O 1

2K 142 5
                                    

Azkaela yang biasanya kehidupan sekolahnya bebas dan tidak ada yang berani mengaturnya atau bahkan melarangnya, seketika sirna saat sang ayah mengatakan bahwa kedua saudara barunya itu akan disekolahkan disekolah yang sama dengan dirinya. Katanya sih biar bisa mantau dia yang suka bolos, mentang-mentang sering bolos mereka jadi begini ke dia.

Pagi-pagi Azka sudah berada di sekolah, tumben banget kan seorang Azkaela ada disekolah pagi-pagi sekali, karena siapa? Ya tentu kedua saudara barunya itu. Ayam baru aja berkokok mereka sudah menyuruhnya untuk bangun, hanya ada mereka berdua di rumah itu karena Dipta dan Reina kembali pergi keluar kota selama sebulan lamanya.

"Ini pagi banget loh, gue masih ngantuk!" Kesalnya namun diabaikan oleh dua kulkas tersebut. Atlanta dan Gerlan.

"Kebiasaan buruk kamu harus dihilangkan." Ujar Atlanta dengan dinginnya.

Azka memutar bola matanya malas, "Terserah. Kalau mau nanya ruang kepala sekolah atau apalah itu mending ke ketos aja, gue mau tidur." Katanya sambil melenggang pergi dari sana, Azka terlalu mengantuk untuk berdebat.

Atlanta dan Gerlan menghela napas panjang, adik baru mereka ternyata cukup keras kepala dan nakal. Saling berpandangan sebelum menyeringai, ya sepertinya mereka akan bersenang-senang di sekolah barunya.

"Ayo pergi."

"Hm,"

''''''''''

Disinilah Azka berada, gedung belakang sekolah yang jadi tempat nongkrong dirinya bersama ketiga temannya saat bolos. Azka tampak tertidur pulas di gedung itu, sementara di gedung sekolah sedang ricuh karena para wanita asik menjerit keras karena melihat dua cogan sedang bermain basket. Gak bisa dilewatkan, pagi-pagi udah liat yang seger-seger aja dah.

Azka berdecak kesal. Dirinya terbangun karena ada yang meniup telinganya. Saat terbangun sepenuhnya, betapa terkejutnya ia wajah Seno salah satu temannya sangat dekat dengan wajahnya.

"Anjing lo no! Untung gue kagak punya penyakit jantung!!"

Seno tertawa terbahak-bahak, merasa lucu melihat wajah terkejutnya Azka. Seno Varelio ini memang terkenal akan kejahilannya, tapi sebenernya Seno orang baik.

"Muka lo hahaha!" Seno kembali tertawa. Yang diketawain sudah menekukkan wajahnya, ia mengerucutkan bibirnya. Sebal.

"Udah-udah, Seno berhenti ketawa. Mending kita ke kelas masing-masing aja, hari ini kelas gue sama Azka ada si cepot. Jadi lo gak boleh bolos pelajaran si cepot," Dimas menarik tangan Azka agar pergi dari sana. Si cepot yang Dimas maksud adalah pak tama, katanya sih mukanya mirip cepot. Itu kata murid-murid yang dulu sampe sekarang.

"Kebiasaan bener si Dimas,"

''''''''

Dimas dan Azka berjalan menuju kelas mereka yang bersebelahan dengan lapangan basket, mendengar suara jeritan para siswi-siswi membuat Azka heran. Hendak berbelok untuk melihat apa yang terjadi, tapi keburu ditarik oleh Dimas.

"Mau kemana cil? Kita langsung ke kelas aja."

Azka mendongak menatap wajah Dimas, tinggi badan mereka jelas berbeda dengannya. Dimas yang di sekitaran 173 cm, Seno 172 cm, dan Nino 170 cm, sementara Azka hanya 157 cm saja. Kadang Azka mereka iri dengan teman-temannya yang tinggi.

"Di lapangan basket ada apaan?" Tanyanya.

"Oh itu ada dua cogan lagi main basket yang bikin cewek-cewek jerit-jerit, gue sih kagak tau itu siapa. Tinggi banget jir ngalahin si willi kelas sebelah,"

"Dua cogan?" Tanya Azka lagi.

Dimas mengangguk sambil menyeret tubuh kecil Azka, "Iya. Denger-denger sih itu murid baru, nama belakang mereka sama kayak lo. Jadinya para cewek-cewek bilangnya itu abang lo, tapi setelah gue liat-liat muka lo sama mereka kagak mirip dah. Mereka berdua sangar sama dingin, lah lo malah manis sama lucu." Selanjutnya Dimas dapet geplakan dari Azka yang gak terima dibilang manis sama lucu.

'''''''''

Bel istirahat berbunyi murid-murid yang sudah lapar langsung pergi ke kantin. Begitu juga Atlanta dan Gerlan bersama teman-temannya, mereka sudah dapat teman. Ngomong-ngomong mereka beda jurusan, Atlanta IPA kalau Gerlan IPS.

Kantin yang awalnya ricuh mendadak senyap ketika satu orang yang tadi pagi membuat cewek-cewek kesurupan karena ketampanan mereka, siapa lagi kalau bukan Atlanta bersama antek-anteknya.

"Buset ta lo mendadak populer ya," Celetuk salah satu teman Atlanta, Tirto.

Atlanta hanya diam, ia mengedarkan pandangannya menatap sekeliling kantin. Mencari sosok sang adik yang tak terlihat di kantin.

"Nyari siapa ta?" Tanya Idan kepada sang sahabat. Melihat gelagat Atlanta yang seperti mencari seseorang.

"Adik gue, Azka."

Kantin yang memang sejak kedatangan mereka menjadi sepi, semakin sepi. Mereka terkejut ternyata gosip yang bilang dua cogan itu abang nya Azka ternyata betul.

"Loh? Kok sepi?"


Bersambung.

Azka and two brother [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang