AZLAN

1 0 0
                                    

Azlan Jagawana, cowok itu berusia 17 tahun kelahiran Jakarta 16 Februari 2006, sedari lahir tinggal di Jakarta bersama ibunya di sebuah rumah yang tidak terlalu besar.
Tumbuh tanpa sosok sang ayah seperti anak-anak lainnya membuat Azlan kecil bertanya kepada sang bunda.

"Bun, ayah Alan mana? Sebenernya Alan punya ayah gak sih?"
Tanya Azlan yg berumur 5 tahun saat itu.

Bundanya menjawab "Ayah lagi berlayar dilaut sana, ayah pulang ketika Azlan tidur, ayah gak mau bangunin Azlan karena ayah bilang pasti Azlan capek abis sekolah."

"Lain kali kalo ayah pulang, Alan bangunin aja, Alan gak capek kok Bun"
Begitu ingin bertemunya dengan sang ayah.

Bundanya tersenyum dan mengusap kepala anak semata wayangnya itu.
"Nanti bunda usahain, yang jelas sekarang kita berdoa aja semoga ayah tetap sehat di manapun ia berada."

"Iya Bun, Alan pasti doain ayah terus!"

"Pinter anak bunda!"

+-+-+-+-+-+-+-+-++-+

Tahun demi tahun berlalu, Azlan kecil kini sudah remaja dengan perawakan tinggi dan tegap.

Azlan menduduki jenjang SMP disalah satu sekolah swasta terbaik di Jakarta, berbeda dengan lingkungannya saat sekolah dasar, Azlan yang kecil dulu selalu ceria, banyak teman dan bandel kalau dibilangin.
Berbanding terbalik dengan sekarang, ia menjadi sosok pendiam, jarang senyum apalagi tertawa dan dikenal sebagai seorang yang penyendiri.

Hal itu terjadi setelah beberapa hari dia bersekolah disini, teman-temannya selalu bercerita tentang kehidupan mereka yang bahagia bersama keluarganya, membuat orang bertanya kepada Azlan.

"Azlan! Ibu kamu dokter kan? Terus ayahmu kerjaannya apa?"
Tanya seorang murid perempuan dikelasnya.

"Pelaut!"
Jawabnya singkat sambil tertunduk.

"Kenapa nunduk? Emang kamu gak bangga punya ayah seorang pelaut, itu keren loh!"
Kata gadis itu lagi.

"Itu kata bundaku, aku gak pernah ketemu ayah seumur hidupku"
Semuanya terdiam mendengar pernyataan Azlan, sampai ada yang membuka suara.

"Azlan Azlan, lo tuh diboongin sama bunda lo, emangnya dirumah lo ada buktinya kalau ayah lo pelaut?"
Seorang siswa laki-laki yang bernama Alres tersenyum miring kepada Azlan.

Azlan menggeleng mengingat tidak ada barang-barang ayahnya dirumah yang ia dan bundanya tinggali.

Bisikan-bisikan yang membuat Azlan menutup telinganya rapat-rapat, badannya bergetar menahan tangis.

-+-+-+--

Bundanya tidak tau keadaan Azlan selama anaknya sekolah, karena setiap pulang kerumah Azlan selalu terlihat ceria dan penuh semangat.

Tapi berbeda dengan hari ini, Azlan pulang dengan muka datar dan pucat, ia menghampiri bundanya yang menunggu ia pulang di ruang tamu.

"Azlan, udah pulang? Kenapa gak ucap salam?"
Tanya bundanya kepada Azlan yang langsung menuju tangga untuk kekamarnya.

Azlan menghentikan langkahnya, dan menatap datar sang bunda.

"Nak? Ada masalah disekolah? Sini cerita sama bunda"
Bundanya merentangkan tangan kepada Azlan.

Azlan menjatuhkan tasnya dan berlari sambil menangis ke arah sang bunda.

"Bun...!"
Isaknya didalam dekapan hangat itu.

Wajar remaja 14 tahun menangis ketika ada masalah.
Azlan menceritakan semua kejadian yang terjadi kepadanya selama ini.

Bundanya mau tak mau harus jujur kepada Azlan yang sudah tidak bisa dibohongi seperti dulu lagi.

Azlan sangat terkejut saat pernyataan bundanya, yang bilang sebenarnya ayahnya bukan seorang pelaut dan memang tidak pernah pulang sejak Azlan usia 2 minggu setelah diakhirkan.

Next>>>>>

JAGAWANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang