05. Rahasia

19 17 2
                                    

       semenjak selesai istirahat pertama Kay hanya diam selama jam pelajaran tatapannya kosong dan pikirannya di penuhi dengan pertanyaan.

"Kay, aku ada salah ya?" Tanya Aya yang bertanya dengan kalimat sama sedari tadi.

Aya berusaha mengajak ngobrol Kay tapi Kay tidak menggubris Aya, hanya diam dan seperti orang tidak memiliki semangat.

Kay menyandang tas miliknya ingin berjalan keluar kelas tapi langkahnya di tahan oleh Aya.

"Maafin aku ya kalo aku ada salah" Aya menggenggam pergelangan tangan Kay.

Kay langsung menepis tangan Aya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Kay, aku binggung kamu die-"

Kay membalikan badan "Lo binggung gue juga binggung Aya" bentak Kay membuat Aya diam seketika.

Kay berjalan meninggalkan kelas menyisikan Aya seorang diri sembari menangis.

Air mata Kay tak tertahankan lagi, menetes membasahi pipi mulus gadis tersebut, kakinya berhenti melangkah tak tahan menopang tubuhnya.

di pikirannya hanya ada kejadian siang tadi yang berada di Labor komputer.

"Eh Lo kenapa nih?" Seseorang berjalan mendekati Kay.

Rasa mual dan pusing membuat Kay ingin menjatuhkan badannya, tapi untungnya pria tersebut langsung menangkap tubuh Kay.

"Lo gak papa?" Tanya Aji, berusaha menahan tubuh milik Kay.

"Gak papa" Kay berusaha berdiri dengan kakinya sendiri walaupun masih terasa pusing.

"Gue antarin pulang ya?" Tawar Aji.

"Gak usah, gue pake taxi online aja"

Aji menghela nafas meletakan tangan kanan Kay melingkar di lehernya sedangkan tangan kiri Aji berada di pinggang belakang Kay "gue bantu lu jalan ke parkiran" Aji membopong tubuh Kay.

Sampai di parkiran Aji membuka pintu mobil kali ini ia membawa mobil bewarna hitam, emang orang tajir mobil banyak. Membantu Kay duduk di kursi.

"Lo kenapa?" Tanya Aji sembari fokus menyetir mobilnya.

"Gak papa" Kay mengalihkan pandangannya melihat jalanan dari dalam.

"Kalo ada masalah jangan di pendam ntar jadi numpuk, bagus cerita aja, cerita di buku diary juga boleh" jelas Aji lembut.

"Emang gue anak kecil"

"Siapa bilang nulis diary cuman untuk anak kecil, kalo Lo gak bisa cerita sama orang yang Lo kenal atau Lo gak percaya sama manusia lagi, Lo bisa menulis diary dengan begitu masalah Lo gak akan terbongkar tetap menjadi rahasia di buku, soalnya buku tidak punya mulut"

Pandangan Kay kini berbalik ke arah Aji "kok Lo kayak bukan Aji yang heboh di kelas? Kayak beda aja gitu"

Aji tertawa pelan mendengar ucapan dari Kay "kenapa? Suka ya?"

Tatapan Kay yang tadi seperti mengagumi Aji kini berubah menjadi kesal "pede banget Lo"

"Ya harus pede lah, makanya pacar gue banyak" canda Aji.

"Percuma pacar banyak, tapi gak pernah serius" ledek Kay.

"Dih siapa bilang, gue orangnya penyayang, sama Lo aja gue sayang"

Kay memukul pundak pria yang tengah menyetir di samping itu "apa sih Lo?"

"Cie salting" mata Aji melirik sekilas ke Kay lalu kembali menatap Jalanan.

SoloisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang