5. selesai?

242 20 21
                                    

"Malem ibu."

"Eh, malem juga anak ibu. Nyari Taehyun ya?"

Beomgyu mengangguk lalu tersenyum. "Iya, Taehyun nya ada?"

"Ada, dikamar lagi buat tugas. Ayo masuk, dingin disini." ajak ibu Taehyun.

Beomgyu masuk ke dalam rumah, sebelum itu lepas sendal dulu. Mengekori ibu Taehyun hingga ruang tengah.

"Samperin ke kamar aja ya, ibu mau ngecek orderan dulu."

"Iya ibu."

Habis bilang gitu ibu Taehyun langsung pergi. Beomgyu menarik napas, nenangin diri dulu baru nyamperin Taehyun di kamar.

Mau meluruskan salah paham tadi, enggak enak banget kalau harus diem dieman. Canggung, nggak suka Beomgyu tuh.

Dia udah sampai depan kamar Taehyun. Tangannya diangkat buat ngetuk pintu, diketuk pintu itu sebanyak tiga kali. Beomgyu deg deg an, kata kata yang dia hapalin tadi seketika melayang entah kemana.

Seharusnya nggak perlu mesti ngapalin sih, cukup ngasih tahu aja yang sebenarnya.

Tapi Beomgyu itu tipe orang yang mudah kepikiran, jadi susah nanganinya.

"Siapa?"

Terdengar suara teriakan Taehyun di dalam. Beomgyu lagi lagi menarik napas, enggak tahu udah ke berapa kalinya itu.

"Aku." cuma itu yang bisa keluar dari mulutnya.

Merasa kenal dengan suara itu, Taehyun berdiri dari kursi gaming nya, berjalan ke arah pintu, memegang kenop lalu membukanya.

Pintu terbuka setengah, Taehyun hanya menatap Beomgyu tanpa ekspresi.

"Hai." sapa Beomgyu, tersenyum.

Alias tersenyum canggung.

"Kenapa?" tanya Taehyun. Masih tanpa ekspresi.

"Mau ngomong."

"Ngomong aja."

"Gak baik ngomong di depan pintu, Taehyun."

Taehyun membuka pintu lebar-lebar, mengisyaratkan Beomgyu buat masuk ke dalam.

Hening dulu sebelum akhirnya Taehyun membuka percakapan.

"Jadi, mau ngomong apa?"

Beomgyu menatap Taehyun. "Mau ngomongin masalah tadi."

"Yaudah sih ngomong aja."

sip dah. nada halus dibalas nada ketus.

Beomgyu sedikit memajukan tubuhnya. Memegang pundak Taehyun, menatap lurus ke kedua mata itu.

"Sayang, dengerin kakak ya?" nada suara Beomgyu dibuat sehalus mungkin, setenang mungkin.

Taehyun cuma mengangguk.

"Tadi itu aku beneran mau nunggu kamu di parkiran, belum sampe sana tiba tiba ada Aera sama temen-temennya dateng. Katanya mereka ada tugas kelompok disuruh buat wawancarai salah satu orang."

"Kebetulan mereka ngeliat kakak, jadi kakak di kasih banyak pertanyaan sampe sampe kamu nelpon aja gak kedengaran. Mereka juga nggak denger saking fokusnya." jelas Beomgyu. Berharap Taehyun nya mengerti.

"Terus habis itu kakak di kasih kue sama Aera dan nggak enak buat nolak? nanti dia sedih? beneran kebetulan ngeliat atau udah direncanain?"

Pokoknya jangan emosi, jangan marah.

Beomgyu memeluk Taehyun yang menangis. Mengelus punggung itu agar Taehyun sedikit tenang. Dia tahu Taehyun otaknya lagi panas, enggak bisa berpikir jernih.

Maka dari itu, Beomgyu bakalan berhati-hati kalau ngomong.

"Kakak beneran nggak enak banget buat nolak. Maaf ya? kuenya gak kakak makan kok, kakak kasih ke Jeongin."

"Bangsat, bangsat, bangsat."

Beomgyu mengeratkan pelukan.

"Udah ya, jangan nangis."

Taehyun melepas pelukan. Menatap Beomgyu dengan mata sembabnya. "Seharusnya kakak bilang dari tadi."

Beomgyu tersenyum, mengelap air mata Taehyun yang masih berjatuhan. "Maaf, udah buat kamu salah paham."

Taehyun mengangguk, kembali memeluk Beomgyu erat. "Kalo udah nangis gini, tanggung jawab dong."

"Iya sayang, iya."



••••

males banget, semoga gak aneh.

males banget, semoga gak aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EVERYTHING ABOUT -beomtaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang