3.Senja dan langit

17 4 2
                                    

Happy Reading
Jangan lupa voment, thank you!

✧✧✧✧

Matahari bersinar terang dan begitu panas di siang hari. Suasana di dalam kelas Ipa 4 tak kalah panas kali ini. Karena, tiba-tiba terjadi perdebatan antara Aruna dan Tamael, mereka memperdebatkan tentang seksi kebersihan yang ada di kelas.

"Apaan sih, kenapa harus gue anjir?!" Tamael berujar kesal.

"Ya lo yang kepilih. Terima aja sih, selama ini kan lo gak pernah jadi apa-apa!" Aruna juga tak kalah kesal menghadapi Tamael.

"Jangan maksa dong!" Tamael masih tak mau kalah.

Posisinya sekarang Tamael yang sedang memegang kuas cat dan Aruna yang sedang berdiri diatas kursi karena kejadian tersebut tiba-tiba terjadi saat Aruna memang sedang memasang hiasan di dekat papan tulis.

Tamael yang tak mau terlibat didalam organisasi apapun, tetapi di kelas ini struktur nya akan dipilih oleh anggota kelas dan orang yang dipilih pun memang orang yang belum pernah mengikuti organisasi apapun. Kebetulan Tamael memang terpilih dan dia juga belum pernah mengikuti organisasi.

Aruna masih mencoba untuk tidak membanting palu yang dia pegang karena saking kesalnya "Harusnya lo harus siap lah. semua juga udah ditentuin, Sekali-kali lo yang jadi!"

Tamael memutar bola matanya "Bodoamat, gue kagak mau!"

"Apasih Tam, lo bisa gak jangan protes terus kalo disuruh jadi ini jadi itu?!" Memang selama dua tahun ini Tamael selalu menolak dan protes ketika akan diikut sertakan dalam organisasi. Jadi, kali ini Tamael diharuskan.

"Gak bisa, gue kagak mau!" Tamael masih kekeuh.

"Lo bilang langsung sama Bu Elvi sana. capek gue ngomong sama lo, Dibilangin sekarang gilirannya lo ngeyel banget heran!" Aruna sudah lelah membalas pertentangan Tamael.

"Apa susahnya sih terima aja Tam? Lagian tugas nya gak berat-berat banget kok!" Kini Hansara yang sedari tadi hanya menyaksikan ikut berujar.

"Iya sih, ngeyel banget dibilangin!" Ujar Aruna membenarkan Hansara.

"Tuh si Berjo aja, dia juga kan belum pernah jadi!" Masih dengan nyolot Tamael berujar kembali.

"Lah kok jadi gue?" Sontak Berjo yang namanya disebut langsung menoleh ketika sedang mengecat tembok, menunjuk dirinya sendiri dengan tangannya.

"Si Berjo emang kagak pernah. Tapi, dia kan kagak kepilih. ditambah lagi dia juga lebih aktif di osis, nanti ribet kalo dia di kelas ikutan organisasi juga" Sahut Arkala menjelaskan.

"Terima aja Tam. nambah pahala, lo bisa bantuin gue piket nanti" Ujar Sagara sembari menaik turunkan halisnya.

Tamael mengerutkan keningnya, menatap tajam kearah Sagara "Ogah, males banget"

"Udah sih ribet banget lo Tam, jadi seksi kebersihan doang ini, bukan jadi ketua kelas!" Ujar Raden.

"Gak mau, mau jadi apapun kalo ikut organisasi kelas pasti ribet. Ogah banget gue!" Tamael masih tetap kekeuh.

"Ribetan juga jadi sekretaris, goblok!" Keluarlah kata mutiara dari mulut Aruna saking sudah kesalnya menhadali Tamael.

"Udahlah, lo kagak bisa nolak lagi Tam. Kalo mau lo mohon-mohon aja sana ke Bu Elvi!" Ujar Arkala berusaha menengahi pertebatan dadakan ini.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang