AFTER - GIYUU.

191 41 4
                                    




[ After ]








“Giyuu-san.”

Itu bukan suara Tanjiro. Iya.

Aku menolehkan kepalaku, sesosok anak kecil—yah, meski bukan, ini agak susah dideskripsikan—intinya begitu.

Mengangguk, aku tersenyum.



Tanganku memegang karangan bunga, dia berjalan disebelahku dengan ringan—dia tidak kesusahan berjalan meski menggunakan tongkat kecil.

Ah benar, pandanganku terangkat. Tempurung lututnya hancur setelah peperangan, sebelumnya dia mengenakan kruk. Tapi Uzui memberinya sebuah alternatif kecil.

“ANDA HARUS LEBIH ELEGAN DAN MERIAH DAN—” Shinazugawa lebih dulu menaboknya.

“GAK SOPAN LU AMA [NAME]-SAMAA!!!”

“UAPA—”







[Name]-sama yang melihat itu melirik padaku tanpa ekspresi. “Giyuu-san. Ayo pergi.”

“Mereka?”

“Biar aja,” ketusnya.




“EH!? [NAME]-SAMA!” tampaknya mereka berdua langsung berlari untuk meminta maaf. Aku hanya tertawa pelan melihatnya. Kadang-kadang [Name]-sama ketika muak bisa tidak peduli juga.






Omong-omong kami sedang menuju pemakaman.

Hal hal sederhana yang pernah kami lakukan beberapa kali dulu.

Aku dan [Name]-sama sering melakukan banyak hal sebelum perang berakhir, dia menemaniku makan dan mengajakku mengobrol, meski awalnya terasa tak nyaman—tapi aku tidak keberatan pada akhirnya. Berteman dengan [Name]-sama tidak buruk, tapi aku jadi semakin kesusahan berteman dengan Shinazugawa dan Iguro sih ...

Setelah perang berakhir, kami jadi sering melakukan banyak hal bersama. Seperti bermain kincir, menyalakan kembang api, bahkan jalan-jalan.

Dan ya, sesuatu yang asing, kami dulu juga sering bertemu di pemakaman. Dan yang mengejutkan adalah—itu bukan makam orang lain, itu Sabito—dan itu mengejutkanku.



Aku tahu tidak ada yang bisa dimakamkan dari orang yang tewas dimakan iblis—membuat kuburan tanpa tubuh, entahlah apa itu mungkin. Atau hanya sekadar mengingat? Atau untuk melepas kerinduan saja? Aku tidak tahu.

Ah, setidaknya ... Aku bisa memberikannya bunga.





Aku pernah bertanya suatu hari.

“[Name]-sama, bagaimana kau mengenalnya?”

Tapi dia memberikan jawaban yang membuatku merasa ini adalah teka teki. Sepertinya dia ingin aku yang memecahkannya? Atau apa?

“Itu sama seperti aku mengenalmu, Giyuu-san.” dengan tangan yang meletakkan bunga matahari di makam, dia mengatupkan tangan.

“Begitu saja.”


Mataku berputar sekali lagi. Memikirkan banyak hal. Tapi aku tersenyum pada akhirnya.





Colorful II | Demon SlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang