[25]

20.9K 1.9K 314
                                    

“Uhm... Astaga romantis sekali.” Pekik Tiffany menatap putranya dengan mata berbinar. “Kau persis seperti Ayahmu.” Goda Tiffany memukul pundak Jeno manja.

“Begitu juga tidak apa-apa. Ibu hanya berharap yang terbaik saja untuk kalian.” Lanjutnya.

“Ayo duduk Sayang, tidak baik terlalu lama berdiri” Ajak Tiffany menarik lengan Jaemin untuk duduk pada sofa ruang tengah.

Jaemin hanya menurut dengan kikuk sementara Jeno mengekori. Jeno menatap rumahnya dan merasa janggal, dia baru sadar bahwa foto pernikahannya dengan Seungmin sudah tak ada di sana.

Rasanya masih aneh dan canggung.

“Bu, aku mau ke kamar dulu.” Pamit Jeno.

Tiffany sudah menggubris Jeno lagi, dia asik bercerita dengan Jaemin membuat Jeno menghela nafas.

“Yang anaknya siapa sebenarnya?” gerutu Jeno lalu berlalu untuk ke kamarnya.

Jeno membuka pintu kamarnya, lama sekali rasanya dia tidak masuk ke sini, dan terasa begitu dingin menusuk tulang. Langkahnya perlahan memandangi setiap sudut kamarnya, masih terasa atmosfer Seungmin di kamar ini.

Dia pun melangkah menuju ruang ganti, dan masih ada beberapa barang-barang Seungmin seperti aksesoris dan parfume serta alat rias miliknya.

Dua tahun berkencan dan tiga tahun menikah, Jeno masih tak menyangka cinta yang salurkan di balas dengan pengkhianatan.

“Maaf Presdir...”

Jeno berbalik saat mendengar suara wanita, dia lihat dua orang maid berdiri di ambang pintu ruang ganti dengan kikuk.

“Kami di minta oleh Nyonya Besar untuk memberesi seluruh barang Tuan Kim yang tertinggal.” Tutur seorang maid.

“Ya, silakan!” Jawab Jeno dengan senyum kecut, dia pun melangkahkan kakinya keluar.

Saat tiba di lantai bawah, dia melihat Ibunya dan Jaemin asik berbincang. Bibirnya mengulum senyum saat melihat bagaimana Tiffany tertawa karena perbincangannya dengan Jaemin, sesuatu yang tak pernah ia lihat selama menikahi Seungmin.

“Malam ini kalian menginap kan?” Tanya Tiffany menatap Jeno dan Jaemin bergantian.

“Tidak, Bu. Aku hanya datang untuk mengabarkan Ayah dan Ibu sekaligus mengambil pakaianku” Jawab Jeno.

“Tuan, tidak apa-apa malam ini kita menginap di sini.” Timpal Jaemin.

“Benar, astaga. Lihatlah, Jaemin sangat mengerti Ibu. Ibu berharap kalian tinggal di sini agar Ibu memiliki teman bicara.” Ujar Tiffany namun Jaemin hanya membalas dengan senyum.

Jeno hanya menghela lalu dia kembali beranjak, “Tuan mau ke mana?” Tanya Jaemin.

“Ganti baju karena kita menginap.” Jawab Jeno.

“Jaemin, Ibu rasa kau sudah harus mengganti panggilanmu dengan Jeno. Kalian akan menjadi sepasang suami sebentar lagi...” Ujar Tiffany, Jeno yang mendengar lantas mengulum seringai malu.

“Mengganti? Dengan apa Ibu?” Tanya Jaemin.

“Kenapa kau bertanya, tentu saja Yeobo.”

“Yeobo?” Jaemin menggumam dengan wajah bersemu merah, dia kemudian melihat ke arah Jeno yang dengan santai menapaki anak tangga.

Jeno mengulum seringai mendengar pembicaraan Tiffany dan Jaemin samar-samar sampai ke pendengarannya. Dia sudah membayangkan jika Jaemin memanggilnya ‘Yeobo’

“Ah, tidak Ibu!” Sahut Jaemin bergidik. Rasanya geli sekali harus memanggil Jeno.

“Yeoboo~”

ONLY [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang