10. Bos Besarku Itu

13 0 0
                                    

Pertemuannya dengan Dito, asisten pribadi Satria ternyata tak begitu menakutkan seperti yang dibayangkan oleh Bila. Dia ternyata justru mendapatkan tawaran bantuan.

"Jika ada apa-apa atau ada masalah di divisimu, jangan sungkan untuk memberitahu saya," ucap Dito saat itu.

Pria bertubuh tinggi dengan aroma maskulin yang tercium oleh indera Bila mau tak mau membuatnya terpesona. Bila hanya mengangguk pelan tanda mengerti. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya tetap Satria yang memenuhi ruangan itu.

"Silakan kamu kembali ke ruanganmu," titah Dito dengan suara khasnya.

Sekembalinya dari ruangan itu. Bila tentu saja diberondong pertanyaan oleh beberapa teman yang sudah dikenalnya. Mereka banyak yang penasaran kenapa dia sebagai karyawan baru dipanggil oleh asisten bos besar. Sementara sisanya banyak yang tak acuh dengan kejadian tadi. Namun, ada satu orang di ujung ruangan yang memandang Bila dengan tatapan tidak sukanya.

***
Sepekan bekerja dilalui Bila dengan mudahnya. Bila merupakan anak yang cerdas dan pada dasarnya mudah diajak ngobrol. Meski terlihat menjaga jarak apalagi dengan lawan jenisnya, Bila tetap diterima dengan baik oleh teman-temannya.

Sampai pada suatu hari di toilet terjadi sedikit keributan.

"Apa sih kamu? Kamu tadi sengaja ya nabrak aku?" cecar Bila.

Dia memandangi baju putihnya yang terkena noda kopi oleh rekan kerjanya. Dia sendiri bingung. Apa salahnya? Dia merasa sengaja ditabrak agar bajunya menjadi kotor seperti sekarang.

"Maaf, Mbak. Saya nggak sengaja, tadi saya buru-buru jadi nabrak Mbak deh," lirih Tania, perempuan di depannya yang masih satu ruangan.

"Duh, gimana ini bajuku. Jadi kotor, kan. Mana habis ini aku harus meeting menemani Mbak Gadis. Kalau beli baju ganti sempat enggak ya?" ucap Bila bermonolog sendiri.

Sementara Tania yang sudah keluar dari toilet mengulas senyum mendengar kebingungan Bila. Di tengah kebingungan Bila, dia dipanggil oleh Dito ke ruangannya.

"Masuk, Bila. Silakan duduk," titah Dito.

Setelah duduk, Dito memberikan sebuah paper bag ke hadapannya.

"Ganti bajumu sana. Sepuluh menit lagi meeting akan dimulai, Gadis pasti mencarimu," titah Dito. Seperti perintah Raja yang tak bisa tertolak.

Di satu sisi Bila ingin bersorak kegirangan. Namun, di sisi lain dia kebingungan.

'Kenapa Pak Dito begitu baik padaku? Kenapa juga dia bisa tahu bajuku kotor terkena noda? Satu lagi, kenapa juga dia tahu betul ukuran bajuku?' batin Bila sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

Semua pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya dienyahkan begitu saja saat panggilan dari luar toilet terdengar olehnya.

"Bila, kamu di dalam kan? Ayo buruan, meeting sudah mau mulai. Bos besar bisa marah nih kalau ada yang terlambat," ucap Mbak Gadis memanggil Bila.

Bila kemudian memastikan sekali lagi penampilannya di pantulan kaca. Setelah yakin, dia melangkah keluar dan mengikuti Mbak Gadis menuju ruang rapat.

Ruangan yang luas dengan interior yang mewah. Tempat duduk didesain secara melingkar memudahkan setiap orang untuk saling mengamati satu sama lain.

Berhubung terlambat, Bila tak sempat mengamati satu per satu yang datang dan langsung duduk. Dia duduk di sebelah Mbak Gadis yang memang menyuruhnya untuk duduk di sampingnya.

Duduk dan menyiapkan catatan adalah hal yang dilakukan Bila sebelum rapat dimulai. Diaa memulainya dengan menuliskan judul agenda hari ini di bukunya beserta hari dan tanggal hari ini.

"Selamat datang, Pak. Silakan duduk dan dimulai rapat hari ini," ucap Pak Pandu yang mempersilakan bosnya yang baru saja masuk.

Mendengar rapat segera dimulai, Bila mendongak dari catatannya.

"S-satria?" lirih Bila yang terkejut melihat Satria datang bersama Dito sebagai asistennya.

Luka Hati Bila #IWZPamer2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang