July 10

209 15 22
                                    

Hampir setiap hari Sasi ngedate berdua sama Kendra. Tapi nggak seperti quality time mereka sebelumya, Kendra dan Sasi duduk berhadapan dan saling sibuk dengan gawai mereka masing-masing. Tumpukan buku referensi memenuhi meja besar yang sengaja mereka pakai buat mengerjakan syarat kelulusan mereka berdua. Selain buku referensi, laptop, dan beberapa jurnal yang ada di perangkat tablet mereka masing-masing. Ken dan Sasi sudah mengkonsumsi entah berapa gelas kopi dan sekian potong kue hari itu. Kantong mata mereka juga udah semakin gelap karena kurang tidur.

Kalau udah mentok ide, biasanya keduanya bakal pulang ke apartemen yang mereka beli dengan hasil kerja banting tulang mereka yang sekarang baru mereka isi seadanya dengan bantuan donasi dari Kian dan Kale yang nggak tega ngeliat adik-adiknya pontang-panting ngisi apartemen sambil nyicil KPR dan nyelesaiin skripsi mereka. Semua kagum sama Kendra dan Sasi. Bukan hanya karena mereka merintis Guerrilla, tapi juga karena melihat usaha mereka membangun hidup yang mapan sedari muda. Kendra bahkan udah lepas dari tanggung jawab kedua orangtuanya sejak lama. Tapi, setelah pacaran dan berkomitmen untuk membangun keluarga dengan idealisme mereka, Sasi juga jadi ikut etika hidup Kendra dan membantu calon suaminya buat mencari sesuap nasi dan segenggam berlian buat nyicil apartemen idaman mereka tanpa sepeserpun uang orang tua mereka.

Begitulah rutinitas mereka belakangan ini. Sejak hiruk-pikuk sempro dan skripsi mulai membludak, Ken dan Sasi pun semakin sering melakukan rutinitas membosankan itu dengan selingan ketemu dosen untuk bimbingan.

9 Juli 2023; jam 21:30 WIB, di apartemen mereka...

Malam itu, Ken baru pulang kerja dan membersihkan tubuhnya alias mandi, sementara Sasi duduk manis di pantry sambil nunggu kue buatannya selesai dipanggang. Dalam diamnya itu, ia menatap jari manis tangan kirinya yang dihiasi cincin perak sederhana berukirkan inisial nama Kendra di sisi dalamnya. Itu cincin lamaran dari Kendra. Loh?! Kapan ngelamarnya?! Kok tiba-tiba udah ada itu cincin di jari manis Sasi?

Kendra keluar dari kamar mandi dengan kaus putih dan celana pendek hitam. Rambutnya basah, baru aja keramas. Setelah menjemur handuknya, Kendra berjalan ke arah Sasi sambil mencium kening Sasi. "Bikin kue buat Saga?" tanya Kendra lembut.

"Humm, Iya," Sasi mengangguk.

"Tadi udah ke dokter? Dokter bilang apa?" tanya Kendra. Belakangan ini, Sasi sering muntah-muntah dan lemes. Dia sempet mengira itu masuk angin, tapi karena terlalu panjang dan ibunya Sasi khawatir, jadilah hari ini ibu menemani Sasi check up ke dokter.

"Ken, gimana dong? Aku hamil," Sasi menatap Kendra dengan tatapan memelas.

"Lho kenapa nangis?" tanya Kendra khawatir.

"Dokter bilang udah genap sebulan hamilnya. Seingetku kalo kita ngelakuin itu kan kamu selalu pake kondom," rengek Sasi.

Kendra tersenyum. "Hey, anak itu rezeki, nggak boleh ditolak," Kendra membelai rambut pacarnya lalu berlutut, kepalanya menghadap ke perut Sasi yang masih terlihat normal walau udah ada jabang bayi di dalamnya, "Adek sayang, ini Papa. Jagain Mima ya, Papa sayang Mima, sayang Adek juga," Kendra mengecup perut Sasi dan menyandarkan kepalanya di perut kekasihnya itu.

Hati Sasi yang tadinya kalut dan khawatir mendadak jadi hangat melihat Kendra yang dengan romantisnya menyapa sang bayi dalam kandungannya tersebut. "Mima ya? Mulai sekarang bukan Sasi lagi, tapi Mima," bisiknya lirih sambil tersenyum.

"Skripsiku gimana dong, Pa?" tanya Sasi.

"Cuti setahun dulu ya, aku juga cuti. Kita jagain adek dulu, jangan sampe mima sama adek kenapa-napa. Aku nanti cari kerja tambahan deh," jawab Kendra. "Siapin buat nikahan juga."

"Tapi...," Sasi mencoba menyanggah.

"Udah, tapi-tapinya nanti aja. Sekarang kita urus kue buat Saga ya, Mim," Kendra nyengir sambil nyubit pipi Sasi.

BE YOUR OWN GUERRILLA 1.5: BEYOND THE LINE || ATEEZ SHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang