Chapter 22

3.5K 402 8
                                    

PLAK! PLAK!

Suara tamparan itu menarik perhatian semua pejalan kaki di sekitar restaurant itu, lelaki itu hampir saja terjatuh dengan pukulan telapak tangan tersebut. Tidak hanya satu kali, Becca menampar lelaki itu dengan kedua tangannya secara bergantian. Bagi Becca dia pantas mendapatkan lebih dari itu. Ketika Becca ingin menampar yang ketiga kalinya, tangan Becca dihentikan oleh Freen yang semula ditinggali agak jauh, Becca melabrak lelaki bernama Ken ini di depan orang banyak, dia sebelumnya bertanya pada Freen setelah melihat Ken dari kejauhan, Freen, apakah menampar orang masuk penjara? Freen menjawab, Mungkin tidak? Barulah Becca berjalan dengan langkah cepat dan melakukan itu semua.

Freen tak tau jika Becca benar-benar melakukannya, dan juga, Freen mengenali siapa lelaki di depannya. Ken, tuan muda dari pengusaha perhotelan di Bangkok. Freen mengingat wajah lelaki ini, dia salah satu dari tiga puluh orang yang nenek masukkan sebagai daftar calon pasangan pada email yang dikirim tahun lalu.

Becca masih sangat marah, padahal selama ini dia lembut di pikirannya tentang Ken. Sebelumnya Becca berpikir jika ketika bertemu dengan Ken nanti, dia ingin mendengarkan alasan mengapa dia meninggalkan dirinya dengan cara baik-baik. Tapi ternyata tidak, perasaan itu tidak hadir sama sekali. Dia merasa persetan dengan lelaki brengsek ini, sekarang Becca hanya ingin membunuhnya.

Ken dengan tampilan yang masih seperti dulu, rapi, sepatu mengkilat, jam tangan terbaru dan setelan baju yang bermerek, dengan rambut yang masih saja seperti itu terkejut melihat Becca. Sekarang kedua pipinya memerah karena tamparan itu, tampak bekas lima jari di kiri kanan pipi tersebut. Dia berkata, "Becca!?" Dia seakan tak percaya bertemu dengan Becca setelah satu tahun tak menghubungi, tapi mata Ken juga terselip perasaan senang bertemu dengan Becca lagi.

Napas Becca tak beraturan, dia sungguh ingin memukul lagi atau menendang lelaki ini. Perasaan marah itu muncul karena dia melihat Ken dalam keadaan baik-baik saja, dia sempat berpikir Ken mengalami hal yang buruk seperti dirinya, tapi tidak sama sekali, Ken terlihat sehat dan sama seperti dulu.

"Kamu-" Perkataannya dipotong oleh suara Freen.

"Becca." Freen menegur Becca, dia menghentikan Becca untuk melanjutkan bicaranya, entah tentang apapun itu.

Freen menghela napas, karena sepertinya hanya dia yang menyadari bahwa mereka sedang menjadi bahan tontonan yang menarik, bahkan ada yang merekam apa yang terjadi. Freen juga bisa langsung paham jika lelaki di depannya ini adalah mantan Becca. Freen berkata lagi, "Becca, jika kalian ingin bicara, jangan di tengah umum. Lakukan di tempat lain." Suara Freen terdengar kesal, seakan tidak ingin ikut campur dalam kisah mereka. Bagaimana pun, Becca tidak pernah menceritakan tentang Ken pada dirinya, dan juga sampai sekarang Becca belum mengatakan tiga kata itu. Bagi Freen, Becca mungkin masih menyimpan perasaan pada lelaki bernama Ken ini, Freen pun meninggalkan Becca, dia menuju restaurant itu, memesan satu meja.

Becca tersadar saat mendengar perkataan Freen dan melihat Freen pergi, dia melihat sekitar, benar, dia menjadi bahan tontonan. Saat Becca ingin menyusul Freen, Ken menghentikannya dengan menarik tangan Becca. Dia berkata, "Aku ingin bicara."

Becca dengan cepat melepaskan tangan itu, dia menatap tajam mata Ken. Setelah beberapa saat, dia menghela napas, mengurangi rasa kesal dalam hatinya,
"Aku rasa tak ada yang harus dibicarakan."

Ken mengabaikan perkataan itu, dia bekata lagi, "Becca, jangan seperti ini. Beri aku waktu untuk mengatakannya."

"....." Becca ingin menyusul Freen.

Ken menarik tangan itu lagi, "Becca, dengarkan aku."

"Lepaskan aku." Becca melepaskan tangan yang meraihnya, dia lihat lagi orang-orang sedang membisikannya.
Becca akhirnya berkata, "Ikuti aku." Becca tetap ingin menyusul Freen, dia ingin Freen ada di sampingnya saat ini juga.

DOT OF LIFE - FREENBECKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang