bagian satu

110 2 0
                                    

Pagi ini mentari bersinar diselimuti udara yang sangat sejuk, suara burung-burung ramai bersenandung tiada henti di depan gedung besar nan indah, Gedung SMU Tunas Bangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini mentari bersinar diselimuti udara yang sangat sejuk, suara burung-burung ramai bersenandung tiada henti di depan gedung besar nan indah, Gedung SMU Tunas Bangsa. Sebuah sekolah ternama dengan ekskul Musik-nya yang paling terkenal. Ya bagi pecinta musik sekolah ini adalah sekolah impian, karena musisi bahkan juara festival selalu lahir dari sini.

Namun, bukan berarti sekolah ini adalah sekolah khusus musik ya, tentu tidak. Tunas Bangsa sama seperti sekolah pada umumnya, hanya saja ekskul Musik disekolah ini yang paling banyak di incar hingga membuat sekolah ini menjadi sekolah favorit dengan predikat sekolah Internasional.

Tidak hanya musik namun hampir unggul di semua bidang. Maka dari itu sekolah ini membuat program Student Extension setiap tahun untuk merekrut siswa dari sekolah luar yang berprestasi. Agar mereka mendapatkan peluang pendidikan dan prestasi yang lebih dari Tunas Bangsa.

Hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru. Seperti biasa, banyak murid baru yang sangat antusias datang pagi-pagi ke sekolah. Tapi bukan untuk rebutan bangku, lebih tepatnya ingin berkeliling ke sekolah baru mereka.

Sebuah motor GSX 150 bandit biru, tiba tiba berhenti tepat di depan tangga sekolah, diiringi dengan gadis yang turun dari jok motor belakang, mengenakan seragam lengkap SMU Tunas Bangsa yang masih terlihat sangat baru. Ternyata gadis itu adalah Putri. Hari ini juga adalah hari pertama untuk sekolah barunya.

Putri membuka kaitan helm yang melingkari dagunya, melepaskan helm dari kepala. Hari ini putri menguncir satu rambutnya, namun menyisakan beberapa helai rambut disamping kanan-kiri. Simple tapi manis.

"Put.. ini beneran sekolah lo?"

Putri merapikan rambutnya yang agak sedikit berantakan, lalu menyerahkan helm bogo berwarna kuning mencolok pada pria yang sudah memboncengnya. Pria itu tidak menyangka melihat gadis dihadapannya sekarang berstatus menjadi murid disekolah ini

"Yee, seolah-olah banget lo bilang kekgitu"

"Haha gue sebenernya kasihan sama yang bakal sekelas sama lo" Pria ini mengaitkan helm putri di motor, "Pasti nanti pada jadi budek tuh gara gara ga kuat gendang telinga mereka. Setiap hari harus denger suara lo yang nyakitin kuping" ia menutup telinga dengan dua tanganya mengejek putri dan memasang wajah yang meringis seperti merasa kesakitan.

"Tenang, gue bakal jd introvert kok disini" balas putri sembari memberikan hormat ala-ala.

"Ga meyakinkan haha"

"Udah ahh sono lo, nanti telat lagi ke sekolah"

"Ga bakal, iftikar ni boss" serunya dengan sangat bangga. Pria yang bertubuh tegap dan tinggi ini bernama Muhammad Iftikar Naid Qithar, atau biasa disapa Iftikar, memiliki kulit sawo matang dengan alis hitam lebat. Ia adalah sahabat yang putri kenal dari awal masuk sekolah.

"Iyaa siapp, tapi awas ya kalo ternyata lo telat dan jual nama gue"

"Nah kalo yang ini ga janji" Iftikar merapatkan kedua tangannya seperti sedang ingin bersalaman saat lebaran (🙏)

KurmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang