01.Kalingga Alvaro

103 10 3
                                    

***

Siang itu kelas 11 IPA 1 mendapatkan jam kosong di mata pelajaran mereka, jadi hampir semua orang di kelas mengambil kesempatan ini untuk menyelami lautan mimpi. Meja kelas yang seharusnya berfungsi untuk belajar, kini cowok dengan earphone yang terselip di lubang telinganya itu juga memposisikan dirinya untuk tidur. Lingga mulai dengan melipat tangannya, lalu menenggelamkan wajah di lengannya yang kekar. Hal itu ia lakukan agar kedamaiannya saat tertidur tidak terganggu oleh sinar menyengat yang hampir membakar matanya.

Begitulah nasib bila mendapatkan tempat duduk yang terletak di ujung dan di dekat jendela. Mungkin memiliki plus-minus, minus nya adalah sinar matahari yang selalu menyinari tempat duduknya tanpa henti, kecuali hujan. Dan plus nya saat mata pelajaran dimulai, Ia bisa tidur dengan nyenyak tanpa diganggu. Mungkin! Namun semua itu tidak benar jika Ia mendapati teman sebangku modelan Vion Afkara.

"Woi Ling-Ling! gue dari tadi ngomong gak di sahutin. Budeg lu?"
Ucap Vion Afkara, seraya duduk di bangkunya yang berada tepat di sebelah Lingga. Orang-orang di sekolah tidak perlu susah-susah mencarinya, sebab jika orang-orang melihat cowok dengan tubuh jangkung, sudah tentu itu dirinya. Vion memiliki ciri khas sendiri dengan tingginya mencapai 186 sentimeter, berkulit putih dan matanya yang sipit. Beberapa menit yang lalu, Vion baru saja selesai dari kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Saat melihat Lingga tertidur, Vion berniat ingin mengganggu, namun usahanya itu sama sekali tidak digubris oleh Lingga.

Berkali-kali Vion gagal membangunkan cowok disampingnya itu. Seketika ia teringat tatkala ia ingin membangunkan Lingga beberapa hari yang lalu, dan ia mendapatkan lemparan ponsel dari Lingga. Beruntung ponsel itu tidak mengenai dirinya.

Vion bergidik ngeri, takut jika kena imbas hanya gara-gara membangunkan cowok itu lagi. seketika ia berhenti mencoba untuk mengganggu Lingga. Dan beberapa menit setelahnya, Vion di buat terperanjat dengan cowok itu yang tiba-tiba saja terbangun.

Bagaimana tidak Lingga tidak terbangun? Earphone yang sekarang ia tengah kenakan, membunyikan nada dering- menandakan seseorang telah menghubunginya.

Vion mendengus kesal, ia lupa kebiasaan cowok itu yang selalu mengenakan earphone apa bila tidak ingin di ganggu "Pantesan gue gak di sahutin"

Lingga sengaja tak memasang lagu pada earphone nya. Takutnya, guru yang mengajar masuk lalu ia tak mengetahui itu. Sehingga sebenarnya, sedari tadi ia dapat mendengar semua ucapan Vion. Bocah Jangkung itu entah dari mana ia mendapatkan panggilan nama aneh 'Ling-ling', nama yang sama sekali tidak diinginkan bahkan tidak ingin didengar olehnya. Lingga mengenyampingkan itu semua, hal terpenting sekarang ini ialah pesan yang beberapa menit lalu muncul di layarnya. Entah mengapa dan kenapa hari ini sangat melelahkan baginya. Bagaimana tidak, dua harian penuh Ia tidak kembali kerumah. Rumah? Tidak, itu sama sekali tidak bisa dibilang rumah baginya.

Untuk mengecek siapa yang telah mengganggu tidur nya, Lingga segera mengecek ponselnya dengan rasa malas yang hampir diujung puncak.

Mama...Lingga menghela nafas setelah menerima pesan dari Anggun- mamanya Lingga. Sejenak ia memalingkan wajahnya ke luar jendela sebelum membuka isi pesan itu. Teringat tadi malam ia juga mengirimkan chat pada Henandra-papanya Lingga. Pertama-tama Lingga membuka chat yang ia kirimkan kepada papanya, ternyata pesan itu masih belum di balas bahkan sama sekali tidak di baca oleh Henandra. Padahal ini bukan untuk pertama kalinya chat yang ia kirimkan- tidak di baca oleh Henandra, tetapi tetap saja hatinya begitu kecewa. Salahnya yang menaruh ekspektasi kepada seseorang yang sudah lama pergi meninggalkan nya.

Pesan: Papa

"Pa, apa kabar ?"
Tuesday, 23.06


Dengan cepat tangan Lingga mengusap layar ponselnya, menekan chat Anggun yang terpampang pada awalan chat.

All Star (Get Love Kalingga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang