6

1.6K 109 11
                                    

Ini adalah Hari ketiga seungcheol belum juga siuman dari tidur panjangnya. Mingyu pun selalu ada disana, dia tidak akan pernah melewatkan waktu sedetik pun tanpa menjaga seungcheol.

Setiap detik yang berlalu selalu ia sematkan nama seungcheol dalam setiap doanya pada tuhan agar seungcheol cepat sembuh. Ia bahkan rela membawa semua pekerjaannya ke rumah sakit.

Pagi ini, Jeonghan dan Joshua datang. Mereka khawatir melihat Mingyu masih tetap di kursi yang sama sambil menatap penuh harap akan kesembuhan seungcheol. Mereka  menghampiri mingyu dan menepuk bahunya pelan.

"Tuan, kami rasa anda perlu beristirahat dan juga makan. Biar kami yang bergantian menjaga seungcheol disini." Ucap jeonghan.

"Tidak apa-apa, saya disini saja sampai seungcheol bangun"

"Tapi tuan, seungcheol akan sedih jika melihat anda tidak terurus seperti ini. Kami akan segera mengabari anda jika seungcheol bangun"

Dengan berat hati Mingyu kemudian berdiri dan mengecup dahi seungcheol pelan.

"Saya titip seungcheol" Jeonghan dan Joshua mengangguk.

Kemudian mereka berdua duduk di sofa panjang yang sudah ada diruangan.

Beberapa jam kemudian, Mingyu mendapatkan telpon bahwa seungcheol sudah siuman. Mingyu segera memasuki ruangan dengan   tergesa-gesa dan melihat ada jeonghan dan joshua tengah duduk di kursi luar.

"T-tuan, maafkan kami..t-tadi kami tidak sengaja mengatakan kehamilan pada seungcheol" Ucap jeonghan pelan.

Mingyu menghela nafas kemudian mengangguk. Ia segera memasuki ruangan dan melihat ruangan yang kacau sekarang. Serpihan kaca dan benda lain yang berserakan di lantai. Ia dengan pelan menginjakan kakinya. Ia melihat Seungcheol tengah duduk sambil menutup matanya.

"Cantik, maafkan saya"

"Pergi lu anjing! Dasar cowo brengsek lu anjing! Gue gamau liat wajah lu lagi anjing!"

Mingyu baru saja melangkahkan kaki untuk menghampiri seungcheol dan ia dapat lihat kemarahan pada diri seungcheol, mata nya pun sembab.

"Kenapa lu lakuin ini semua ke gue anjing?!"

"Puas lu sekarang hah?! Puas bikin hidup gue hancur hah? Puas bikin dunia gue semuanya hancur gaada sisa karna lu?" Seungcheol menggunakan tangan kanan nya yang tidak di gips untuk menarik kerah kemeja milik mingyu dan menampar wajah mingyu dengan keras sampai mengeluarkan sedikit darah di sudut bibirnya.

"Lu sama brengsek nya kayak ortu gue anjing! Lu tau gue benci fakta bahwa gue hamil dan fakta ada kehidupan disini, diperut gue!" Seungcheol melepaskan pegangan tangannya pada kerah mingyu dan berusaha untuk memukul perutnya tapi mingyu segera menahan tangannya.

"Saya minta maaf, saya yang salah. Bayi yang ada diperut kamu tidak salah"

"Ga berguna semua minta maaf lu, gue benci lu sama bayi ini anjing!"

"Kamu bisa pukul saya lagi atau bunuh saya saja daripada bayi itu. Bayi itu tidak bersalah saya mohon"

"GUE BENCI SAMA LU ANJING! GUE BENCI!" Teriak seungcheol.

"Lu senengkan liat gue kayak gini?" lirihnya lagi. 

"Keluar, gue ga mau liat lo lagi"

Mingyu tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk sekarang ia harus memberikan waktu dulu untuk seungcheol agar ia bisa berpikir tenang lagi.

…….

Seungcheol sedang berada ditaman rumah sakit sekarang. Amarahnya sudah mereda sekarang. Ia duduk di kursi roda dan ditemani oleh jeonghan dan joshua. Banyak anak kecil yang tengah berlarian dan bermain. Hal ini menjadi pemandangan baru bagi seungcheol.

"Cheol"

"Hmm"

"Gue tau lu pasti ngerasa terpuruk sekarang. Mungkin lo bakal bilang kalo kita berdua ngebela cowok lu. Tapi lu harus tau satu hal, saat lu kecelakaan…orang pertama yang kita hubungi itu tuan mingyu, lu tau waktu itu jam 12 malem dan dia dateng ke arena balapan dan bawa lu ke rumah sakit. Dia keliatan panik banget ngeliat ada darah di dahi sama tangan lu. Kita sebagai teman emang khawatir tapi apa yang dia lakuin bener-bener nunjukkin seberapa sayang dia ke lo" jeonghan mengawali percakapan.

"Kata dokter lu mengalami shock dan itu selama 3 hari. Dan Tuan Mingyu ga pernah sedetik pun ninggalin rumah sakit. Dia selalu duduk disamping lu dan pegang tangan lu" Joshua ikut menambahkan cerita.

"Dari malam pertama lu sakit, Kita suruh dia buat pulang tapi dia gamau dan bilang kalo dia pengen nungguin sampe lu siuman. Kita beliin makanan pun ga dia makan. Sampe akhirnya kita paksa seenggaknya biar perut dia ga kosong. Lu tau ketika dokter nanya siapa keluarga pasien, tuan mingyu bilang dengan tegas kalo dia suami lo. Karena gaada seorang pun dari keluarga lo yang dateng. Gue hubungi nyokap dan bokap lu dan mereka cuman ngirim duit doang"

"Cheol, Gue tau berat buat lo harus nanggung semua ini. Tapi jangan lupain tuan mingyu juga yang sama beratnya dan sedihnya ngeliat lu kayak gini" ucap joshua final dan menepuk bahu seungcheol pelan.

"Eh btw lu pasti laper, mau makan apa? Kita beliin"

"Bebas aja yang penting ada nasi terus gue pengen jus mangga satu dan ice cream"

Setelah kepergiaan kedua temannya, Seungcheol kembali merenungkan semua perilakunya pada Mingyu. Ia tidak pernah tau kalau perjuangan mingyu sampai sebegitu nya. Ia tidak pernah tau bahwa selama ini selalu ada seseorang yang menunggunya. Dan ada seseorang yang mengharapkannya agar segera sembuh.

Ia jadi bingung jika bertemu dengan mingyu nanti, ia harus apa. Seharusnya ia tidak bersikap bodoh dengan menampar mingyu.

Puk

Seungcheol menundukkan kepalanya dan melihat sebuah pesawat kertas jatuh di kaki nya. Seorang anak kecil dengan berambut panjang pirang berlari ke arahnya.

"Ahh maaf"

"gapapa, ini pesawat kamu"

"umm kamu berapa tahun?"

"8 tahun"

"Kenapa ga main sama temen-temen yang lain? "

Sebetulnya dari awal seungcheol duduk ditaman. Ia melihat bagaimana anak kecil dengan rambut pirang ini selalu bermain sendiri dengan pesawat kertasnya.

"Katanya aku ga punya ayah sama ibu jadi mereka gamau main sama aku terus mereka juga bilang katanya kalo ga punya ibu sama ayah artinya aku anak yang dibuang"

"Ahh tapi mungkin aja orang tua kamu lagi sibuk kerja jadi belum sempet ketemu sama kamu. Mereka pasti seneng kok punya anak baik kayak kamu"

"Benarkah? Tapii…kata bibiku, kalo bibi ga marahin ibu buat ga gugurin kandungannya. Aku ga bakal ada disini"

Seungcheol terhenyak mendengar penuturan dari anak yang berusia 8 tahun ini. Ia merasa sedih melihat bagaimana anak sekecil ini harus menanggung beban besar.

Bukankah ia sama jahatnya dengan ibu gadis kecil ini karena dia tidak menginginkan bayi yang ada diperutnya? Ia tidak ingin menjadi seperti ibu gadis ini dan juga menjadi orang tuanya yang menelantarkannya. Ia seharusnya bersyukur mendapat anugrah ini. Ia seharusnya menjadi orang tua yang baik untuk calon anaknya.

"Ahh gimana kalo sekarang kamu ga usah pikirin yang kayak gitu yah. Harus banyakin main okay?'' ucap seungcheol sambil memegang bahu anak kecil itu.

"Siapa cheol?" Seungcheol menoleh dan segera merebut dua ice cream yang ada ditangan jeonghan.

"Ini untukmu"

"Wahh terima kasih banyak kaka cantik"

"sama-samaa. Makan yang banyak yah"

"E-eh itu ice cream kita" ucap joshua

"Alahh beli lagi aja kan gampang"

🖤💚🖤💚🖤💚🖤💚🖤💚🖤💚🖤🖤

GYUCHEOL - DARE OR LOVE? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang