Candra tengah duduk di jendela kamar rumahnya sambil menatap laptop yang penuh dengan tulisan panjang, dan ya, bisa di tebak pasti dia tengah menulis skripsi, dan pasti sehabis ini Johan akan memarahinya karena menulis skripsi malam–malam, abangnya yang satu itu memang sangat cerewet kalau soal kesehatan adik-adiknya.
Kring!
Kring!
Terdengar suara deringan ponsel dari dalam saku jaket milik Johan, jahilnya Candra langsung mengambil ponsel milik Johan itu dan di situ ada notifikasi dari nomor tidak di kenal milik seseorang, anak itu mengkerut kan keningnya, dia merasa janggal, tidak mungkin Johan tidak menamai kontak di ponselnya.
"Siapa ini? Ih, bodo lah! Palingan tuh, anak ngutang" ucapnya dengan memutar bola mata malas, lalu menaruh kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya, namun saat dia ingin menaruh kembali ponsel tersebut terdengar suara notifikasi lagi, tapi dia tidak memperdulikan nya mungkin tidak berguna.
Dia duduk kembali ke kursi nya lalu lanjut beradu ke arah laptop nya, dan sekarang giliran ponselnya yang mendapat notifikasi, dia hanya menghela nafas dan mengusap wajahnya kasar, sehabis ini dia jamin dia akan kena amukan dari Johan karena mengerjakan tugas malam-malam, "Ck! Siapa lagi sih?! Capek gue denger notif Mulu!" Dia mengambil ponselnya kasar dan melihatnya.
: Adinda🌝🌞
Candra kamu di rumah enggak?Setelah melihat siapa yang mengirim pesan, yang tadinya mukanya malas langsung berubah menjadi semangat sampai tersenyum sangat lebar, dia tanpa pikir panjang langsung menjawab 'iya' siapa yang tidak mau coba
Candra sabar menunggu jawaban dari sang empu, dan dia di buat kegirangan bukan main, dan saat adinda menjawab 'ouh, aku cuman mau pastiin aja, kata mas Johan kamu sering begadang ngerjain tugas' Candra melotot ketika mendengar chat milik adinda.
Saat hendak menghampiri Johan, sang empu sudah membuka setengah pintu dengan rambut yang basah karena sehabis mandi dan kaos oblong juga celana training hitam, 'nah, pucuk di cinta ulang 'pun tiba, awas anjeun ya' ucapnya dalam hati.
"Anjeun kenapa?" Tanya Johan dengan mimik bertanya-tanya dengan wajah Candra yang kesal, "anjeun ngomong apa euy ke adinda?" Candra masih menahan emosi atas itu dan tidak mau banyak bertanya, "ouh, aing cuma bilang kalau anjeun itu sering begadang, gara-gara tugas" dengan santainya Johan menanggapi itu.
Lagian kalau berantem, Johan pasti yang menang, ‘‘anjeun teh cukup kurang ngajar Kuring nutupin wae supados anjeun henteu hariwang anjeun bakal ngabongkar!!" Johan hanya terkekeh seperti tidak punya dosa melihat adik semata wayang nya ini tengah kesal.
“santai wae, toh, adinda 'kan juga ngingetin supaya anjeun enggak begadang, makanya kalau punya waktu senggang itu di gunain buat sesuatu yang berguna atuh!“ dan ya, Candra berakhir mendapat jitakan maut milik seorang Johan, Candra akhirnya pasrah dengan semuanya, dia tidak mau lagi di ceramah pujaan hati dan Johan akhirnya menutup laptop nya dan terbaring ke kasur.
Johan pun ikut terbaring di kasurnya sambil menatap layar ponsel, “njir! Siapa ini Cok! Yang nelfon gue” pekik nya yang membuat telinga Candra sakit, “saha sih?” Johan langsung memperlihatkan layar ponselnya ke arah muka Candra sampai berdekatan dengan hidung nya, “santai geh! Jauhkan dikit napa!” Johan pun sedikit memundurkan ponselnya dan mengarahkan ke Candra.
“nih! Orang tadi nelfon, tapi enggak gue angkat, 'kan ini hape Lo bukan gue” jelas Candra, “tumben? Otak Lo lagi lurus ya? Kalau gitu sering-sering kayak begitu ya” Candra hanya merotasi bola matanya melihat tingkah abangnya ini, percuma kalau dia meladeni Johan yang ada dia malah kena bogem mentah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Tinta Bewarna
Teen FictionPenengah artinya tiang yang menegakkan, apa yang terjadi atau di terpa apapun yang di tengah harus siap akan resiko, itulah yang di alami oleh seorang Candra Adi Saputra. Seorang yang memiliki mimpi besar dan tidak pantang menyerah akan nasib nya, s...