Akuarium

7 0 0
                                    

Ubur-ubur aku suka, ia mirip seperti keset handuk di rumah-ku. Berenangnya cantik, tapi keset handuk di rumah-ku tak bisa berenang. Ia bisa terbang. Rumah-ku hanya terdiri dari batu karang, monstera laut, udang dalam tangki, dan ikan mas yang mulutnya selalu menganga dan hinggap diatas plafon rumah. Ikan mas itu selalu menatapku kosong, dan aku makan butir-butiran nya yang terjatuh. Catnya berwarna biru pekat dan bau nya seperti amis ikan tongkol. Kalau aku mencuci baju, biasanya di langit-langit selalu muncul ubur-ubur, dan ikan badut yang mereka seperti sedang berbicara satu sama lainnya.

Bajuku hanyalah ganggang dan rumput laut yang ditutupin kerang mutiara yang sudah kotor, jelek, berlumut. Rambutku juga hanyalah kumpulan ikan-ikan lele yang siap di goreng jikalau aku lapar. Kulkas-ku adalah musim semi yang tak pernah datang di kutub utara. Pasir-pasir suka meleleh disana. Kalau aku haus, aku minum di depan kaleng nanas kering yang tak pernah dibuang Ibu-ku selama sekitar 10 tahun. Aku minum air yang asin dan aku akan terus kehausan. Nafasku terkumpul menjadi embun-embun dan bisa membuat bintang laut hidup. Patrick! Tapi, Patrick terlalu jelek untuk bintang laut indah di rumah-ku.

Aku menutup mata dan biasanya aku akan tertidur di gua belut listrik. Dan rumah jadi hanya sebatas akuarium dan aku yang meler ketiduran.


UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang