Namanya Artana Orion Keandra, anak pertama dari tiga bersaudara. Punya satu kembaran laki-laki dan si adik bungsu perempuan. Mereka terlahir karena cinta Ibunda dan Yayahanda tersayang. Meski punya kepribadian mirip Ibun, tapi wajah Orion photo copyan Yayah. Dan hobbynya fotografi.
Orion, kalau di rumah dipanggil Bang Ion, di kampus di panggil kumberㅡkarena benci timun, kalau sama Gemilang dipanggil Sayang. Bukan, cewek selengekan itu sahabatnya Orion sama Auriga dari kecil. Rumahnya di ujung gang tapi suka numpang sarapan kayak anak hilang.
Setiap pagi, hari-hari Orion tidak pernah sepi. Selalu ada tragedi yang diciptakan dua saudaranya yang membuat Orion gagal bermeditasi. Padahal Orion baru pulang bekerja sehabis subuh, tapi riuh teriakan Aries si bungsu sudah menggemai penjuru rumah.
"ABANGGG!!!"
Orion yang tersentak karena pintunya menjeblak keras mencoba tidak merubah posisinya. Dia menenggelamkan kepala di bawah bantal, berharap Aries dan Auriga tidak berulah di kamarnya. Tapi impian Orion untuk tidur sampai siang sepertinya gagal, karena alih-alih perihatin, Aries justru naik ke atas kasur dan menggoncang tubuhnya secara liar.
"Dek!! Sini gakkk?!!"
"Gak mau!" Aries menggoncang tubuh Orion dan bersembunyi di balik punggungnya, mencoba merinsek ke dalam selimut dan mencari perlindungan pada sang kakak sulung, "Bang Ionn, Mas Riga mau jambak aku!"
"Mas!" Seru Orion terbangun, "Gue ngantuk, Anying."
"Makanya suruh Ies keluar!" Balas Auriga lebih heboh, "Dia mecahin leggo gue, Bang!"
"Woi, ini nape sih?!!"
"Ibunnnn!"
"Mau ape lu, Ibun ke Pasar." Auriga berusaha meraih lengan Aries, "Tanggung jawabb, Dek! Gue belinya mahal sampai enggak makan!! Mana kudu nunggu lama buka pre ordernya."
"Mainan kecil palingan marebu doang!"
Auriga naik ke atas kasur dan menjewer telinga Aries. Keduanya bahkan sama-sama belum mandi. Akibat tidak adanya Rasi yang pergi ke pasar sebelum para anaknya bangun, rumah jadi seperti terkoyak goncangan gempa.
"Marebu pala lu lembek! Beliin sono kalau marebuan!" Ujar Auriga masih menjewer telinga Aries dan menariknya turun.
"Adaaadahh! Sakit, Mas!" Aries menggapai kaos tanpa lengan Orion meminta pertolongan, "Bang Ion!! Aaaa! Tolonginnㅡ"
Orion bangkit dengan cepat dan menarik belakang kaos Auriga agar melepaskan tangannya dari telinga si bungsu. Jika biasanya ada Ibunda yang akan turun tangan, kali ini Aries tidak akan selamat dari Auriga jika dia tidak bertindak. Kadang, Auriga betulan bisa membuat Aries menangis karena dikerjai habis-habisan.
"Gue geplak lu ya! Sumpah, Mas, gue baru pulangㅡgue mau tidur."
"Leggo gue mahal, Demi Allah, Bang. Susah itu nyarinya." Auriga mencoba meraih Aries yang bersembunyi di balik punggung Orion, "Nih bocil kematian main rusakin aja! Gue nabungnya sebulan itu, set dah!"
"Gak sengaja, Mas! Sumpahhh!" Kata Aries mengacungkan dua jarinya, "Kesenggol dikit. Leggonya aja rapuh, kayak Mas Riga!"
"Pakai ngatain lagi lu, Bocah!"
"Dek!" Tegur Orion yang membuat Aries menunduk, "Minta maaf!"
"Maaf, Mas Riga."
Auriga berganti memasang ekspresi memelas bercampur frustasi, "Maaf doang? Leggo gue rapuh, gak balik utuh habis denger maaf aja! Gantiii!"
"Gak punya duit, Mas. Uang jajan Ies kan habis buat beli smartwatch kemarin."
"Bodo amat, ganti." Cecar Auriga berkacak pinggang, "Dek, lo kan dapet uang jajan dari Bang Ion juga. Ehㅡkemarin beli jam juga ditambahin Yayah ya. Gak usah alasan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Photophile
Teen Fiction(me). who loves youㅡlight. Orion dan cahayanya. *Spin off Rasi Bintang & Astrophile. 100723 -