3. Told

3.7K 429 74
                                    

"Apa perlu saya panggilkan Dokter?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa perlu saya panggilkan Dokter?"

Jungkook menghela napas panjang menyenderkan punggungnya pada badan sofa.

Pelayan pribadinya, Sean bertanya khawatir melihat badan Jungkook yang semakin parah.

"Tidak perlu." Jungkook meraih cold pack di atas meja lalu menempelkannya pada badannya.

Angin malam menyeruak masuk ke dalam apartemen Jungkook, lewat pintu balkon yang sengaja Jungkook buka, Jungkook menatap bulan yang malam ini sangat cerah.

"Apa Heatnya sebentar lagi?"
Gumam Jungkook pelan.

"Ini tidak membantu."

Sean menangkap cold pack yang dilempar oleh Jungkook dengan cepat.

Badan Tuannya sangat parah tanda penolakan hampir memenuhi punggung hingga dadanya. Sean tidak sanggup membayangkan rasa sakit yang sedang Tuannya rasakan saat ini.

Jungkook menghidupkan treadmill kemudian mulai melangkah mengikuti laju yang ia atur.

"Anda harus beristirahat." Tegur Sean selagi memegang cold pack di tangannya.

Jungkook tidak menggubris, rasa sakit di badannya tidak bisa membuatnya beristirahat.

Dia meringis menyentuh bahunya yang terasa terbakar, Sean yang mengetahui hal itu sontak menyodorkan cold pack kepada Jungkook.

Jari Jungkook menurunkan kecepatan treadmill yang ia gunakan menjadi lamban kemudian ia meraih cold pack di tangan Sean dan menempelkannya pada bahunya.

"Apa yang ingin kau katakan?" Sean tersentak kaget.

Sedari tadi Jungkook menyadari Beta satu itu mengikutinya, mulutnya tampak ragu ingin memberi tahu Tuannya.

"I-ituu..."

Jungkook menghentikan treadmill ketika mendengar suara pin apartemen miliknya yang berbunyi.

Ia menatap Sean yang menunduk ketakutan.
"Kau memberitahu Ibuku?"

Sialan, dari banyaknya orang kenapa harus Ibunya yang harus diberitahu oleh Beta ini.

Dia tidak ingin masalah ini menjadi besar dan menjadi perbincangan keluarga.

"Jeon." Tidak ada cara lain selain menghadapi Ibunya jika sudah seperti ini.

Jungkook meraih kaos besar yang ada di sofa memakainya dengan buru-buru.

"Jeon Jungkook!" Sean di belakang Jungkook lagi-lagi harus tersentak kaget mendengar suara gelegar Nyonya Jeon.

"Apa yang ibu lakukan disini." Wanita dengan rambut hitam legam panjang itu membuka kaca mata hitamnya.

Ia menelisik Jungkook dari atas hingga bawah.

"Siapa dia?" Kata Ibu Jungkook berang. "Alpha murni seperti dirimu di tolak? Orang gila mana dia?!"

Jungkook menghela napas kemudian melirik Sean yang tidak berani menatapnya.
"Aku akan mengurusnya." Ujar Jungkook sembari duduk di atas sofa.

Dignity [Kookv] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang