3. Galau Tak Berujung

3 0 0
                                    

SEMENJAK adegan Dito dan Ayumi yang makan di warung Bu Jutek, Alana langsung memilih untuk memutuskan Dito saja. Meskipun sebenarnya dia masih sayang banget ke Dito. Tapi bagi Alana, selingkuh dua kali itu nggak elite banget. Mungkin yang pertama itu khilaf, terus yang kedua apa? Khilaf lagi? Gilak aja dia dibodoh-bodohi oleh manusia seperti Dito yang sayangnya masih ia suka.

Alana menangis, meraung-raung, dan menatap kosong pergelangan tangannya. Ia pun menoleh ke arah nakas, mengambil sebilah pisau, dan mengarahkan pisau itu ke pergelangannya. Namun, tiba-tiba saja pisau yang ia genggam dengan cepat diambil alih seseorang. "Apaansih, Mal?!" ucap Alana, jengkel.

"Lo itu yang apa-apaan? Masak diselingkuhin kecoak kaya Dito aja langsung mau bundir! Otak lo dimana, Lan?" teriak Akmal frustasi.

"Gilak lo! Gue gak mau bundir kali, gue mau ngupas buah Akmal!" balas Alana nggak kalah frustasi dengan kebodohan pikiran Akmal. Dia memang ingin mengupas buah apel yang Akmal bawakan tadi. Alana hanya ingin memindahkan pisau itu ke tangannya yang kanan, tapi Akmal udah mikir macam-macam.

Akmal ternganga dengan penuturan Alana. Habisnya mukanya Alana udah mirip orang yang nggak punya semangat hidup. Apalagi dia perhatikan sedari tadi, natap pisaunya dalam banget, gimana Akmal nggak mikir macem-macem coba! 

"Ya sorry, lo sihh nggak bilang ke gue mau ngupas buah. Kan biar gue aja yang ngupasin!" Tangan Akmal dengan cepat mengupas apel yang diinginkan Alana. Mereka berdua saat ini ada di apartemennya Alana, memang Alana diberi kebebasan untuk tinggal di apartemen milik kakaknya saat kuliah dulu, tapi selama ini laki-laki yang pernah masuk apart Alana, ya hanya Akmal saja. Karena bagi Alana, Akmal sudah seperti adiknya sendiri. Meskipun tidak dapat dipungkiri umur Akmal lebih tua 1 tahun dari Alana, tapi Alana lah yang nggak mau dikata anak kecil, jadilah Akmal mengalah saja dia yang menjadi adik kecilnya Alana.

"Mall, pacar gue siapa dong terus? Padahal udah sayang banget tuh gue sama Dito, gak nyangka aja gue dia setega itu. Dia dulu setahun loh ngejar-ngejar gue, hikss.." curhat Alana sambil nyender ke Akmal yang lagi ngupas buah.

Akmal sedikit kesusahan mengupas kulit apel itu dikarenakan tangan kanannya dijadikan sandaran oleh Alana. "Gue sih nggak kaget ya, Lan. Dengan dia selingkuh sama Diana kemarin itu menurut gue dia emang udah bosan sama lo, coba waktu itu lo nggak nahan-nahan gue buat nonjok tuh bocah, udah bonyok kali dia dulu!" Akmal jadi ikut emosi kalau gini, teringat kebodohan Dito dulu.

Alana mengusap ingusnya ke baju Akmal. "Hehh, sinting! Itu di samping lo ada tissue!" Akmal mengusap kasar lengannya tak habis pikir dengan Alana. 

"Kayak nggak biasanya aja lo, udah taro aja nanti baju lo yang ini di mesin cuci, ganti sono sama baju lo yang di lemari." Akmal melepas kancing kemejanya dan hanya menggunakan kaos hitam polos. Memang dia dan Alana simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Akmal sering mengantar dan menemani Alana, dan Alana akan mencucikan baju Akmal jika ia malas mencuci. Makanya waktu itu Akmal mau menjemurkan cucian Alana karena sebenarnya disitu juga ada bajunya.

"Lan, lo tuh mending gausah punya pacar dulu deh. Kasian hati lo kalau sakit terus, mending fokus kuliah sama organisasi aja," tutur Akmal menasehati Alana.

"Tumben lo ngomong gini? Suka lo sama gue?" Alana menaik turunkan alisnya, menggoda Akmal. 

Akmal berjengit ngeri, nggak pernah ia bayangkan suka dengan Alana. Cantik sih iya, banget malahan, tapi otaknya itu loh kadang sableng. Akmal saja sudah sableng, masak sableng ketemu sableng sih. "Ogah gue suka sama lo! Gue tuh ngomong gini karena ikut capek aja liat lo nangis-nangis bombay gini. Mending energi lo dipake buat ngurusin hal lain aja, yang lebih berguna."

"Tapi kaya ada yang kurang aja gitu, Mal, kalau nggak ada pacar hahaha. Tapi untungnya sih ada lo, jadi nggak kesepian banget gue." Alana memakan irisan apel dari Akmal.

"Sialan. Besok kan libur tuh, ayo ikut gue touring deh biar lo gak kesepian di apart." Ajak Akmal sembari terus mengupas apel dan memberikannya ke Alana.

Alana manggut-manggut, ia sudah beberapa kali ikut touring dengan geng motor Akmal bahkan sampai ada teman Akmal yang ingin mendekatinya dulu, tapi nggak jadi karena tahu Alana masih berstatus pacar Dito.

~///~

Pagi buta sekali Akmal sudah dalam kondisi segar, sudah mandi, sudah menyisir rambut, dan sedang memasak untuk sarapan dirinya dan Alana. Akmal memang menginap semalam di apartemen Alana karena rata-rata kebutuhannya kebanyakan sudah ada di apartemennya Alana. Mulai dari, kemeja, kaos, celana, dalaman, dan parfum. Mungkin karena ia sering kesini maka dari itu barangnya banyak yang ditinggalkan di apartemen sahabatnya itu supaya tidak bolak-balik.

"Malll, lo ngapain berisik banget," ucap Alana keluar dari kamarnya baru bangun tidur.

"Dasar gaktau terimakasih lo, udah dibuatin sarapan juga," jawab Akmal dengan tangannya yang lincah memotong bawang.

"Hmm, iyadeh si paling bangun pagi. Baru jam 6 juga loh, Mal."

"Sesungguhnya orang yang bangun pagi itu rezekinya gak kemana. Lo nggak solat? Bangun siang begini," tanya Akmal. Meskipun agak sableng begini, Akmal masih tergolong hamba yang taat beribadah. Sesibuk apapun, Akmal selalu menyempatkan untuk solat 5 waktu.

"Lagi ada tamu gue." Akmal mengangguk mendegar jawaban Alana. Pantesan baperan banget kemarin, batinnya.

"Nih, makan. Habis itu cepet siap-siap, jam 7 udah kumpul di alun-alun nih. Cucian lo gue jemurin abis ini." Akmal memberikan sepiring nasi goreng ke Alana. Mereka menyantap sarapan dengan hikmad.

~///~

Alana dan Akmal tiba di alun-alun tempat gengnya Akmal berkumpul. Mereka semua kompak memakai jaket hitam yang bertuliskan TOPCER yang berarti 'Touring bersama Pemuda Ceria'. Kata Akmal usulan nama geng itu dari dia, herannya kenapa kok teman-temannya mau aja gengnya dikasi nama aneh begitu. Alana saja merasa cringe dengan nama itu. Tapi terserah Akmal aja kalau gitu, asal Alana diajak jalan terus maka Alana tidak akan berkomentar pedas sedikitpun. Paling ya cuma ngatain Akmal sok keren aja.

"Mall, ini ceweknya gue aja?" Akmal membuka kaca helmnya,"Nggak, ntar ada pacarnya si Bara ikut juga." Alana manggut-manggut ia memperhatikan sekelilingnya. Rata-rata mereka anak Hukum dan Pertanian, entah dari mana Akmal kenal dengan mereka. Padahal jika berada di stadion, Teknik akan selalu bermusuhan dengan Hukum. Tapi Akmal malah akrab banget.

Alana memperhatikan dirinya sendiri, celana levis hitam dengan sedikit robekan di bagian lutut, sepatu hitam, dan kaos putih yang dilapisi jaket geng motornya Akmal. Memang sedari awal sejak Akmal ikut dengan geng motor ini, Alana juga dipesankan jaket yang sama dengan alasan "Pasti lo tuh bakalan ngikut-ngikut gue mulu, jadi sekalian aja deh gue pesenin jaketnya," kata Akmal waktu itu. Alana sih oke-oke aja, dia juga malah untung bisa ikut touring begini.

Setelah sekitar 1 jam berkumpul, akhirnya touring dimulai. Rutenya adalah dari kota menuju puncak. Alana memeluk erat perut Akmal saat cowok itu menambah kecepatan motornya. Enaknya punya sahabat cowok yang nggak bawa perasaan tuh ini. 

~///~

FRIENDSHIP OR FRIENDSHITWhere stories live. Discover now