Semua manusia pasti merasakan kebahagian dan kesedihan. Seperti langit dan bumi yang tak bisa dipisahkan, ketika ada kebahagian pasti akan selalu ada kesedihan, dan ketika ada kesedihan pasti akan ada kebahagian. Begitu juga dengan apa yang saat ini Gistara alami.Dia sudah bersenang-senang, atau merasakan bahagia, kemudian kesedihan menghampirinya kembali.
Tepat setelah dia membuka pintu rumah sehabis pulang dari alun-alun dengan Najendra, sudah ada mama nya di ruang tamu bersama sang papa yang menatap nya sinis.
"Kenapa baru pulang?" Tanya sang mama dengan sinis.
"Maaf, ma. Tadi agak lama nganter Aruna nya" Ujar Gistara menunduk tak berani menatap Anjani.
"Kerjaan mu itu bohong terus! Aruna, Aruna..., Aruna di rumah nya sedari tadi. Tapi, kamu bilang kamu pergi sama Aruna...?!" Anjani menatap tajam Gistara.
"Kamu pergi sama siapa Gista?" Tanya Bayu yang sedari tadi hanya menatap Anjani dan Gistara.
"Gak akan jujur dia pa, bohong terus hidup nya, heran aku...!" Anjani membentak dengan mata tajam nya yang terus menatap Gistara tak suka. "Main sama cowok kan? Kamu ini cewek! Gak pantes main sama cowok sampe malem begini... Cewek apaan kamu Gista?"
"Maaf ma" Hanya itu yang keluar dari mulut seorang Gistara, dia sudah pasrah dan tidak mempunyai pembelaan lagi sekarang.
"Gak punya otak kamu ha?! Udah gak jujur sama orang tua, main sama cowok sampe malem, di bayar berapa kamu Gista?!" Anjani masih terus membentak tak memperdulikan Gistara yang kini sudah menjatuhkan air mata.
"Sudah ma, jangan terlalu keras...," Ujar Bayu mencoba menghentikan kemarahan Anjani.
"Gista, lain kali jika mau main ngomong yang sejujurnya, jangan malah berbohong seperti ini" Lanjut Bayu mencoba menasehati.
"Awas aja kamu kalo kaya gini lagi, mama kasih hukuman!" Masih dengan kekesalahan yang meluap Anjani terus menatap tajam Gistara.
"Maaf, ma, pa. Gista salah" Pasrah Gistara.
"Yasudah, kamu ke kamar. Tidur, ini sudah malam" Suruh Bayu.
"Iya, pa" Jawab Gistara kemudian berjalan ke arah kamar nya dengan kepala yang masih tertunduk.
Anjani hanya menatap tajam putri satu-satunya nya itu yang sudah menghilang dari pandangannya setelah memasuki kamar nya.
"Anak itu bisa nya bohong saja, capek aku ngadepin kebohongannya itu" Keluh Anjani kepada Bayu.
"Sudah lah, mungkin dia juga takut kalo jujur" Ujar Bayu.
Penyesalan memang selalu ada di akhir, begitu yang di rasakan Gistara. Tetapi, itulah konsekuensi yang telah dilakukannya akibat berbohong.
Dikamar nya Gistara langsung melemparkan diri nya ke kasur, menangis dalam diam tanpa mengeluarkan suara.
"Padahal cuma main doang gak ngapa-ngapain juga, kenapa mereka berlebihan sih?" Gumamnya dengan suara lirih.
Gistara mengambil ponsel nya yang tergeletak di nakas untuk menghubungi Aruna, "gue harus tanya Aruna, pasti dia ngasih tau mama tadi"
Membuka ponsel nya dan beralih ke aplikasi WhatsApp, kemudian menekan kolom chat nya bersama Aruna, yang ternyata ada dua pesan dari Aruna.
Aruna
Aruna
Gis, lo dimna?Tadi mma lo nnyain, gue lgi sama lo ga
Tapi gue jwb ngga, emng lo kmna?
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen Fiction"Aku berharap mendapatkan sosok laki-laki yang seperti Langit. Tapi, akhirnya aku mendapatkan dia yang seperti Senja." -Gistara Lakeisha Tentang Gistara yang menginginkan sosok yang seperti Langit, dan Najendra yang ingin menjadi seperti Langit, tet...