Adiba Afsheen Myesha, seorang gadis lugu yang seringkali dipanggil "Myesha" ataupun "Adiba". Bisa dibilang ia cukup terkenal dikalangan geng pembully, mungkin dikarenakan wataknya yang lemah jadi ia gampang dijadikan santapan untuk para pembully. Ia juga sering berjualan risol berisi mayo, ia berjualan hanya pada hari rabu dan jum'at. Dan, diketahui juga kedua orangtua Adiba telah bercerai sejak umur Adiba sudah menginjak 6 tahun. Adiba yang masih kecil dan tidak menahu apa yang terjadi hanya mematuhi apa yang ayah dan ibunya bilang. Sejak 6 tahun ia tinggal bersama neneknya, hingga umurnya menginjak 16 tahun. Sudah cukup lama ia tinggal bersama neneknya. Dikarenakan juga tidak ada saudara ayah dan ibunya yang ingin mengadopsi Adiba, sempat selama 3 bulan ia dioper-oper untuk dijaga.
Adiba, yang dianggap sebagai cewe cupu dan lemah, sekarang sedang terjatuh diatas lantai dikarenakan ulah Nelson. Nelson, si pembully yang seringkali membully Adiba. Nelson juga ditakuti, karena ia merupakan anak dari kepala sekolah SMA RAJAWALI 6, SMA terfavorit ditahun ini.
Nelson berjongkok lalu mengambil kotak berisi risol mayo jualan Adiba. Lalu melemparkannya ke sembarang tempat, tertawa terbahak-bahak yang diikuti oleh para siswa yang melihat kejadian itu. Sedangkan Adiba? ia hanya bisa menangis, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Terdengar suara tangisan dari Adiba, membuat Nelson semakin tertawa lebar. Dunia begitu kejam terhadap si malang, Adiba.
"Lemah banget lo. Gitu aja nangis." Ucap Nelson kepada Adiba sambil tertawa tanpa suara.
"..." Tidak ada jawaban dari Adiba, hanya isakan tangisan Adiba yang terdengar diindra pendengaran Nelson.
"Dasar lemah." Dua kata terlontarkan dari Nelson membuat Adiba semakin merasa bahwa Dunia itu jahat, bukan karena Adiba yang tidak dapat beradaptasi, namun karena memang benar dunia itu jahat.
Nelson terkekeh kecil lalu berdiri, meninggalkan Adiba ditengah keramaian yang dibuat oleh Nelson. Mata Adiba yang sembab terlihat dari kacamata yang ia gunakan, Adiba mulai berdiri dan membersihkan roknya. Ia bergegas menuju kamar kecil yang berada disekolah itu. Adiba melihat kearah cermin. Ia melihat mata dan hidungnya yang merah, lalu melepas kacamatanya dan menghapus air matanya. Jika bukan karena beasiswa, ia tak mungkin bisa bersekolah disini dan kalau ia tahu bakal begini, ia tak mau.
Setelah menenangkan diri, Adiba mulai menggunakan kacamatanya dan pergi keluar kamar kecil. Ia berjalan menuju kelas 11 IPA 1, kelas Adiba. Adiba duduk dibangku miliknya, baru saja ia menenangkan diri, ia didatangi oleh Grishella. Grishella merupakan pentolan dikelasnya Adiba, ia seringkali membully Adiba, sama halnya seperti Nelson.
"Beliin gue nasi goreng dikantin, cepat." Ujar Grishella tegas sambil menatapnya tajam. Adiba hanya bisa terdiam tanpa sepatah kata, lalu ia mengangguk. "Cepetan, pake duit lo ya."
Adiba hanya bisa mengangguk, karena jikalau ia menolak. Bisa-bisa ia pulang dengan keadaan babak belur. Ia tidak mau neneknya cemas. Adiba keluar kelas dan menuju ke kantin, membeli nasi goreng pesanan Grishella dan kembali ke kelas.
"I-ini.." Cicit pelan Adiba sambil membenarkan kacamatanya. Grishella tersenyum puas, "Makasih ya, Adiba." ucapnya lembut, sungguh berbeda. Sepertinya Grishella memiliki dua kepribadian. "I-iya.. sama-sama.." Ucap Adiba sedikit gagap.

Kini, Adiba sedang berjalan pulang. Menunggu angkutan umum untuk lewat, "Huft, mana ya..?" ucapnya lalu melihat Nelson dari kejauhan "Sial, mengapa ada dia!" ujarnya geram dan berusaha untuk pura-pura tidak melihat lelaki itu.
"Oy, napa lu mejamin mata kaya gitu?," ucap Nelson sambil tertawa melihat tingkah konyol Adiba.
"Uh, engga kok! aku ga mejamin mata, nih lihat," Adiba membuka lebar matanya hingga melotot ke arah Nelson. Nelson hanya bisa menggelengkan kepalanya, sungguh gadis yang polos.
"Udah dulu ya, Nelson. Udah ada angkot tuh disitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Disgraceful Girl?
Ficção AdolescenteHanya kisah menyedihkan dari seorang gadis yang juga terbilang menyedihkan.