03.

2.2K 242 4
                                    

Rin menatap [Name] dengan tatapan yang meremehkan.

"Apa sekarang kau benar-benar merasa kesepian? Oh, dan juga kesakitan? Kau terlihat menyedihkan"

"Diam lah, lebih baik kau pergi dari sini" kata [Name] masih sambil memegangi kepalanya dan menunduk menahan sakit.

"Siapa kamu menyuruhku pergi?" Rin masih memperhatikan [Name] sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Dia cukup menikmatinya, melihat seseorang kesakitan seperti itu membuatnya cukup senang.

"Aku tidak ingin merepotkan mu, jadi pergi lah..."

[Name] merasa tak tahan dengan sakit di kepalanya, ini benar-benar berbeda dari biasanya. Jika dia mencoba mengingat sesuatu kepalanya memang sering sakit, tapi ia tidak pernah mencoba mengingat sesuatu yang sudah lama ia lupakan, itu semua seperti datang begitu saja.

"Menyedihkan" gumam Rin pelan dan masih melihat [Name] yang kemudian terbaring tak sadarkan diri. Rin tersenyum melihat itu dan menggelengkan kepalanya pelan. "Benar-benar menyedihkan"

***

[Name] masih merasa sedikit pusing dan saat matanya terbuka, dia melihat bahwa dirinya masih berada di posisi saat sudah tidak sadarkan diri.

"Kenapa Rin benar-benar jahat? Dia tidak membawaku ke UKS atau setidaknya panggil seseo-

[Name] kaget melihat Rin yang tertidur sambil bersandar pada kaki meja di sebelahnya, lelaki itu terlihat tenang tidur di sana. Pandangan [Name] teralihkan melihat ke arah jendela, sepertinya hari sudah mulai sore, bisa gawat jika [Name] pulang terlalu larut.

Dia ingin meninggalkan Rin sendirian tapi dia tidak tega melihatnya yang tertidur pulas. Tangannya terulur untuk memegang pundaknya, belum sempat tangan [Name] menyentuhnya. Tangan Rin lebih dulu memegang tangannya.

"Ah, aku tau kamu sudah bangun" kata Rin lalu sedikit meregangkan tubuhnya. Dia menatap [Name] kemudian seringai kecil terlihat, Rin menarik tangan [Name] mendekatkannya dengan wajahnya kemudian berbisik tepat di telinga [Name] dengan nada mengejek.

"Apakah kamu merindukanku saat kamu tidak sadar? Hm?" Katanya lalu bersandar kembali dan tersenyum jahil.

"Ti-tidak jelas." [Name] melepaskan cengkraman tangan Rin. "Sudahlah, aku mau pulang. Ini sudah sore" kata [Name] lalu bangkit dari duduknya.

Rin menggeleng kepala pelan dan kemudian bangkit juga menatap [Name].

"Kamu benar-benar terburu-buru, ya? Tidakkah kamu ingin tinggal di sini dan bermain denganku?" Rin mendekatkan wajahnya dan kemudian berbisik pelan dengan nada lembut. "Hanya kita berdua... Kita berdua saja... Bukankah itu menyenangkan?"

Wajah [Name] sedikit memerah dan mundur menjauh dari Rin, dia merasa cukup takut dan aneh. Tapi setelah beberapa detik, [Name] berjalan keluar ruang seni dan tidak memedulikan Rin lagi.

Rin terkekeh kecil dan kemudian mengejar [Name] dan berjalan di sampingnya. Tubuhnya ia condongkan lagi untuk membisikkan sesuatu.

"Kenapa terlalu gugup? Apa aku terlalu dekat? Kamu takut aku menyentuh mu?" Kata Rin dengan nada menggoda dan seringai kecilnya.

"Tidak. Ini sudah mau larut, hentikan permainan mu itu. Aku mau pulang" kata [Name] dan mempercepat jalannya.

Rin juga mempercepat jalannya menyamakan jalan [Name] dan berbisik lagi.

"Kamu takut aku melakukan sesuatu yang akan kau sesali kedepannya?" Rin kemudian mendahului [Name] dan membuatnya berhenti, Rin masih menatapnya dengan tatapan jahil. "Aku yakin aku bisa membuatmu senang dalam kegelapan" kata Rin lagi.

"A-apa maksud mu?! Dasar laki-laki!" Kata [Name] lalu kembali berjalan dengan cepat menuju kelas dan mengambil tasnya.

Sudah benar-benar tidak ada murid di kelasnya. Si sialan itu, kenapa dia tidak membangunkan ku? Batin [Name] kesal, meski begitu dia sedikit merasa senang karena dia tidak sendirian.

Rin juga mengambil tasnya dan kemudian menyusul [Name] yang semakin mempercepat jalannya, dia sebenarnya cukup bingung. Kenapa wanita itu seperti ketakutan, tapi dia terlihat bukan takut karena Rin. Dia bahkan berjalan dengan cepat dan menunduk.

[Name] berhenti saat dia sudah berada di tepi jalan, dia harus menyebrang jika ingin cepat sampai ke stasiun. Tubuhnya menjadi kaku saat melihat banyak mobil berlalu lalang. [Name] menatap Rin yang sudah berdiri di sebelahnya dan lelaki itu juga menatapnya.

"Kenapa?" Tanya Rin heran saat melihat mata [Name] yang mulai berair.

"Bantu aku menyebrang?"

***

😱😱
Reader? Rin mau bantu mbak [Name] gak ya???
😱😱

Tatapan author :

Tatapan author :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Forget Me Not || Itoshi Rin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang