5

180 21 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





🌹🌹🌹

Jennie pasti sudah gila.

Dia pasti sudah gila lantaran pergi diam-diam dari dorm dan meninggalkan pesan singkat jika ia pergi ke apartemen miliknya.
Gila, dia pasti sudah gila dan yang paling gila adalah ketika ia menekan bel apartemen seseorang di tengah keheningan malam.

Cklek

"Masuk," ucap pemilik apartemen.

Jennie menatap sekitar dan memilih masuk ke dalam ruangan. Meskipun sudah bisa dipastikan aman, tapi bagaimanapun juga gadis itu takut ada paparazi atau semacamnya.

Jennie menelan ludah ketika di depan sana yang terlihat adalah punggung kokoh seroang pria. Punggung, yang mungkin menjadi mimpi banyak gadis. Lantas bukankah dia begitu beruntung bisa melihatnya secara langsung.

Gadis itu langsung menggeleng dan mengumpati dirinya sendiri.

"Maaf menggangu waktu istirahatmu. Oh silahkan duduk."

Jennie berdehem dan duduk di sofa putih halus yang ada di tengah ruang tamu. Pandangannya menelusuri ruangan yang hampir seluruhnya berwarna putih, ini jam satu malam dan lampu di ruangan tersebut berubah menjadi agak temaram meskipun tak bisa menyembunyikan beberapa hal menarik yang ada.

Sebuah lukisan karya Jungkook yang cukup keren berlatar belakang pemandangan ada di sudut ruangan. Jennie pernah melihatnya secara tak sengaja di salah satu tayangan yang entah apa.

Bukankah apapun tentang BTS selalu menjadi jadi topik pembicaraan.

"Aku tak memiliki apapun kecuali wine dan soju, tapi---kopi hangat?"

Jennie menghela nafa.

"Bukankah lebih baik jika Seok Jin-ssi segera mengatakan apa yang ingin Anda sampaikan hingga menyuruhku kemari?"

Jin yang berdiri di tengah ruangan mengedikkan bahu. Pria itu alih-alih berganti pakaian malah membiarkan bagian atas tubuhnya telanjang. Berlalu ke mini bar dan membuat minuman untuk sang tamu.

Sesekali pandangannya terarah ke pada Jennie yang tenggelam dengan long coat nya.

"Aku tidak percaya jika kau akan datang kemari setelah panggilan tadi. Aku merasa sangat terkesan," ucap Seok jin dan terkekeh.

Sejenak, ucapan Jisoo melayang di kepalanya. Tentang betapa sopannya pria yang kini bahkan duduk di sampingnya dengan tangan menopang dagu, menunjukkan wajah luar biasa tampan di tengah malam pada seorang gadis.

Hah, sopan kah begitu!!

"Seok jin-ssi, bukankah ini sangat aneh. Kau---kau kenapa tiba-tiba sering menghubungiku. Maksudku bukan aku tak senang di hubungi senior, tapi bukankah Seok Jin-ssi tahu keadaan kita? Idol yang cukup populer---"

Seok jin menunggu kalimat yang digantung oleh Jennie dan melirik ketika gadis itu menggeser tempat duduknya, member jarak di antara mereka.

"Kau---kau tidak seperti apa yang banyak orang bicarakan."

Seok jin tertawa, tawa renyah yang bahkan Jennie sendiri tidak tahu apa yang lucu.

"Kau mendengarkan apa yang orang lain katakan?"

Jennie diam. Mata sipitnya berpendar gelisah ketika terus menyadari tak seharusnya ia datang. Seharusnya ia pandai menolak dan berdalih ketika ada pesan dari pria. Namun, ini Kim Seok Jin, seseorang yang beberapa waktu lalu seperti menerornya dengan puluhan pesan dan panggilan.

Pemuda yang digadang-gadang idol paling sopan?

"Langsung saja, aku menyukaimu sejak lama dan aku tahu kau akan menikah dengan pemuda yang ayahmu jodohkan."

"Apa maksud ucapanmu?"

Dua poin yang sungguh berbeda, ia terkejut seorang Seok jin menyukainya.

"Bagaimana jika aku membantumu lepas dari pria itu, tapi kau harus jadi kekasihku," ucapnya santai.

Jennie langsung terperanjat, gadis itu bahkan tak sadar sudah membuka mulutnya lebar.

"Apa---apa kau gila?!"

"Tidak, sudah lama aku ingin mendekatimu tapi baru kali ini memiliki kesempatan."

Sangat gamblang dan terlalu jujur, Jennie sampai kehabisan kata-kata. Bagaiman bisa pria ini mengatakan hal tersebut semudah membalik telapak tangan.

Jennie berusaha meredam keterkejutan. Sebenarnya ia ingin pergi meninggalkan pemuda yang menurutnya cukup gila, tapi masalahnya ia akan memiliki banyak projek besar dengan Seok jin---dirinya susah mendapatkan bocoran dari staf Ckey--- dan sudah pasti sebagai tipe orang perfeksionis, Jennie tak ingin merasa tak nyaman dengan rekan kerjanya.

"Seok jin-ssi apa kau tidak sadar jika posisi kita sekarang bukanlah dua orang yang mudah menjalin hubungan, huh? Kita idol, yang setiap hari bersisian dengan kamera dan mata jutaan orang. Apa--apa kau tak memikirkan fansmu?"

Jin terdiam, mengusak rambutnya menjadi berantakan.

Ok, Jennie kau sangat tak sopan ketika memperhatikan lengan bisep pria asing yang telah kau cap gila--- batin Jennie nelangsa.

"Oke, mari kita membahas ini secara serius," ucap Jin yang pandangan ya penuh padi Jennie.

Jennie jujur tak ingin mengatakan hal-hal serius saat ini.

Ia wanita bebas, memiliki kuasa, kaya, dan populer. Tapi entah bagaimana dirinya begitu lemah ketika dua mata pria itu menguncinya.

Jennie bisa merasakan jika Seok jin memandangnya penuh puja.

Alih-alih terkesan, ia malah tak berdaya. Pria itu seperti memiliki energi magis yang sulit ditolak siapapun.

"Umurku sebentar lagi 30, ini sangat cocok untuk memiliki pasangan, benar? Tidak peduli idol atau bukan."

Jennie tak memberikan respon, ia juga teringat umurnya sudah cukup. Hey, tapi bukankah orang Korea tidak peduli dengan hal semacam itu.

"Tapi, aku benar-benar tak bisa mencari gadis lain selain kau, ini mungkin terdengar gila. Tapi---"

Seok jin meraih tangan Jennie dan membawanya entah kemana. Sementara Jennie, ia tahu harusnya berontak, tapi kembali lagi.

Dirinya seperti tak memiliki kuasa akan respon tubuhnya.

Mereka berhenti di depan ruangan yang tak jauh dari ruang tamu. Ketika pintu putih itu di buka.

Jennie sangat terkejut.

Gila!

Ruangan itu penuh dengan foto dirinya. Dari yang kecil sampai yang paling besar. Foto yang bahkan ia sendiri lupa kapan diambilnya.

Rasa terkejutnya tak sampai di sana, ia hampir pingsan ketika sebuah lengan melingkari dan diiringi sebuah suara yang membuat seluruh tubuh Jennie merinding.

"Bukankah ini sangat menarik, sayang."

Nafas Jennie memendek.

"Seok Jin Oppa sepertinya memang berniat sekali menerima Ckey, ia seperti tengah mengintai sesuatu."

"Jin Oppa sebenarnya tidak semisterius yang kau bayangkan, Jennie."

"Ketika pertama bertemu, ia adalah orang yang sangat sopan. Sangat-sangat sopan."

🌹🌹🌹








Don't forget to click ⭐ below
👇

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang