24. Kedatangan Sepupu

114 64 5
                                    

Amora tersenyum saat Bayu menuruni tangga. Cowok berkaos oblong hitam bermerk Christian Dior itu berjalan menghampiri Amora. Rambutnya yang basah disisir rapi ke belakang.

"Lo nunggu lama? Sorry gue tadi mandi dulu."

"Nggak apa kok," Amora menyodorkan kotak bekalnya sambil mengulas senyum. "Buat kamu. Tanda maaf aku karena terlambat dan buat kamu marah."

Bayu membuka kotak bekal itu. Ia tersenyum melihat beberapa risol ditata rapi disana. "Makasih, ya."

"Bayu, siapa?" Inka dan Alvaro menghampiri sepasang sejoli yang sedang bercengkerama di ruang keluarga. Mereka baru saja dari dapur membawa minuman. "Teman sekolah kamu, ya? Siapa namanya?" Tanya Inka ramah.

Amora mengulurkan tangannya, berniat ingin salim. Inka menyambutnya dengan senyum lebar. Kelihatan tulus, Inka memang wanita tulus dan lemah lembut. "Amora tante."

"Satu kelas sama Bayu, ya?"

Amora mengangguk sopan. "Iya, tante."

"Bayu sepupumu mau datang dan—"

"Udah tau, Bibi yang bilang." Sela Bayu memotong ucapan Alvaro. "Mereka nginep di lantai empat aja, ya, Pa, jangan di lantai tiga. Bayu nggak mau Azi keganggu tidurnya. Mereka pecicilan dan berisik."

Alvaro terkekeh. "Terserah."

"Ayo, Ra. Kita ke atas dulu, Pah." Bayu tanpa sadar menarik tangan Amora.

Amora menatap pergelangan tangannya yang ditarik oleh Bayu. Jantungnya berdetak tak karuan. Amora tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Ada sesuatu yang membuat Amora memandang Bayu berbeda hari ini.

"Bay, Azi mau digendong sama lo." Erlan muncul dari dalam kamarnya. "Gue mau ganti baju, gue boleh pinjem baju lo nggak? Nggak sopan banget gue pake baju kayak gini di depan keluarga besar lo."

"Boleh. Tapi ngambilnya jangan sembarangan, jangan asal ditarik. Diangkat dulu dari atas."

"Siap!" Erlan memberikan Azi agar digendong oleh Bayu. "Om, tinggal dulu ya ganteng." Erlan mencolek dagu Azi.

"Apacih jangan colek colek!" Gertak Azi garang. "Dacar om tua lambut cewek!"

"Enak aja rambut cewek! Ini namanya trend milenial. Lo bocil kagak usah julid sejak dini, ya." Erlan mencubit kedua pipi Azi gemas. "Duluan, Bay."

Amora menatap tangannya yang dilepas. Amora lega karena detak jantungnya tidak secepat tadi. Gadis itu tersenyum kepada Azi. Ia merogoh sakunya dan memberikan permen lolipop yang sempat ia beli sebelum kesini. "Buat Azi. Boleh kan, Bay?"

Bayu mengangguk kecil. "Bilang apa?"

"Makacih, kakak."

"Sama sama." Amora tersenyum.

Mereka berdua mulai menaiki lift untuk menuju ke ruangan dance, lantai lima. Amora menatap cowok disampingnya yang sedang bercanda dengan Azi. Bayu terlihat dewasa. Cowok itu pandai menjaga sikapnya.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Amora sangat terlambat latihan. Harusnya ia datang jam tiga sore. Amora mengganggu Bayu yang tadi katanya akan ada acara di keluarganya.

"Ngelamunin apa?" Tanya Bayu keluar terlebih dahulu. Pintu lift sudah terbuka tetapi Amora masih melamun di dalamnya.

Amora tersentak. "E-nggak, bukan apa apa."

"Azi, duduk disini, ya." Bayu mendudukkan Azi di sofa yang berada di pojok ruangan. Disana juga tersisa tiga toples camilan yang masih terisi penuh belum tersentuh.

Sebastian Bayu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang