"Terimakasih sudah mau kurepotkan, hyung." Ujar Calevy saat L mengantarkannya ke bandara Narita. Iya, Calevy. Mereka sudah kembali bertukar jiwa setelah Luci merasa cukup bersenang-senang.
"Bukankah kau ke sini untuk sebuah paket? Lalu dimana paket itu?" L merasa heran karena Calevy datang dengan sebuah koper kecil dan kembali dengan koper kecil pula. Lalu dimana paket yang dikatakan Louis padanya?
"Sudah ku urus hyung. Mungkin Louis sekarang sedang menerimanya." Ujar Calevy seraya tersenyum tipis.
"Begitu. Baiklah, semoga penerbanganmu menyenangkan. Titipkan salam untuk Lady Lilith dan para tetua clan lainnya."
"Akan kusampaikan. Sesekali pulanglah, Louis merindukan gurauanmu." Sebuah kekehan halus justru terdengar dari bibir milik L sebelum dia menganggukkan kepalanya.
"Sampai jumpa lagi." Dan dengan itu, Calevy memasuki area boarding untuk pengecekan sebelum terbang.
Inceon, Korea. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore saat Calevy tiba di negeri gingseng tersebut. Setelah melakukan pengecekan pasport dan segala hal lainnya, Calevy segera menghentikan sebuah taxi. Kali ini dia tidak meminta Louis untuk menjemputnya dikarenakan Louis sendiri sedang berada di pulau Jeju mencari jejak keluarga Kang yang menurut informannya sempat berada disana.
Tidak sampai 30 menit, Calevy sudah tiba di depan Dream Cafe. Dapat dilihatnya pegawainya sedang melayani beberapa pelanggan yang bila dilihat-lihat adalah anak kuliahan. Mendorong pelan pintu cafe hingga menimbulkan suara lonceng yang berada tepat diatas pintu, kedatangan Calevy disambut heboh oleh ketiga karyawannya.
"CALEVY HYUUUNG!" Teriakan tersebut diikutu dengan tubuh Benjamin, Arthur dan Sean yang berhambur menghampiri sang pemilik cafe dengan sebuah pelukan kuat. Entah sejak kapan ketiganya bersikap demikian. Padahal ini kali pertama mereka ditinggalkan pergi oleh Calevy. Bahkan Louis saja tidak mereka begitukan.
"Ya..ya..ya! Ben, Arthur, Sean! TIDAK BISAKAH KALIAN SEDIKIT SAJA MELONGGARKAN PELUKAN BERUANG KALIAN INI?" Ketiganya segera melepaskan pelukan pada Calevy tersebut dan tersenyum lebar menatap sang boss yang melihat mereka bertiga dengan tatapan ingin mengigiti mereka.
"Bisakah kalian sedikit lebih manusiawi?" Omelan Calevy terus terdengar hanya saja ketiganya bukannya merasa takut, malah semakin tersenyum.
"YA! KENAPA KALIAN MALAH TERSENYUM BODOH BEGITU?"
"Hehehehe... Ternyata benar Calevy Hyung lucu. Pantas saja Louis hyung suka membayikan Calevy hyung." Itu Sean yang bicara tanpa tahu kalau Calevy sudah sangat ingin memberinya sebuah usapan sayang dikepalanya dengan kepalan tangan.
'Ingin kubunuh anak ini!' dumel Calevy dalam hati yang tentu saja didengar oleh Izer.
'Hahaha... Biasanya kau hanya akan kesal karena Louis. Sekarang karena tiga kurcaci ini. Ayo bertukar sebentar. Biar kuberi sedikit shock terapi.'
'Kau pintar juga Izer. Ayo bertukar. Hahahaha biar mereka kaget dengan perubahanku yang sangat mendadak.'
Obrolan keduanya didalam kenapa itu hanya dibalas dengusan oleh Luci yang berfikir bahwa mereka seperti anak kecil.
"Sean Lee! Siapa yang kau bilang dibayikan?" Seketika atmosfer disekitar mereka terasa lebih dingin dan mereka merasa tertekan oleh tatapan dingin milik 'Calevy'.
"H-hyuung... Ma-maaf! Hueee!" Merasa sangat terintimidasi, Sean langsung bersembunyi dibalik tubuh Benjamin. Arthur pun demikian. Benar-benar penakut.
"Ben hyung, apa hyung pernah lihat boss kita seperti ini?" Bisik Sean penasaran. Sean takut tapi dia pun penasaran karena ini kali kedua dia melihat sisi yang berbeda dengan keseharian Calevy.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALEVY VENARIZER CHOI, WHO IS HE?
Fiksi PenggemarMenceritakan siapa sebenarnya Calevy Venarizer Choi dan kesehariannya. Apa yang dilakukannya, kegemarannya, ketakutannya, profesinya, siapa orang-orang terdekatnya, pekerjaannya, semuanya. Calevy biasanya sehari-hari akan menghabiskan waktunya dibel...