota emas menghias kepala Rhaenyra dan bukannya kepala orang lain terlebih pada kepalanya, karena Rhaella tahu pasti, ia tidak menginginkan mahkota.
Mahkota tidak memberikan kekuatan melainkan hanya kekuasaan, dan beban yang disebabkan begitu berat untuk di tanggung. Rhaella sadar ia tidak akan sanggup untuk itu.
"Putri Rhaella."
Hidung bangir Rhaella mengerut samar kala namanya disebutkan. Matanya yang semula terpejam, terbuka perlahan-lahan sehingga bayangan api lilin membayang pada kedua irisnya yang memukau. Ia mengerling dan menemukan Rhaenys Velaryon tepat berdiri di sisi kirinya. Wanita baya dengan wajah yang tampak sekali familier. Sepupu Raja Viserys.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐑𝐈𝐃𝐄 𝐖𝐇𝐎 𝐍𝐄𝐕𝐄𝐑 𝐖𝐀𝐒 | Jacaerys Velaryon
Fanfictionㅤㅤㅤ❪ Jacaerys Velaryon ft. Female Oc ❫ ㅤㅤㅤ ─────────────── 𓂅🪶 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 ﹔𝗥𝗛𝗔𝗘𝗟𝗟𝗔 𝗧𝗔𝗥𝗚𝗔𝗥𝗬𝗘𝗡 kehilangan semuanya usai takdir merenggut miliknya satu-persatu dan 𝗝𝗔𝗖𝗔𝗘𝗥𝗬𝗦 𝗩𝗘𝗟𝗔𝗥𝗬𝗢𝗡 hadir untuk mengisi kem...