bagian tiga

67 4 0
                                    

"Gimana aman?"

"Aman... seperti biasa"

"Lalu yang satunya?"

"Beres, semua terkendali"

"Oke, kamu boleh keluar"

"Baik, saya permisi"

krittt

"Sedikit lagi.."

###

Taya berdiri menghadap gedung besar didepannya. Dia masih tidak percaya bahwa gedung mewah yang seperti stadion ini adalah sekolahnya.

Ini adalah hari kedua dirinya berstatus sebagai murid di sekolah bergengsi ini.

Dia menatap kebawah memandang seragam yang ia kenakan, bahkan hari ini dia sudah punya nametag yang menggantung di dada kirinya.

Hari ini dia pergi sendiri, tidak diantar iftikar. Ia sengaja tidak membalas pesan iftikar yang menanyakan dirinya sudah siap apa belum, karena mau dijemput. Taya tidak mau merepotkan cowo satu itu. Walau memang tidak bisa dipungkiri taya sedikit ada perasaan. Tapi tetap saja tidak ingin menyusahkan orang.

Saat sudah diatas motor tadi, taya langsung mengabari bahwa dirinya sudah on the way ke sekolah. Jadi iftikar tidak perlu menjemput lagi. Taya tidak mau membuat iftikar menunggu tanpa kabar. Paham sendirilah ya, semua orang juga taukan kalau menunggu tanpa kepastian itu sakit.

Taya tadi berjalan dari pagar depan sekolah, bayangin aja jauhnya gimana. Ojek online di Tunas Bangsa tidak diperbolehkan masuk mengantar penumpang ke dalam. Jadi, semangat paginya sedikit terkuras, lumayan lah taya seperti olahraga pagi. Biar sehat.

Taya kembali menatap gedung sekolah, taya mengatur nafas. Agak sedikit nervous. Taya mengelus dada, lalu menghempaskan tangan kanannya cukup kencang sampai terdengar bunyi

Bughh

Reflek taya langsung menarik tangannya, ia menoleh ke samping kanan, dan melihat bahwa bunyi tadi berasal dari cowo disampingnya.

"aw"

Cowo ini reflek langsung memegangi perutnya. Dia benar-benar kaget.

Gimana ga kaget ya, baru aja memarkirkan motor, niat mau santai, malah tiba-tiba ada yang memukuli perutnya. Belum sarapan lagi, masih kosong. Ga sakit sakit banget tapi lumayan juga.

"Ma-maaf ya gue ga sengaja..." taya langsung menoleh menghadapkan dirinya kecowo itu. Tangannya tidak berhenti memohon. Dia memejamkan matanya tidak berani melihat wajah orang yang ia pukul perutnya. Mulutnya juga tak henti berkomat kamit meminta maaf.

"Ckck yang kemarin" keluh cowo ini.

Mendengar suaranya taya agak kaget. Seperti mengenali.

Taya memberanikan diri untuk membuka sebelah matanya ingin mengintip

Benar kan, dia tau cowo ini

"Hehe hai" Taya hanya bisa cengengesan sambil melambaikan tangannya.

Cowo yang ada di depan taya adalah cowo yang sama dengan yang kemarin.

Cowo itu tidak memerdulikan lambaian tangan taya.

Ia lebih tertarik untuk melihat ke arah nametag yang sekarang taya sudah punya. Memincingkan mata sipitnya, membaca nama yang tertera

PAtthaya Khalifi Kennard

Ohh bangsanya paul
Ia bergumam dalam hatinya, menghela nafas cukup panjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KurmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang