17.

1.1K 114 1
                                    

***

Setelah Rin dan [Name] tidak sadarkan diri saat itu, Sae benar-benar berlari menghampiri mereka berdua dan menangis sejadinya, hingga seseorang dibalik mobil yang menabrak Rin keluar dan membawa kedua anak itu ke rumah sakit dengan Sae. Setelah sampai dan keduanya mendapat penanganan, Sae memberi tahu orang tuanya dengan telfon rumah sakit.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, kini keluarga [Name] dan Rin sedang sama-sama berada di rumah sakit. Mereka menunggu hasil baik dari dokter tentang anak mereka.

Sae hanya diam termenung memikirkan perbuatan cerobohnya karena dia terlalu asik bermain bola.

Seandainya aku gak ninggalin mereka dan aku ajak mereka nonton bola pasti gak gini kan? Batin Sae, dia terlihat sangat frustrasi karena kecerobohannya.

"Ini pasti karena anak mu! Kalau saja [Name] tidak bermain dengan Rin seharian! Hal seperti ini tidak akan terjadi!"

"Kenapa kau menyalahkan ku sekarang?! Anak mu yang ceroboh karena menyebrang lebih dulu!"

"Kau pikir anakmu tidak ceroboh karena meninggalkan adik-adiknya, dan dia asik bermain bola?!!"

"Sudah! Jangan meributkan hal ini!" Teriak bunda Itoshi.

"Sayang, tenanglah.." ucap mama [Name] mencoba menenangkan suaminya meski dirinya juga menangis sesenggukan.

Sae menunduk lemas dan terus diam, dia tidak memedulikan pertengkaran orang tuanya dan orang tua [Name]. Dia hanya berharap adik-adiknya bisa selamat, jika tidak. Mungkin ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

***

Setelah beberapa hari Rin sadar lebih dulu, dia tidak mengingat siapapun dan hanya mengingat satu nama. Saat dia membuka matanya pun dia hanya menyebut nama [Name].

Tapi kedua orang tuanya membuat Rin melupakan nama itu, mereka berusaha agar Rin hanya mengingat dirinya dan keluarganya. Setelah tiga hari Rin sadarkan diri, ia langsung di pindahkan dari rumah sakit itu. Tentu dia juga akan memiliki kehidupan baru disana.

Sehari sebelum keluarga Itoshi pindah, Sae diam-diam masuk ke ruangan [Name] yang letaknya cukup jauh dari ruangan Rin berada. Dia bersyukur sedang tidak ada siapapun di ruangan itu sehingga dia bisa dengan mudah melihat [Name] yang masih terbaring di ranjangnya.

"[Name], maafkan aku, Rin dan aku akan pergi dari sini..." Sae menahan tangisnya sebelum dia melanjutkan ucapannya.

"Aku... Aku berharap kita bisa bertemu lagi dan Rin mengingatmu... Adikku tidak boleh saling melupakan...." Tangisan Sae pecah dan kemudian dia berusaha memeluk [Name] yang masih terbaring.

"Aku menyayangi kalian, aku tidak ingin melihat kalian pisah... Semoga kita bisa bertemu lagi dan Rin mengingat semuanya. Aku berharap kau mengingat kita berdua dan tidak hilang ingatan seperti Rin. Aku tidak ingin pisah..." Ucapnya lagi, Sae melepas pelukannya dan dia menghapus ingusnya yang keluar karena menangis.

"Aku pergi dulu dan... Aku minta maaf sekali lagi karena aku ceroboh, aku tidak bisa menyelamatkan kalian..." Sae menghapus air matanya dan ingusnya lagi, setelah itu ia pergi dari ruangan [Name] menuju ruangan Rin.

Sehari setelah keluarga Itoshi pindah kota dan memulai hidup baru, [Name] sadarkan diri dan dia juga sama seperti Rin.

Dia tidak mengingat siapapun kecuali dirinya dan dua orang anak lelaki yang ia tak ingat nama juga wajahnya.

Orang tuanya juga meyakinkan [Name] agar hanya fokus pada dirinya sendiri dan melupakan hal yang tidak bisa di ingat olehnya.

Sikap [Name] jadi berubah karena ingatannya hilang, dia jadi anak yang pendiam dan tenang, padahal dia dulu adalah anak yang ceria dan usil.

Di sisi lain, Rin juga sama berubahnya. Dia menjadi anak yang pendiam dan tidak banyak bicara meskipun dengan kakaknya sendiri, pembelajaran Rin juga sering turun naik, padahal dia dulunya sangat pintar dan mudah memahami pelajaran.

***

Saat [Name] menginjak usia sebelas tahun, ia memimpikan sesuatu dan saat ia terbangun kepalanya sangat sakit karena dia terus berusaha mengingat apa yang dia impikan.

Saat itu [Name] baru tahu kalau dirinya hilang ingatan, karena mama nya memberitahu [Name] dan memperingatinya agar tidak mencoba untuk menggali ingatannya, jika tidak ingin kepalanya sakit lagi.

Kira-kira seperti ini mimpinya...

"Waahh hujan, Lin.."

"Ayo cepat belteduh di sana!" Kata Rin sambil menarik tangan [Name] menuju terowongan seluncuran yang ada di area taman bermain.

[Name] dan Rin tertawa senang karena melihat hujan, saat [Name] ingin keluar dari sana, Rin menghalanginya.

"Tidak boleh kelual!! Nanti sakit kata nii-chan, kita tunggu leda saja!" Teriak Rin sambil menahan tangan [Name].

"Tidak akan sakit!!! Ayo main hujan!!!" Teriak [Name] agar suaranya terdengar karena suara hujan lebih deras.

Rin menatap [Name] dengan ragu, dia juga ingin bermain hujan. Tapi dia tidak yakin dengan itu, hingga tangannya di tarik oleh [Name] dan mereka bersenang-senang di bawah hujan yang turun.

Tentu saat mereka pulang, mereka berdua terkena omelan Sae. Untungnya kedua orang tua mereka sedang tidak di rumah karena sedang bekerja. Sae memandikan Rin, dan [Name] mandi sendiri di kamar mandi tamu. Setelah itu [Name] memakai baju Rin yang cukup untuk ukurannya.

"Kenapa [Name] tidak mandi belsama ku?" Tanya Rin saat mereka sedang makan siang yang disiapkan oleh Sae.

"Karena [Name] perempuan dan kamu laki-laki" jelas Sae.

"[Name] laki-laki, tau? Dia pakai baju Lin" kata Rin sambil menunjuk [Name] yang sedang makan.

"Akwu pelempwan!" Ucapnya sambil terus mengunyah nugget yang di goreng kan Sae.

"Hahahah, pipimu besal" tawa Rin ini membuat [Name] mengernyitkan dahinya kesal.

"Hahah, kau lucu [Name]" sahut Sae dan ikut tertawa. Raut wajah [Name] menjadi senang karena di puji Sae.

Tentu [Name] tidak ingat seperti apa wajah yang ada dalam mimpinya. Yang diingatnya hanyalah sebuah kenangan dan satu nama "Lin".

-Flashback off-

***

Sebentar lagi ending nih><

Sebentar lagi ending nih><

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Forget Me Not || Itoshi Rin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang