02.Nafeeza Anasya

79 9 4
                                    

𖥻✨ຊ

SMA Marina Tanjung Baluk, biasanya disingkat menjadi SMA Martabak ( Manis, Ramah, Tapi Gak, Nembak-Nembak). Siapa tuh? Dikenal sebagai sekolah terpopuler dan salah satu sekolah termahal biaya masuknya, di kota Jakarta. Hanya biaya masuk! Belum biaya lainnya. Siswa-siswi dan gurunya sangatlah ramah, harga SPP nya juga tidak kalah ramah.

Jarak antara rumah dan sekolah Neza lumayan dekat, namun dengan waktu tersisa 3 menit. Inilah waktu kematiannya. Dari kejauhan terlihat Mang Asep yang mondar-mandir di pos dekat gerbang. Dengan pentungannya yang ia pegang dan ia beri nama Jagoar (jagoan anti nawar). Dengan kekuatan yang tinggal seuprit, Neza memaksakan diri untuk berlari. 2 menit lagi!

"MANGGG, TUNGGUU...JANGAN DITUTUP DULU!" teriaknya dari kejauhan, menahan Mamang yang ingin menutup gerbang sekolah. Namun, terlambat tetap lah terlambat. Pintu gerbang sudah tertutup. Terlihat Mang Asep yang nyengir di balik gerbang. Ia mendapatkan mangsa untuk di laporkan ke guru BK karena sering kali terlambat.

"Duh Mang, bukaa!" Neza memegang besi pagar, ia memohon seraya mengedipkan matanya berkali-kali. Namun, Mamang tetap dengan pendiriannya.

"Kamu tuh udah berapa kali terlambat, Neza! Udah di hukum tetap aja, gak jera-jera!" Ucap Mamang.

Saking sering nya ia terlambat. Satpam sekolah yang terkenal dengan kepala nya yang sulah itu, sampai hafal dengan namanya.

"Janji deh Mang, besok gak telat lagi pliss," Neza memberikan tatapan lucu dan terus memohon. Sungguh ia sangat terpaksa dengan cara ini.

"Gak, gak, gak, Mamang mau lapor aja ke guru BK, kan kamu udah lebih dari tiga kali terlambat. Ini kan udah jadi tanggung jawab Mamang." Mamang memutarkan tumitnya, dan segera berjalan meninggalkan Neza di depan gerbang. Namun, bukan Neza jika ia tidak memikirkan cara lain. Pokoknya kali ini ia tidak boleh di hukum.

"Mang, tunggu! Kasih Neza masuk! Nanti Neza beliin Es teh. Neza janji!" Ucapnya sembari memejamkan matanya, mengeratkan kedua tangannya. Berharap cara ini berhasil.

Mamang membalikkan tubuhnya, "Gak, kalau sekedar teh mah, Mamang bisa bikin sendiri."

Bener juga, cara yang lain! Neza memutar otaknya, memikirkan cara lain agar Mamang luluh dengan ucapannya. Seraya mengedarkan pandangannya, ia melihat di sisi ujung jalan, terdapat tukang cilok langganan Mamang. Neza mengetahuinya karena, kerap kali ia melihat Mamang mengantre di antara banyaknya pembeli. Sebelum Mamang semakin menjauh, Ia segera memanggil Mamang kembali.

"Mang! Neza beliin cilok 10 ribu selama sebulan. Gimana?"

Langkah kaki Mamang seketika terhenti. Mamang memutarkan kakinya dengan ragu. "Beneran?"

Neza tersenyum lebar, dengan cepat Neza mengangguk, "Beneran, Mang!"

Mamang tampak berpikir, menurutnya lumayan juga kalau Neza yang beliin, ditambah Neza harus ngantri yang sangat-sangat lama itu. Kayak ngantri nungguin doi peka.

"Y-yaudah deh. Kali ini aja! Kalau telat lagi, Mamang gak bakal segan-segan ngantar kamu ke ruang BK!" Mamang segera berjalan ke arah gerbang dan membuka 3 buah gembok yang terkunci di gerbang. "Tapi awas! Jangan sampe ketahuan Bu Retno sama Pak Guntur!"

"Siap," Neza segera masuk ke dalam, tidak lupa ia menyalami Mamang, "Makasih Mang, lopyu!"

Mamang menggelengkan kepalanya. Sesekali berharap, agar Neza tak ketahuan oleh guru yang sedang mendisiplinkan murid di dalam sana. Karena, jika Neza tertangkap. Nyawa Mamang juga akan melayang di tangan kepala sekolah.

Neza kembali berlari, ia belum boleh lengah karena ia baru saja memasuki awal medan pertempuran. Terlihat di ujung lapangan upacara, Pak Guntur sedang mendisiplinkan murid yang terlambat. Pak Guntur sangat anti terhadap murid-murid seperti mereka. Kasihan sekali, wajah-wajah yang bersimbah keringat itu, belum lagi mendengar ceramah dan amanat Pak Guntur yang begitu lama dibandingkan waktu pembina upacara memberi amanat. Maaf, Neza menolak untuk join bersama mereka. Cukup sudah, beberapa hari yang lalu ia terlambat. Ia juga sudah muak di hukum berlari keliling lapangan keramat ini sebanyak 10 kali. Neza segera mengendap-endap untuk menaiki tangga dan menuju koridor kelas, sedikit lagi! Sedikit lagi ia sampai ke kelasnya.

All Star (Get Love Kalingga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang